146 Kasus Varian Baru Covid 19 Ditemukan di 12 Provinsi

Loading

JAKARTA (IndependensI.com) – Varian baru Covid-19 ditemukan sebanyak 145 kasus di 12 provinsi di Indonesia. Temuan ini berdasarkan hasil pemeriksaan dan analisis terhadap 1.989 sekuens genom virus SARS-CoV-2.

“Dari 1.989 total sekuens telah terdeteksi 145 sekuens variant of concern: 36 B117, 5 B1351, 104 B16172,” demikian penjelasan dalam tabel rekap sekuens variant of concern yang dibagikan ahli epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Pandu Riono melalui akun twitternya @drpriono1, Senin (14/6/2021).

Data yang dicantumkan dalam tabel tersebut merupakan hasil rekap sekuens per 13 Juni 2021. Tabel juga memuat logo Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Masih berdasarkan data pada tabel itu, dari temuan 145 kasus varian Covid-19, sebaran terbanyak ada di Jawa Tengah mencapai 76. Kemudian disusul DKI Jakarta 48, Sumatera Selatan 4, Kalimantan Timur 3, Kalimantan Tengah 3, Jawa Timur 3, Jawa Barat 2, Sumatera Utara 2, Kalimantan Selatan 1, Bali 1, Riau 1 dan Kepulauan Riau 1.

Jika dilihat dari varian Covid-19 yang paling mendominasi adalah B16172 Delta, mencapai 104 kasus. Varian ini paling banyak ditemukan di DKI Jakarta dan Jawa Tengah.

Sementara, varian B117 Alfa sebanyak 36 kasus, ditemukan paling banyak di DKI Jakarta. Adapun varian B1351 Beta sebanyak 5 kasus, ditemukan paling dominan juga di DKI Jakarta.

Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan beberapa daerah sudah terpapar kasus varian B16172 Delta. Wilayah yang didominasi varian tersebut di antaranya Kudus, Bangkalan dan Jakarta.

“Karena beberapa daerah seperti Kudus, kemudian DKI Jakarta dan juga di Bangkalan memang sudah terkonfirmasi varian deltanya atau B16172 atau juga varian dari India mendominasi,” katanya saat rapat terbatas bersama Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Senin (14/6).

Budi menyebut, varian B16172 Delta lebih cepat penularannya. Karenanya, dia meminta seluruh masyarakat patuh menerapkan protokol kesehatan. “Ini penularannya lebih cepat walaupun tidak lebih mematikan,” ujarnya.