Menjawab Tantangan Transformasi Digital di Indonesia

Loading

JAKARTA (IndependensI.com) – Transformasi digital telah menjadi tren global terutama saat pandemi melanda dunia. Hal ini telah mendorong perubahan diberbagai aspek kehidupan. Namun, hal ini tak lepas dari berbagai tantangan yang ada, salah satunya yaitu kesiapan masyarakat menyambut pesatnya perkembangan arus digital. Untuk menjawab tantangan tersebut, Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) membahas bagaimana menciptakan ruang digital yang aman dalam NGOBRAS atau Ngobrol Bareng Legislator dengan tema “Tantangan Transformasi Digital” pada Rabu, 24 Januari 2024.

Menurut H. Subarna SE, M.Si – Anggota Komisi I DPR RI, masih terdapat tantangan dalam menerapkan transformasi digital di Indonesia, diantaranya pembangunan infrastruktrur, pemanfaatan secara produktif aplikasi dan konten lokal, serta sumber daya manusia yang kompeten. Saat ini pemerintah tengah membangun 83 ribu BTS, dengan kualitas broadband yang mumpuni. Untuk wilayah perkotaan infrastruktur sudah mumpuni, namun di wilayah pinggiran infrastruktur belum optimal.

Efek transformasi menyebabkan perubahan paradigma dalam segala aspek kehidupan, termasuk ekonomi. Pada Tahun 2022, ekonomi digital mencapai 77 Miliar Dollar AS atau meningkat 22 persen dari tahun 2021. Indonesia merupakan salah satu pemain utama ekonomi digital yang menguasai hampir 40 persen pasar digital ASEAN.

“Tak hanya itu, risiko dan tantangan juga akan mengintai saat penggunaan digital digunakan secara luas, seperti kesenjangan, disrupsi teknologi, isu data dan keamanan, isu kedaulatan digital. Karena itu, perlu dilakukan langkah mitigasi yang efektif dan menyeluruh,” ungkap Subarna.

Meski pemerintah terus menggencarkan transformasi digital, namun literasi digital belum merata terutama dalam industri UMKM, baik pelaku bisnis maupun customer. Sebagai pasar terbesar dalam industri digital, Indonesia masih kalah dari Singapura dan Vietnam.

Dr. Achmad Budiman Sudarsono, M.Ikom – Founder Bebek Is Back menambahkan, apa yang terjadi pada pedagang Tanah Abang yang menolak Tiktok merupakan salah satu contoh yang menandakan transformasi digital belum sampai pada sasaran, padahal jika dimanfaatkan dengan benar dapat menjadi peluang bisnis yang menguntungkan.

Karena itu, Achmad menghimbau agar pedagang dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan yang ada, dengan melakukan persiapan, yang dimulai dengan perbaikan pondasi digital dan menetapkan standar dalam teknologi inovasi agar berkesinambungan.

Hal senada juga diungkap Irwan Tamrin, S.E, M.Par.,CDMS – founder dan CEO WisataSekolah.com. Tantangan tak hanya menerpa industri UMKM, namun juga industri pariwisata. Indonesia memiliki banyak destinasi wisata yang berevolusi dan bertransformasi, namun belum tergarap optimal. Hal ini, karena pihak-pihak terkait belum siap. Padahal, pariwisata merupakan salah satu sektor yang pertama melakukan digitalisasi. “Karena itu, perlu memperbaiki pola pikir yang sejalan dengan perubahan tata kelola konvensional menjadi digital,”ujar Irwan.

Saat ini, sosial media menjadi salah satu ‘tools’ penting karena memiliki jangkauan lebih luas dan cepat. Sehingga, diperlukan ‘digital mindset’ karena transformasi menjadi keniscayaan seiring dengan perkembangan teknologi dan ketatnya persaingan bisnis, baik di tingkat nasional maupun global.