Ketua Adat Dayak Murut, Albert Mikuel Aggang

DIO Kecam Penganiayaan Hingga Tewas Warga Dayak di Sabah

Loading

PONTIANAK (Independensi.com) – Sekretaris Jenderal Dayak International Organization (DIO) Dr Yulius Yohanes, M.Si, mengecam keras penganiayaan hingga menegaskan Albert Mikuel Aggang, warga Suku Dayak Murut di Karangan Beaufort, 93.8 kilometer dari Kota Kinabalu, Ibu Kota Negara Bagian Sabah, Federsi Malaysia, pukul 11.40 malam, Jumat, 18 Desember 2020.

Pelakunya, Hobalan N Vello (37 tahun), atau ‘Jimmy Black’ dan Kesavan Perambalam (34 tahun), imigran warga negara India. Korban Albert Mikuel Aggang, mengalami luka serius di bagian kepala, terkena sabetan kedua pelaku. Insiden terjadi di My Heaven Restaurant, Beaufort. Polisi kini terus mengejar kedua pelaku yang sekarang masih buron.

“Kami percaya sepenuhnya kepada Polis Diraja Malaysia di Sabah, dapat segera menangkap pelakunya. Kami turut prihatin,” kata Yulius Yohanes di Pontianak, Senin malam, 21 Desember 2020.

Menurut Yulius Yohanes, Senin malam, 21 Desember 2020, diperoleh informasi korban Albert sudah meninggal dunia, karena luka sabetan parang di bagian kepalanya dalam keadaan serius. Korban memang sudah berhasil dioperasi, tapi nyawanya tidak bisa ditolong lagi.

“Saya minta kepada masyarakat Dayak dimanapun berada, untuk menahan diri, tidak main hakim sendiri. Tolong bantu Polis Diraja Malaysia, sampaikan informasi lokasi persembunyian kedua tersangka, karena diyakini masih berada di wilayah Negara Bagian Sarawak,” kata Yulius Yohanes.

Yulius Yohanes mengharapkan, agar para pelaku dapat dihukum seberat-beratnya, apabila sudah berhasil ditangkap Polis Diraja Malaysa, demi menimbulkan efek jera.

Kepada hmetro.com.my, Minggu, 20 Desember 2020, Wakil Komisaris Polisi Sabah Datuk Mazli Mazlan mengatakan tersangka pertama, Hobalan, memiliki tujuh catatan kriminal sebelumnya yang melibatkan tiga kasus kriminal pada tahun 2003 hingga 2004 dan juga terlibat dengan sebuah geng yang terdiri dari 24 geng di daerah Klang, Selangor.

Mazli Mazlan, mengatakan, tersangka juga telah ditempatkan di bawah perintah penahanan berdasarkan Undang-undang Darurat dan Keselamatan Umum dan Pencegahan Kejahatan pada tahun 2007 dan ditahan selama satu tahun di penjara Simpang Renggam.

Sedangkan untuk tersangka kedua (Kesavan), dia memiliki delapan catatan krmininal masa lalu dari berbagai pelanggaran hukum.

“Saat ini polisi sedang aktif memburu kedua tersangka tersebut,” ujar Mazli Mazlan dalam jumpa pers di Markas Besar Kepolisian Daerah, Ibu Pejabat Polis Daerah (IPD) Beaufort,  Minggu, 20 Desember 2020.

Mazli Mazlan, menuturkan, dari hasil pemeriksaan lebih lanjut di lokasi kejadian, polisi menemukan barang perkara yaitu ikat pinggang, empat parang, dan kapak.

“Penggerebekan polisi juga menemukan sejumlah minuman keras, rokok berbagai merek tanpa bea cukai di tempat itu.

Penyidikan masih berlangsung dan meminta saksi di tempat kejadian untuk membantu penyidikan polisi. Tersangka yang dicari diminta menyerahkan diri ke polisi,” katanya.

Sementara itu, kata Mazli, kejadian pertarungan ini tidak ada hubungannya dengan masalah ras selain hanya kesalahpahaman.

Dalam peristiwa pukul 11.40 malam, Jumat, 18 Desember 2020, seorang pria terluka parah setelah dibacok dengan parang sementara seorang lainnya juga terluka di bagian kepala karena dicurigai dipukul dengan ikat pinggang.

Insiden berawal dari korban menegur rombongan pelaku imigran India berjumlah 7 orang yang dalam keadaan mabuk. Ditegur seseorang warga Dayak bernama Clement, para pelaku tidak terima, sehingga terjadi perkelahian.

Albert Mikuel Aggang, selaku Ketua Adat Dayak Murut di tempat kejadian perkara berupaya melerai. Akan tetapi kemudian menjadi sasaran penganiayaan hingga mengalami luka serius terkena sabetan parang di bagian kepala hingga telinga.

Korban Tidak terima ditegur, para pelaku langsung menganiaya korban, hingga dalam keadaan sekarat dan dilarikan ke rumah sakit. Para pelaku memang dikenal bagian dari komplotan pelaku tindak kriminal yang selalu membuat onar dimana-mana.

Investigasi awal polisi menemukan bahwa penyebab perkelahian tersebut terjadi setelah seorang pelanggan yang datang bersama tiga temannya untuk membeli minuman keras bertengkar dengan pemilik restoran.(Aju)