Foto penampilan para bocah dan pembimbingnya, dari berbagai daerah, bahkan dari mancanegara, pada Festival Tlatah Bocah (FTB) di tahun-tahun sebelum pandemi. (Foto Dokumentasi FTB)

Festival Tlatah Bocah Kembali Digelar

Loading

MAGELANG (IndependensI.com) – Setelah terhenti karena pandemi selama tahun 2020-2022, pada tahun 2023 ini, kemeriahan Festival Tlatah Bocah hadir kembali. Pada tahun ini, para aktivis di Magelang, bekerja sama dengan puluhan komunitas seni dan relawan  dari berbagai daerah lain, akhirnya dapat menggelar Festival Tlatah Bocah XIV. Bahkan pada tahun 2023 ini, penyelenggaraannya dua kali.

“Festival Tlatah Bocah (FTB) yang ke-14 ini, bertema Urip Iku Urup. Yang kami maknai bahwa Hidup Harus Berkarya,” ujar Direktur Tlatah Bocah, Gunawan Julianto, dalam keterangannya kepada media di Magelang, Kamis (6/7), sehari sebelum penyelenggaraan FTB XIV, pada 7-9 Juli 2023).

Menurut Gunawan, pemilihan tema “Urip Iku Urup” berawal dari adanya kesadaran bahwa keberhasilan melewati masa kritis pandemi merupakan anugerah untuk berkarya terus-menerus. Menurutnya, berkarya dalam konteks ini adalah dengan cara memaknai filsafah Jawa Hamemayu Hayuning Bawana, yang berarti mempercantik keindahan dunia.

Dua Kali Penyelenggaraan

Gunawan menyampaikan bahwa banyaknya potensi dan berkembangnya komunitas anak mandiri di berbagai daerah menjadikan festival harus dilaksanakan secara lebih luas. Oleh karena itu, pada tahun ini Festival Tlatah Bocah XIV pelaksanaannya sampai dua kali.

FTB XIV Pertama, pada 7-16 Juli 2023 di Dusun Sawangan, Desa Sawangan, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah.  Pada gelaran yang pertama ini FTB XIV  menampilkan 41 pertunjukan dan menggelar 11 lokakarya. Para penampil berasal sejumlah daerah di Provinsi Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dan Jawa Timur. Yakni dari Jepara, Kendal, Semarang, Surakarta, Purworejo, Salatiga, Boyolali, Magelang, Sleman, Gunungkidul, juga berbagai komunitas dari kawasan Gunung Sumbing, Perbukitan Menoreh, Gunung Merapi, dan Gunung Merbabu. Pengisi acara dan relawan dari Jawa Timur antara lain berasal dari Kabupaten Kediri.

“Kegiatan dalam FTB XIV ini terdiri darii pentas seni, lokakarya, dan juga ada lapak komunitas,” ujar Gunawan.

FTB XIV Kedua, pada 1-16 September 2023 akan berlangsung di Dusun Ngasem, Kecamatan Pageruyung, Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah. Pada gelaran yang kedua agenda FTB menurut Gunawan, kurang lebih sama. Namun para pengisi acara sedikit banyak akan berbeda dengan FTB XIV yang pertama di Sawangan, Magelang. Para penampil FTB XIV kedua, akan berasal dari komunitas sekitar Kabupaten Kendal dengan tambahan komunitas lain dari luar daerah.

Festival Milik Semua Orang

Sebagai pendiri Tlatah Bocah, Gunawan menegaskan bahwa Festival Tlatah Bocah (FTB) sudah menjadi festival milik semua orang.

“Kami tidak berani mengklaim bahwa ini semua adalah milik kami. Apalagi melegalkan menjadi badan hukum, karena semenjak awal FTB dulu, ada ribuan orang yang terlibat, bergotong-royong, bahu membahu mewujudkan Festival ini,” ujar Gunawan  beberapa waktu lalu.

Belasan Antre di Daftar Cadangan

Menurutnya, komunitas-komunitas dari berbagai provinsi lain menyatakan tidak sabar untuk bisa hadir dan turut merayakan FTB XIV ini. Tercatat, selain 41 penyaji, ada belasan komunitas lain masuk dalam daftar cadangan.

Setiyoko, aktivis dan tokoh seni dari Sanggar Bangun Budaya, di Dusun Sumber, Desa Sumber, Kecamatan Dukun, Kabupaten  Magelang, menyatakan, sanggarnya terlibat dalam FTB semenjak awal penyelenggaraan, yakni FTB I pada tahun 2007. Menurutnya, FTB I berdampak sangat positif, karena memungkinkan sanggarnya membuka jejaring dengan komunitas lain yang sebelumnya tak terbayangkan.

“Misalnya, hadirnya seniman-seniman dari luar negeri. Mereka tinggal di dusun kami, live in dan mengajak kami berkolaborasi,” ujar lelaki yang memiliki nama panggilan Yoko ini.

Susanto, aktivis FTB dari Dusun Sawangan, Kabupaten Magelang juga menyampaikan kesannya tentang FTB.

“Meskipun kami baru terlibat tahun 2018, namun kawan-kawan di sini sangat senang karena bisa belajar dari kelompok seni yang lain. Saat kami menyatakan siap menjadi tuan rumah, sebenarnya ada keraguan apakah mampu menggerakkan warga,” ujar Susanto.

Di luar dugaannya, mereka yang awalnya cuek, selama 1,5 bulan ini ternyata mau bergotong royong membuat instalasi arena pertunjukan.

“Demikian pula pihak desa sangat mendukung dan memfasilitasi. Saya tidak menyangka kalau komunitas kami bisa seperti ini,” ujar Susanto dalam pertemuan daring “Road To FTB XIV” melalui Zoom beberapa waktu lalu.

Acong, aktivis dari Kecamatan Pageruyung, Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah, mengatakan, ada temannya yang memperkenalkan dirinya kepada Komunitas Tlatah Bocah, tepatnya pada tahun 2016 lalu.

“Zita Wahyu yang ‘menjerumuskan’ saya dalam Tlatah Bocah pada tahun 2016.  Nampaknya asyik juga, menggunakan seni tradisi untuk mengajak anak belajar solidaritas dan gotong royong,” ujar Acong.

Menurutnya, di Kabupaten Kendal sendiri susah menemui keberadaan komunitas anak.

“Kami memberanikan diri jadi tuan rumah, supaya semakin banyak komunitas di sekitar daerah kami membentuk jejaring untuk memajukan budaya lokal,” ujar Acong menyampaikan harapannya.