Agus (jongkok) saat menyambangi Insana keluarga difabel miskin dengan kondisi memprihatinkan dan tak tersetuh bantuan sosial bagi warga miskin

Miris, Pasutri Defabel Miskin Tak Pernah Terdaftar Sebagai Penerima BNPT atau PKH

Loading

GRESIK (Independensi.com) – Bakri dan Insanah, pasangan suami istri (pasutri) warga RT 02 RW 04 Desa Suci, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, yang notabene defabel (orang dalam kondisi cacat fisik) dengan kondisi ekonomi pas-pasan. Sama sekali, belum perna tersentuh oleh bantuan sosial dari pemerintah.
Kedua pasutri tersebut, tinggal di sebuah rumah kontrakan berukuran sempit yang biaya sewanya sebesar Rp 600 ribu per bulan. Mirisnya lagi kondisi Insanah yang telah dikaruniai 2 anak ini badannya mati separuh (lumpuh) setelah melahirkan anak kedua. Sementara, Bakri kesehariannya bekerja berjualan kaos kaki keliling.
Menurut Agus (55), salah satu warga yang mengaku menemukan kondisi pasutri itu dengan tidak sengaja saat dirinya sedang nongkrong di warung kopi (warkop) di Desa Suci. Lalu ia mendengar cerita dari orang yang berada di warkop, jika ada pasutri dengan kondisi lumpuh belum mendapatkan perhatian dari pihak terkait.
“Setelah mendengar cerita itu, saya langsung ke tempat kontrakan pasutri tersebut. Masya Allah, benar saya langsung menangis melihat kondisi mereka. Ternyata pasutri ini dengan kondisi cacat dan bungkuk. Istrinya sakit, badannya mati separuh,” tutur Agus, Minggu (21/2).
“Karena kondisinya yang memprihatinkan itu, saya bantu dengan memberikan sejumlah uang yang saya bawa untuk membantu kebutuhan hidup mereka sehari-hari,” ujarnya.
“Saya tak sempat tanya, apakah pasutri ini dapat bantuan dari pemerintah setiap bulan atau tidak, baik berupa Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), dan lainnya,” kata pensiunan TNi ini.
Sementara, Bakri mengaku sudah sekitar setahun tinggal di Desa Suci dan tidak pernah mendapatkan bantuan sosial apapun dari pemerintah. Baik dalam program keluarga harapan (PKH) maupun BNPT.
“Saya tidak pernah mendapat bantuan PKH atau BNPT,” ucapnya.
Lebih lanjut Bakri mengungkapkan bahwa dirinya sempat didata oleh RT tempat ia tinggal untuk dimasukkam dalam daftar penerima bantuan dampak Covid-19 dari dana desa (DD).
“Pada waktu awal-awal ada pandemi Covid-19, saya memang pernah dapat bantuan Rp 600 ribu per bulan selama 3 bulan berturut-turut. Selain bantuan covid itu, saya tidak pernah dapat. Baik dari Pemerintah Desa Suci ataupun dari Pemerintah Kabupaten Gresik,” ungkapnya.
Bersyukur tambah Bakri, dirinya mendapatkan bantuan sembako dari musala di RT 02 RW 04. “Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, Alhamdulillah setiap bulan saya dapat bantuan beras dan minyak dari Musala yang ada disekitar sini,” terangnya.
Ditanya terkait kesehariannya Bakri menjelaskan bahwa dirinya merupakan pedagang kaki lima yang tidak menetap disuatu tempat saja tapi berkeliling.
“Barang yang saya jual itu, ikat pinggang dan kaos kaki. Kadang saya berjualan di Alun-Alun Kota Gresik pada hari Sabtu dan Minggu, selain hari itu saya berjualan ketempat yang tidak ada obrakan (pengusuran dari petugas Satpol PP),” paparnya.
“Terus terang saja hasil jualan saya tak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga, apalagi harus merawat istri dan bayar kontrakan. Sebab, untuk bayar kos dan listrik setiap bulan saja, membutuhkan uang Rp 600 ribu,” imbaunya.
Karena keterbatasan ekonomi Bakri pun merasa tak sanggup untuk merawat 2 buah hatinya. “Satu anak saya yang sudah besar, saya dititipkan ke keluarga. Tetapi anak yang kecil saya rawat dengan biaya seadanya yang saya miliki,” tandasnya dengan nada lirih.
Terkait keberadaan dan kondisi pasutri tersebut, Kepala Desa Suci, Ahmad Rizal belum berhasil dikonfirmasi. (Mor)