Politisi Partai Solidaritas Indonesia, Grace Natalie

Grace : Pernyataan Sutiyoso Soal Tionghoa Rasis & Ngawur!

Loading

JAKARTA (Independensi.com) – Politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Grace Natalie mengecam pernyataan Mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso yang menyudutkan etnis Tionghoa.

Sutiyoso dalam suatu pernyataannya baru-baru ini, mengajak umat Islam Indonesia mewaspadai potensi dominasi etnis Tionghoa di Indonesia. Salah satu indikator yang diungkapkan tokoh yang akrab disapa Bang Yos itu adalah banyaknya tenaga kerja asing (TKA) China yang datang ke Indonesia.

Grace Natalie mendesak  Bang Yos meminta maaf atas pernyataannya mengenai TKA China. Grace  menilai pidato Bang Yos yang membahas mengenai TKA China akan menguasai Indonesia, ngawur, rasis dan tendensius karena tidak sesuai dengan data dan realita yang ada.

“Saya menyayangkan seseorang sekaliber Bang Yos yang memiliki karier panjang di militer dan pemerintahan serta pernah dipercaya Presiden Jokowi sebagai Kepala Badan Intelijen Negara bisa membuat pernyataan yang begitu rasis, tendensius, dan berlawanan dengan realita dan juga data,” ujar Grace dikutip dari YouTube Cokro TV.

Dalam sejumlah wawancara, Bang Yos mengaku menggunakan naluri intelijennya dalam membuat analisa potensi dominasi China di Indonesia melalui tenaga kerjanya.

“Meski begitu pernyataan Bang Yos sangat rasis dan berpotensi memecah belah persatuan bangsa,” ujar Grace.

Grace menyoroti pernyataan Bang Yos bahwa ada banyak sekali TKA China yang merupakan buruh kasar bukan tenaga ahli.

“Duh Bang Yos ini gaulnya ke mana aja sih, isu ini udah berulang kali dibahas bahkan dijelaskan secara langsung oleh Presiden Jokowi,” kata Grace Natalie.

Merujuk data Kementerian Tenaga Kerja, jumlah TKA di Indonesia pada 2021 hanyalah sekitar 88 ribuan. TKA China hanya 42 persen.

“Berarti setara 0,01 persen jumlah penduduk Indonesia. Jadi kecil banget jumlahnya tidak sampai 1 persen. Jumlah TKA China lebih kecil dari jumlah buruh migran Indonesia di RRC yang jumlahnya 80 ribu orang,” ujar Grace.

Kemudian soal kompetensi dan kualifikasiTKA yang menurut Bang Yos merupakan buruh kasar bukan tenaga ahli. Menurut Grace, TKA diperkerjakan karena memang tenaga lokal belum mumpuni. Misalnya pekerjaan tukang las di proyek kereta cepat.

“Tukang las yang dibutuhkan bukan tukang las biasa. melainkan harus punya sertifikasi dan kemampuan khusus,” kata Grace.

Grace pun menyinggung pernyataan Bang Yos bahwa setelah proyeknya selesai, maka para TKA China itu tidak mau pulang ke negaranya. Mereka tetap mau di Indonesia karena di negaranya hanya bisa punya anak satu sementara di Indonesia bisa punya anak sebanyak-banyaknya.

Lalu Bang Yos bahkan mengatakan pemerintah RRC pusing mengurusi rakyatnya yang berjumlah 1,4 miliar dan cara termudah mengekspor rakyat RRC adalah dengan mengirim ke negara lain.

“Wah ini logika darimana lagi?  mungkin data intelijen Bang Yos belum diupdate cukup lama kali ya,” ujar mantan presenter berita ini.

Saat ini menurut Grace, RRC sudah bukan negara miskin lagi. Keberhasilan China mengentaskan kemiskinan sudah diakui dan dipuji dunia internasional.

Dalam waktu 30 tahun saja, pemerintah RRC berhasil mengangkat sekitar 750 juta orang dari kemiskinan ekstrem. Saat ini separuh penduduk RRC penghasilannya menengah. Tatanan sosial mereka sudah berubah lebih maju dan lebih sejahtera.

Bahkan kata Grace Natalie, penduduk China sekarang sudah malas punya anak banyak sampai-sampai pemerintah China harus mencanangkan punya anak itu tiga.

Tapi tetap saja fertility rate di RRC tidak sampai dua. Artinya mayoritas warga di sana paling punya anak itu antara 1 paling banyak 2.

“Bukan pemerintahnya melarang, melainkan mereka sendiri yang tidak mau, karena sekarang hidupnya jauh lebih sejahtera. Sudah tahu punya anak itu bukannya untung melainkan justru banyak tanggung jawab yang dikeluarkan,” ujar Grace.

“Jadi analisa Bang Yos yang mengatakan TKA China akan menetap di Indonesia supaya hidup lebih baik dan bisa punya anak banyak itu ngawur banget dan bertolak belakang dengan realita,” jelas Grace.

Hingga hari ini, kata Grace, masih banyak etnis Tionghoa yang hidup dalam bayang-bayang kelam tragedi kemanusiaan 1998.

Sebagai seorang tokoh bangsa apalagi punya latar belakang intelijen menurut Grace seharusnya Bang Yos mengetahui hal ini dan lebih berhati-hati serta bijak dalam membuat pernyataan di depan publik.

“Oleh karena itu saya berharap Bang Yos mau berbesar hati meminta maaf dan mengklarifikasi pernyataan Bang Yos kepada publik Indonesia,” pintanya.

Sebelumnya, Sutiyoso mengaku miris terhadap banyaknya pekerja asing, khususnya dari China yang datang ke Indonesia.

Purnawirawan Letnan Jenderal TNI itu menilai bahwa ribuan pekerja asing tersebut tidak akan pulang ke negeri asalnya.

Sutiyoso pun mengajak seluruh pihak khususnya Umat Islam untuk menjaga persatuan agar jangan sampai suatu saat tersisih.

“Contoh yang paling dekat Singapura, perdana menteri pertama orang Melayu, sekarang sudah tidak ada lagi. Lihatlah Malaysia sudah beberapa departemen dipimpin etnis ini (Tionghoa),” tambah Sutiyoso.

Sutiyoso menyatakan, makin banyaknya populasi Tionghoa, apalagi nantinya berkolaborasi dengan para pengusaha kaya di sini akan menjadikan mereka lebih kuat.

“Jadi jangan sampai kita gak sadar-sadar akhirnya mereka yang mayoritas suatu saat nanti,” tambah Bang Yos.  (Hiski Darmayana)