Abdy Yuhana : Amerika Sangat Tidak Menyukai Bung Karno

Loading

BANDUNG (Independensi)- Sekretaris Jenderal Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA-GMNI) Dr. Abdy Yuhana, S.H., M.H mengungkapkan, pasca kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945, Amerika Serikat (AS) sangat tidak menyukai mindset, gaya kepemimpinan dan sikap politik nasional dan internasional dari Sukarno atau Bung Karno .

Abdy menjelaskan, secara nasional konsep yang diusung Sukarno dalam menciptakan tatanan masyarakat berbangsa dan bernegara Republik Indonesia yang mengusung Berdikari Dalam Bidang Ekonomi, Berdaulat Dalam Bidang Politik dan Berkepribadian Dalam Bidang Budaya sangat tidak disukai oleh Amerika.

“Selain itu, di Indonesia pada waktu itu ada tiga kutub ideologi yang mewarnai dinamika sejarah berdirinya NKRI, yaitu ideologi yang berlatangbelakang Nasionalisme, ideologi yang berlatangbelakang Agama dan Ideologi yang berlatang belakang Komunis,” ungkap Abdy, dalam keterangan tertulisnya, baru-baru ini.

“Konsep Sukarno mengenai Nasakom tersebut sangat tidak disukai juga oleh Amerika. Ditambah Sukarno selalu menggaungkan anti kapitalisme dan anti liberalisme karena dianggap bertentangan dengan kemanusiaan dan tidak sesuai dengan karakter dan kepribadian masyarakat Indonesia yakni ‘gotong royong’,” tambah Politisi PDI Perjuangan itu.

Secara internasional, sambung Abdy, Sukarno selalu menggaungkan konsep humanisme dan anti penindasan serta selalu menggelorokan kebebasan dan kemerdekaan bagi bangsa yang ditindas oleh negara adi kuasa, seperti Amerika.

Selain Sukarno bersama para tokoh nasional lainnya telah berhasil melawan para penjajah dan telah memerdekakan Bangsa Indonesia dan membentuk NKRI, Sukarno juga menjadi pelopor dalam memperjuangkan kebebasan dan kemerdekaan bangsa – bangsa Asia dan Afrika yang pada waktu itu ditindas dan dijajah oleh negara-negara adi kuasa seperti Amerika dan Sekutunya.

“Hal – hal tersebut lah yang membuat Amerika dan Sekutunya sangat tidak menyukai Sukarno,” ujar Abdy.

Abdy menambahkan, semenjak NKRI berdiri dan Sukarno menjadi Presiden RI, Sukarno fokus terhadap nasionalisasi aset asing, sampai dengan membuat regulasi tentang reforma agraria serta penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal luar negeri.

Regulasi tersebut, ujar Abdy, membuat Amerika dan Sekutunya sulit untuk menguasai dan mengeruk keuntungan dari sumber kekayaan alam Indonesia.

“Dapat disimpulkan bahwa Amerika dan Sekutunya dalam aspek penguasaan politik dan ekonomi terhadap Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Sukarno menjadi sulit dan tidak dapat dikendalikan penuh sesuai dengan kepentingan Amerika dan Sekutunya,” ujar Abdy. (Hiski Darmayana)