Foto : Bupati Rembang, Abdul Hafidz (ketiga kiri), General Manager of CSR SIG, Edy Saraya (kedua kiri) melihat produk olahan jagung UMKM binaan Rumah BUMN SIG di Rembang Jawa Tengah.

Dukung Produktivitas Petani Jagung di Rembang, SIG Bentuk Klaster Jagung

Loading

JAKARTA (Independensi.com) – Dalam rangka meningkatkan produktivitas petani jagung di Kecamatan Gunem, Bulu, Pamotan dan Sedan, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SIG) membentuk “klaster jagung”.

Hal tersebut, dilakukan selaras dengan arahan Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah agar BUMN yang ada di setiap Kabupaten melakukan klasterisasi potensi daerah.

Pembentukan “Klaster Jagung” untuk Kecamatan Gunem, Bulu, Pamotan dan Sedan, dilaunching oleh SVP of  Supporting SIG, Muchamad Supriyadi, Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Provinsi Jawa Tengah, Ema Rachmawati dan Bupati Rembang, Abdul Hafidz di Rumah BUMN, Rembang.

SVP of  Supporting SIG, Muchamad Supriyadi menjelaskan bahwa dipilihnya pembentukan klaster jagung ini karena potensi jagung di Kabupaten Rembang cukup besar.

“Tanaman jagung memiliki nilai ekonomi yang tinggi, selain biji, batang dan daun yang dapat dimanfaatkan, bonggol jagung juga dapat digunakan untuk bahan bakar alternatif pengganti batu bara pada pabrik semen.

Karena itu SIG berharap, UMKM di Rembang yang memiliki lahan dan tanaman jagung dapat lebih dioptimalkan guna menambah penghasilan para petani,” ujarnya dalam keterangan persnya, Minggu (24/7).

Sementara, Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Provinsi Jawa Tengah, Ema Rachmawati berharap dengan terbentuknya klaster jagung di Rembang dapat memenuhi kebutuhan pasar.

“Kegiatan ini diharapkan bisa membantu supply chain, sehingga hasil UMKM dapat memasok industri hilir karena selama ini UMKM dapat memproduksi namun kesulitan dalam hal pemasarannya karena belum memiliki pembeli. Sehingga, pembentukan klaster ini dapat lebih mudah menentukan dan mendapatkan pasar,” katanya.

Senada disampaikan, Bupati Rembang, Abdul Hafidz bahwa pembentukan klaster jagung menjadi trigger yang bisa membanggakan bagi petani jagung di Rembang.

“Berdasar keluhan petani, mereka tidak memiliki kekuatan dan otoritas. Ketika panen banyak harga akan jatuh, kalau produksi kurang harga akan naik dan itu sudah menjadi ilmu ekonomi. Namun dengan adanya klaster ini diharapkan dapat memberikan solusi bagi para petani mulai proses hulu hingga hilir pertanian jagung,” tuturnya.

Kabupaten Rembang menurutnya masih memiliki potensi pertanian yang besar, salah satunya ada pada tanaman jagung. Namun, faktanya petani jagung rata-rata masih menggunakan teknik konvensional di dalam prosesnya. Sehingga, hasil panen memiliki harga yang tidak stabil dan cenderung murah.

“Selain itu, tantangan yang dihadapi adanya limbah janggel jagung yang menjadi masalah dan tidak bernilai ekonomis,” tandasnya.

Pembentukan klaster jagung ini, dilakukan SIG untuk memberikan solusi terhadap masalah yang di hadapi petani saat ini. Salah satunya dengan melakukan inovasi melalui modernisasi proses panen yang selama ini memanfaatkan panas matahari.

Kemudian akan beralih menggunakan mesin pengering sehingga total kandungan air sesuai kebutuhan standar industri pakan sehingga harga jagung tinggi dan stabil.

Selain itu, adanya keragaman pengolahan biji jagung menjadi alternatif produk turunan seperti aneka olahan jagung berupa makanan maupun kerajinan menjadi.

Petani jagung juga bisa membuat silase dari tanaman jagung usia 60 hari untuk menjadi pakan ternak. Bahkan limbah bonggol jagung juga dapat dimanfaatkan menjadi bahan alternatif bahan bakar alternatif di pabrik semen. (Mor)