foto mentan SYL

Raker Komisi IV DPR, Mentan: Realisasi Produksi Pangan Meningkat

Loading

JAKARTA (Independensi.com)  – Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyebutkan anggaran Kementerian Pertanian selama ini telah termanfaatkan dengan baik. Menghadiri rapat Rapat Kerja Komisi IV DPR RI, Syahrul ungkap bahwa realisasi produksi sejumlah komoditas pangan utama pada tahun 2020 mengalami peningkatan, bahkan melampaui target.

“Capaian produksi padi tahun 2020 mencapai 54,65 juta ton, lebih tinggi 0,09 persen dari produksi tahun 2019,” jelas Syahrul di Gedung DPR/MPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu (09/06/2021),

Beberapa produksi komoditas pangan lainnya seperti jagung, bawang merah, cabai, dan daging sapi/kerbau realisasinya pun melampaui target. Produksi jagung 23,09 juta ton atau 101 persen, produksi bawang merah 1,81 juta ton atau 113 persen, produksi cabai 2,77 juta ton atau 105 persen, dan produksi daging sapi/kerbau mencapai 0,54 juta ton atau 132 persen.

Syahrul juga menyebutkan program akselerasi ekspor yang dilaksanakan selama tahun anggaran 2020 hingga sekarang, telah berdampak positif terhadap peningkatan nilai ekspor pertanian. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor produk pertanian selama Januari – Desember 2020 Rp 451,8 triliun, meningkat 15,79 persen dibandingkan tahun 2019 senilai Rp 390,2 triliun.

“Sementara pada periode Januari – April 2021, ekspor pertanian mencapai Rp 189,09 triliun, tumbuh 34,97 persen dibanding periode yang sama,” tuturnya.

Seiring dengan meningkatnya kinerja produksi dan ekspor pangan, Syahrul menyebutkan kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian nasional pun turut meningkat, bahkan saat pandemi covid-19. “Selama tahun 2020, hampir seluruh sektor ekonomi Indonesia tumbuh negatif, sebaliknya sektor pertanian mampu tumbuh positif,” ujarnya.

Merujuk data BPS, Syahrul menyebutkan pada Triwulan II 2020, PDB sektor pertanian tumbuh 16,24 persen dibandingkan kuartal sebelumnya (q-t-q). Pada triwulan III dan IV, PDB pertanian juga tumbuh masing-masing 2,15 persen dan 2,59 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. “Pertanian mampu menjadi penyelamat perburukan resesi ekonomi nasional,” tutur Syahrul.

Untuk tahun 2022, Syahrul menegaskan pihaknya tetap berkomitmen untuk fokus dalam memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. “Kami akan tetap fokus untuk menyediakan pangan utama bagi 273 penduduk Indonesia,” ungkap Syahrul saat menghadiri Rapat Kerja Komisi IV DPR RI, di Gedung DPR/MPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu (09/06/2021).

Untuk mewujudkan upaya tersebut, Kementerian Pertanian (Kementan) menyiapkan sejumlah program, yaitu menjaga keberlanjutan peningkatan produksi komoditas prioritas, pengembangan diversifikasi pangan lokal, penguatan rantai pasok dan logistik pangan, penguatan food estate dan korporasi petani, serta pengembangan smart farming dan digitalisasi pertanian.

 

Dalam rangka pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan pertanian 2022, Kementan mendapatkan Pagu Indikatif Rp14,51 triliun. Dengan anggaran tersebut, Kementan menetapkan target produksi komoditas utama, yaitu padi sebesar 55,20 juta ton, jagung 20,1 juta ton, kedelai 0,3 juta ton, bawang merah 1,64 juta ton, cabai 2,87 juta ton, gula 2,3 juta ton, dan daging sapi 0,44 juta ton.

Untuk mengamankan produksi pangan, Kementan akan melaksanakan mitigasi untuk mengantisipasi musim kering. Salah satu langkah stratetgis yang dilakukan adalah mengiventarisasi daerah rawan kekeringan dan pengawalan, serta monitoring pertanaman pada daerah potensi kekeringan. Koordinasi dengan daerah pun diintensifkan untuk memitigasi dampak resiko. Syahrul juga akan meminta jajarannya melakukan diseminasi informasi prakiraan iklim, serta mengadvokasi pemanfaatan sumber-sumber air seperti embung, bendungan, waduk, serta mendorong petani untuk memanfaatkan asuransi dan bantuan sarana produksi.

“Kami akan melakukan percepatan tanam. Di mana ada air, kami akan melakukan akselerasi di sana,” ungkap Syahrul.

Selaras dengan upaya penyediaan pangan, Kementan juga terus melakukan akselerasi ekspor pertanian. “Kita akan menjalankan program untuk meningkatkan nilai tambah, daya saing, dan ekspor pertanian,” sebut Syahrul. (wst)