Presiden Jokowi didampingi Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Menteri LHK Siti Nurbaya, serta Mensesneg Pratikno meninjau Sabo Dam Kali Putih, di Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah, Jumat (14/2/2020)

Presiden Jokowi Tinjau Sabo Dam Kali Putih, Magelang

Loading

MAGELANG (Independensi.com)  – Presiden Joko Widodo (Jokowi) didampingi Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya, serta Menteri Sekretraris Negara (Mensesneg) Pratikno meninjau Sabo Dam Kali Putih, Magelang, dalam agenda kunjungan kerja ke Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah, Jumat (14/2/2020). Hadir pula Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, dan Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Tengah Taj Yasin.

Sebelumnya, Presiden Jokowi bersama rombongan melakukan pelepasan Elang Jawa dan penanaman pohon pule di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) Jurang Jero, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Kunjungan Presiden tersebut merupakan bagian dari upaya bersama Pemerintah dalam revitalisasi lahan kritis di sekitar Gunung Merapi, sebagai pendekatan vegetatif dalam pencegahan banjir dan longsor, di samping pendekatan fisik lewat pembangunan infrastruktur.

Di sekitar wilayah Gunung Merapi, selain potensi banjir dan longsor, juga perlu diantisipasi terjadinya banjir lahar akibat letusan Gunung Merapi. Untuk itu, sejak tahun 1969 dilaksanakan program pengendalian banjir lahar Gunung Merapi untuk penanggulangan dampak erupsi Gunung Merapi, salah satunya lewat pembangunan Sabo Dam.

Sabo Dam dibangun untuk menahan dan mengurangi kecepatan aliran lahar yang membawa material vulkanik sehingga dapat meminimalisir risiko bencana banjir lahar di hilir Sungai serta menjaga kelestarian lingkungan sekitar Gunung Merapi. “Kalau bendungan menahan air, sedangkan Sabo Dam menahan pasir dan batu sementara airnya tetap bisa lewat,” kata Menteri PUPR Basuki Hadimuljono.

Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Sumber Daya Air Widiarto dalam penjelasannya di hadapan Presiden Jokowi mengatakan, Gunung Merapi merupakan salah satu gunung api yang teraktif di Indonesia dengan erupsi besar terjadi setiap 10 tahun sekali, dimana erupsi terbesar terjadi tahun 2010 yang menghasilkan 140 jt m3 lahar. “Sejak tahun 1969 hingga saat ini tercatat Kementerian PUPR sudah membangun sebanyak 272 Sabo Dam yang tersebar di beberapa wilayah Jawa Tengah yakni Magelang, Boyolali, dan Klaten,” kata Widiarto.

Salah satu Sabo Dam yang telah dibangun sejak lama yakni pada tahun 1991 adalah Sabo Dam Kali Putih sepanjang 2,6 kilometer yang terletak di Jalan Raya Magelang berdekatan dengan Taman Nasional Gunung Merapi. Sabo Dam ini dirancang untuk  dapat mengalirkan lahar dengan kapasitas 640 meter kubik per detik.

Letusan dahsyat Gunung Merapi pada tahun 2010 mengakibatkan banjir lahar dingin di 15 sungai yang berhulu di Gunung Merapi,  sehingga menyebabkan kerusakan di beberapa Sabo Dam termasuk di Kali Putih. Untuk itu Kementerian PUPR melaksanakan Pekerjaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Sabo Dam sejak 2015. Di Kali Putih, dilakukan perbaikan saluran pengelak Sabo Dam dengan anggaran tahun jamak 2015-2017 sebesar Rp 311 miliar.

Kementerian PUPR melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Serayu Opak Direktorat Jenderal Sumber Daya Air juga telah menyelesaikan rehabilitasi dan rekonstruksi Sabo Dam Kali Woro di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah pada tahun 2016-2018. Lingkup pekerjaannya mencakup pembangunan 11 sabo baru, rehabilitasi tanggul sepanjang  5,9 km dan melakukan rehabilitasi 11 Sabo Dam pada aliran Sungai Woro. Biaya pembangunan dan rehabilitasi Sabo DAM Kali Woro sebesar Rp 329 miliar melalui APBN (MYC) tahun 2016-2018.

Selain di aliran Sungai Woro, Kementerian PUPR juga telah menyelesaikan rehabilitasi dan rekonstruksi Sabo Dam Kali Gendol di Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Pekerjaan rekonstruksi Sabo Dam Kali Gendol utamanya dilakukan pada bagian sand pocket dengan anggaran tahun jamak sebesar 2016-2018 sebesar Rp 143 miliar.

Secara teknis, Sabo Dam dibangun dengan ketinggian yang berbeda di tengah bendung. Hal ini dimaksudkan untuk mengalirkan air, sehingga sedimen atau endapan lahar dingin akan tertampung oleh bendung, tetapi air tetap mengalir. Apabila bendung tidak mampu membendung semua aliran debris, maka akan dilewatkan melalui bagian atas (overtopping).

Turut hadir dalam tinjauan tersebut Kepala BBWS Serayu Opak Agus Rudyanto, Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VII Semarang Akhmad Cahyadi, dan Kepala Biro Komunikasi Publik Endra S. Atmawidjaja. (wst)