KH Maman Imanulhaq Sebut Kunci Kesuksesannya di Bawah Telapak Kaki Ibu

Loading

JAKARTA (IndependensI.com) – Anggota DPR RI dari Fraksi PKB, KH Maman Imanulhaq tengah naik pamor. Namanya melesat usai gelaran Pilpres 2019 lalu setelah Kang Maman, begitu sapaan akrabnya, mengemban amanah sebagai direktur TKN Jokowi-Maruf Amin.

Pengasuh Pondok Pesantren Al Mizan Jatiwangi itu memang dekat dengan Gus Dur. Wajahnya juga kerap berseliweran di stasiun televisi nasional, tak terhitung lagi jumlah berita di media online yang mengutip pendapatnya.

Kesuksesan Kang Maman ternyata terletak pada pengabdiannya pada seorang ibu. Hal itu diungkapkan oleh adik kandung Kang Maman, M. Ramdlan Mubarok. Kata Ramdlan, sebagai adik yang kerap mendampingi Kang Maman, dirinya melihat satu hal yang istimewa pada Kang Maman yaitu ketakdziman pada guru dan keikhlasan melayani sang Ibu.

“Sesibuk apapun Kang Maman dengan aktivitasnya ia akan langsung ke rumah ibu kami di Cimalaka, Sumedang. Ia memastikan kesehatan ibu kami, memeriksa assisten rumah tangga, memperbaiki rumah dan menitipkan Ibu ke tetangga sebelah,” ujar Ramdlan beberapa waktu lalu.

Bagi Kang Maman, ibu adalah jimat, siji sing dirumat artinya satu yang harus dijaga dan dimuliakan hidupnya. Menurut Ramdlan, kesuksesan, ketenaran dan keberkahan yang Kang Maman peroleh berupa anak dan cucu yang saleh serta lingkup pergaulan dengan dikelilingi orang-orang baik adalah berkah dari ketakziman dan melayani sang Ibu.

“Soal tirakat, Kang Maman terlihat wajar saja. Salat berjamaah, baca Al Quran dan wiridan khas orang NU. Tidak terlihat melakukan riyadhoh khusus. Tapi posisinya sebagai pengasuh ponpes Al-Mizan, Pengurus Lembaga Dakwah PBNU dan Anggota DPR RI adalah capaian yang luar biasa,” ujar Ramdlan menambahkan.

Boleh jadi, Kang Maman adalah potret seorang santri yang sukses, didikan murni pondok pesantren di tanah Jawa. Putra dari pasangan Drs. H.Abdurrochim dan Hj. Lalih Halimah ini menempuh pendidikan dasarnya di Ma’had Baitul Arqom, Bandung Selatan. Ia kemudian menempuh pendidikan di beberapa tempat, hingga saat menyelesaikan S3 nya di Unusia Jakarta.

Usai menempuh pendidikannya, Kang Maman lantas tancap gas berkarya, ia dikenal sebagai kyai muda yang progresif, toleran, dan Nahdliyin sejati. Saat masa transisi dari orde baru ke reformasi, Kang Maman aktif menjadi mubaligh. Ia sering menjadi pengisi acara pengajian di Majelis Ta’lim Hidayatullah Cirebon, Jawa Barat. Ia juga mendirikan pondok pesanter Al-Mizan pada tahun 1998.

Kang Maman sangat akrab dengan dunia sastra, terutama puisi. Pada tahun 2003, Ia bersama dengan ALIF dan Olimpide Kebudayaan berkeliling dalam kegiatan Syukur Pesisir. Pada bulan Oktober 2003, Ia menjadi pembicara dalam Kongres Kebudayaan V di Bukittinggi, Sumatera Barat. Puncaknya, Kang Maman pergi ke Amerika Serikat untuk menghadiri program Inter-religios Dialogue di Ohio University. (Chs)