Dibatasi Pandemi, Summarecon Masih Mampu Kantongi Pendapatan Hingga Rp5 Triliun

Loading

JAKARTA (Independensi.com) – Pandemi COVID19 telah terbukti membawa dampak buruk ke sejumlah sektor industri. Tak terkecuali di bisnis properti. Berbagai bentuk pembatasan kegiatan masyarakat sebagai upaya untuk memitigasi risiko penularan virus COVID19 membuat para calon pembeli produk properti tidak bisa melakukan survey secara langsung terhadap hunian yang tengah diincar. “Meskipun kami telah berupaya melakukan penjualan secara digital lewat media sosial, tetap saja konsumen ingin datang dan merasakan bagaimana tinggal di rumah itu. Misal di Summarecon Bogor, ketika kami adakan penjualan offline, konsumen yang tertarik datang sangat banyak, bahkan harus antre bergiliran untuk dapat masuk melihat langsung show unit kami,” ujar Direktur Utama PT Summarecon Agung Tbk, Adrianto P Adhi, dalam public expose perusahaan yang digelar secara virtual, Selasa (24/8).

Meski demikian, bila melihat catatan kinerjanya di sepanjang tahun 2020 lalu, Summarecon patut bersyukur. Pasalnya, meski dibatasi oleh pandemi, kinerja bisnis perusahaan dengan kode saham SMRA tersebut terbukti masih ‘moncer’. Di sepanjang tahun lalu, nilai pra-penjualan pemasaran sebesar Rp3,3 triliun berhasil diamankan, melampaui revisi target yang telah ditetapkan sebelumnya di level Rp2,5 triliun. Sedangkan total pendapatan yang mampu dikantongi pada tahun lalu tercatat mencapai Rp5 triliun. Bisnis pengembangan properti masih menjadi backbone bisnis perusahaan dengan menghasilkan pendapatan operasional sebesar Rp3,7 triliun. Capaian tersebut setara dengan 73 persen terhadap total pendapatan perusahaan.

Dari segi varian produk, jenis hunian masih mendominasi, baik itu untuk landed maupun vertikal, dengan kontribusi terhadap penjualan sebesar 79 persen. “Kinerja positif di tahun 2020 tak lepas dari kebutuhan masyarakat terhadap produk properti untuk tempat tinggal maupun usaha yang terus meningkat. Sedangkan dampak pandemi terhadap daya beli dapat kami tanggulangi dengan penawaran skema pembayaran yang cukup bersahabat dan tingkat suku bunga kredit yang relatif rendah. Dengan begitu produk properti menjadi semakin mudah dijangkau oleh masyarakat luas,” tegas Adrianto.

(TSP)