BALI (IndependensI.com) – Di samping terus menambah tampungan air lewat pembangunan bendungan dan embung, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan (PUPR) juga terus melakukan pemeliharaan danau dan waduk sebagai tampungan air untuk pemenuhan kebutuhan air baku, salah satunya adalah rehabilitasi Waduk Muara Nusa Dua, Denpasar, Bali. Rehabilitasi tersebut bertujuan untuk mengembalikan daya tampung optimal waduk yang terus menurun akibat sedimentasi.
Presiden Jokowi dalam tinjauannya ke lokasi pekerjaan rehabilitasi Waduk Muara Nusa Dua mengatakan, waduk seluas 35 hektar tersebut berperan penting dalam memasok air baku pada kawasan pariwisata utama di Bali, yakni kawasan Kuta, Benoa, Nusa Dua dan sekitar Bandara I Ngurah Rai. Selain Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Presiden hadir bersama Sekretaris Kabinet Pramono Anung, dan Gubernur Bali I Wayan Koster.
“Saat ini progresnya sudah sekitar 80 persen dan akan diselesaikan akhir Desember 2019. Saya melihat dari sisi pengerjaan kelihatan rapi, nanti sisi kanan kirinya akan dibangun resto dan kafe. Kalau fungsinya tidak hanya untuk air baku, namun juga untuk wisata lebih bagus,” kata Presiden Jokowi di Bali, Jumat (14/6/2019).
Menteri Basuki mengatakan, Waduk Muara Nusa Dua selesai dibangun pada tahun 1996 dengan daya tampung 770.000 m3 dan menjadi waduk pertama di Indonesia yang dibangun di muara sungai. “Karena ini muara, maka airnya terus mengalir dan permasalahannya adalah sampah karena aliran sungainya melewati Kota Denpasar. Dua tahun lalu, saya kesini penuh sampah dan kumuh, karena belum pernah direhab maka kami programkan,” ujarnya.
Sebelum direhabilitasi, menurut Menteri Basuki waduk tersebut hanya mampu memasok kebutuhan air baku sebesar 300 liter per detik. Saat ini sudah dikeruk dan kami kembalikan lagi kapasitasnya. Sekarang setelah direhab meningkat jadi 500 liter per detik yang bisa langsung dimanfaatkan oleh PDAM Kabupaten Badung, karena disitu sudah ada kantor dan intake-nya,” kata Menteri Basuki.
Selain untuk memasok kebutuhan air baku, ditambahkan Menteri Basuki bahwa waduk tersebut juga dilengkapi bendung gerak/karet yang berfungsi sebagai pengendali banjir. “Ada dua span bendung karet, sehingga kalau lagi banjir itu dibuka bisa melepas air (flushing) ke laut,” ujarnya.
Menteri Basuki menyatakan, selain melakukan rehabilitasi waduk, Kementerian PUPR juga akan melakukan penataan kawasan sekitar waduk sehingga dapat menjadi destinasi wisata baru. “Saya akan tugaskan Ditjen Cipta Karya untuk mendesain kawasan ini untuk dikembangkan pemanfaatannya sebagai ruang publik dengan fungsi wisata dan fungsi lainnya seperti untuk olahraga dayung,” ujarnya.
Direktur Jenderal (Dirjen) Sumber Daya Air Kementerian PUPR Hari Suprayogi mengatakan waduk tersebut dibangun untuk menampung air tawar dari Tukad (Sungai) Badung dengan panjang alur sungai mencapai 19,6 km. “Pekerjaan rehabilitasi telah dimulai sejak tahun 2017 oleh kontraktor Wijaya Karya-Bahagia Bangun Nusa, KSO dengan anggaran Rp 205 miliar dari APBN. Komponennya selain pengerukan juga buat saringan sampah dan perbaikan tanggul,” ujar Hari.
Sementara Kepala Balai Wilayah Sungai Bali Nusa Penida Airlangga Mardjono menyatakan, pengelolaan Waduk Muara Nusa Dua dibagi menjadi dua zona yakni pengendapan dan pemanfaatan. “Pengendapan untuk sampah dan sendimen yang dialirkan ke saluran pengarah untuk diangkut trash rack (saringan sampah). Sedangkan zona pemanfaatan untuk sumber air baku,” tutur Airlangga.
Turut hadir Direktur Utama PT Wijaya Karya (Persero) Tumiyana, Direktur Operasi I PT Wijaya Karya (Persero) Agung Budi Waskito, Direktur Jenderal (Dirjen) Sumber Daya Air (SDA) Kementerian PUPR Hari Suprayogi, Kepala Pusat Bendungan Ditjen SDA Ni Made Sumiarsih, Direktur Bina Penatagunaan Sumber Daya Air Ditjen SDA Kementerian PUPR Fauzi Idris, Kepala BBPJN VIII Surabaya Kementerian PUPR I Ketut Darmawahana, Kepala Balai Wilayah Sungai Bali Nusa Penida Airlangga Mardjono, dan Kepala Biro Komunikasi Publik Endra S. Atmawidjaja.