Masalah Pendidikan di Majalengka, Begini Kata Dewan Pembina Kampus STKIP Yasika

Loading

MAJALENGKA (IndependensI.com)
Dewan Pembina kampus STKIP Yasika Majalengka Profesor Cecep Sumarna menuturkan, permasalahan pendidikan di Kabupaten Majalengka dalam melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi bukan persaingan antar kampus, melainkan persaingan industri dan mindset orang tua yang lebih menekankan anaknya bekerja ketimbang kuliah di perguruan tinggi.

“Pandangan itu perlu diluruskan, jika tidak masyarakat Majalengka bisa menjadi jongos di masa mendatang,”kata Prof Cecep usai menghadiri kegiatan Halalbihalal yang diikuti seluruh civitas akademika kampus setempat, Senin (24/5/2021).

Menurut Guru Besar IAIN Syekh Nurjati Cirebon ini, selama tiga tahun menjadi pembina kampus STKIP Yasika, ternyata kesadaran masyarakat Majalengka akan pendidikan sangat rendah. Keadaan itu berbeda dengan daerah sekitar di wilayah Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan, yang minat masyarakatnya sangat besar. Untuk itu, kondisi pendidikan di Majalengka harus segera dibenahi dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat tanpa terkecuali. Termasuk intervensi Pemkab Majalengka melalui kebijakan yang berpihak pada dunia pendidikan.Karena dalam merubah pola pikir dan tatanan ini, tidak bisa dilakukan secara alami.

“Jika yang diberikan itu pendidikan, maka siswa akan terbuka wawasan dan pengetahuannya, tapi ketika keterampilan yang dikedepankan, sedangkan otaknya ditutup atau tidak diberikan nutrisi pendidikan, maka ia akan menjadi mesin. Ini yang sangat bahaya, bagi generasi penerus Majalengka,”tuturnya.

Penguatan di sektor pendidikan juga, lanjut dia, akan menentukan arah maju dan mundurnya suatu daerah.Jika lemah intervensinya, maka daerah tersebut akan mengalami beragam persoalan dan tertinggal dalam segala bidang kehidupan.

“Di dalam sebuah buku itu disebutkan, bahwa kapital terbesar itu bukan kekayaan, tapi kualitas sumber daya manusia (SDM) untuk bekal mengarungi hidup ini,”tuturnya.

Selain itu, lanjut dia, minat siswa melanjutkan ke PT juga dipengaruhi mentalitas masyarakat yang sudah lama terbentuk. Termasuk sudut pandang bahwa ketika lulus kuliah harus menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) atau pegawai swasta. Ini yang harus diluruskan di masyarakat. “Kalau masalah biaya atau ekonomi itu bukan masalah utama, buktinya di kampus kami diberikan segala kemudahaan dan beasiswa, tetap kenginan siswa untuk kuliah presentasinya hanya sekian persen,”tuturnya.

Namun dari akar persoalan itu, lanjut prof Cecep, pihaknya menyadari jika Kabupaten Majalengka saat ini baru bergerak dari kota pensiun menuju kawasan Industri.Sehingga butuh waktu lama agar masyarakatnya bisa berpikiran maju pentingnya pendidikan sebagai inventasi bekal hidup di masa mendatang.

“Majalengka saat ini infrastrukturnya sudah mulai maju, namun dalam pendidikan perlu pembenahaan dalam segala sektor,”tukasnya.

Masih diungkapkan Prof Cecep, guna mengubah fenomena semacam ini perlu keberpihakan semua pihak. Termasuk unsur media massa yang harus memberikan edukasi dan kesadaran kepada masyarakat akan pentingnya pendidikan untuk bekal di masa mendatang.

“Selama ini peran media dari pengamatan saya fungsinya baru sebatas memberikan informasi dan hiburan, sedangkan fungsi pendidikan dan kontrol sosial masih terbilang minim,”tuturnya.

Ketua STKIP Yasika Arip Amin pihaknya mengucapkan banyak terimakasih kepada insan media yang telah membantu membesarkan kampus selama kurang lebih 3 tahun berjalan. Tanpa adanya bantuan dari media, kampus STKIP Yasikan tidak akan mengalami perkembangan dan kemajuan seperti sekarang ini.

“Alhamdulillah semua ini berkat dukungan dari berbagai unsur masyarakat, termasuk media di dalamnya. Kendati saat ini masih banyak PR pendidikan di Majalengka yang perlu diselesaikan dalam waktu dekat ini,”tukasnya.

Menurut dia, longgarnya prasyarat yang diterapkan dunia insdutri dalam merekrut tenaga kerja, khususnya garment, berdampak besar kepada pemikiran masyarakat yang semakin instan. Dijelaskan Arip, pendidikan merupakan investasi jangka panjang yang membutuhkan kesabaran, ketekunan dan keseriusan untuk merubah masa depan menjadi lebih baik serta lebih mudah dalam menghadapi masalah.

“Kami dari STKIP Yasika Majalengka mendorong para mahasiswa meningkatkan prestasi, baik di bidang akademik maupun non akademik seperti halnya seni, olahraga, menulis atau prestasi lainnya di lingkungan kampus sendiri maupun melalui lomba-lomba di berbagai lembaga dan pemerintahan. Bagi para mahasiswa yang berhasil meraih prestasi, STKIP Yasika memberikan penghargaan seperti dalam bentuk beasiswa, pemberian piagam, tropi dan penghargaan lainnya. (Chs)