PADANG (IndependensI.com) – Penyebaran paham radikalisme dan terorisme di lingkungan perguruan tinggi selama ini dinilai sudah sangat memprihatinkan. Penyebarannya yang secara diam-diam di lingkungan perguruan tinggi tentunya sebuah ‘kecolongan’ terbesar dalam dunia pendidikan.
Oleh karena itu berbagai upaya pencegahan terus dilakukan untuk membersihkan kampus dari radikalisme dan terorisme. Salah satunya dengan membekali mahasiswa baru dengan wawasan kebangsaan dan pemahaman tentang ancaman dan bahaya radikalisme
Hal tersebut ditunjukkan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol Drs Suhardi Alius, MH, dengan memberikan kuliah umum mengenai Resonansi Kebangsaan dan Bahaya serta Pencegahan Paham Radikalisme dan Terorisme, kepada 800 mahasiswa baru Universitas Andalas (Unand) Padang dan 9.000 mahasiswa baru Universitas Negeri Padang (UNP) , Kamis (22/8/2019).
Saat memberikan pembekalan di Gedung Convention Hall, Unand, Kepala BNPT mengungkapkan keresahannya atas pergeseran nilai-nilai kearifan lokal yang sedang dialami bangsa Indonesia khususnya di tengah masyarakat Sumatera Barat. Sejarah dan akar budaya kita kini semakin terlupakan. Kini masyarakat cenderung apatis dengan perubahan-perubahan yang ada di sekitar lingkungannya.
“Siapa yang tidak kenal ulama-ulama besar dari Sumatera Barat seperti Buya Hamka, Banyak sekali diplomat-diplomat ulung dan sastrawan besar yang berasal dari ranah Minang. Saya sangat rindu itu. Jangan tinggalkan sejarah budaya bangsa kita. Jangan lupakan asal muasal dan kearifan local. Nilai-nilainya harus kita kembalikan sehingga negara kita bisa maju tetapi dengan tidak melupakan sejarah,” ujar Suhardi.
Lebih lanjut, Kepala BNPT mengatakan bentuk keapatisan terhadap nilai-nilai budaya ini akibat dari perilaku masyarakat yang sudah cenderung bergantung kepada teknologi internet. Konten yang beredar sulit untuk disaring, apalagi yang mengandung perpecahan sehingga dapat melunturkan rasa persatuan dan kebersamaan sebagai satu bangsa.
“Tentunya ini yang harus diwaspadai, karena ini sudah menjadi celah besar masuknya paham intoleransi, radikalisme, dan terorisme. Hanya gara-gara hoaks di media sosial, kita berseteru dengan saudara kita. Begitu hebatnya gadget bermain, bukti dunia hanya ada dalam genggaman kita. Ini merupakan masalah yang sangat berbahaya kalau dibiarkan berlama–lama,” ujar mantan Sekretaris utama (Sestama) Lemhanas RI ini.
Oleh karena itu mantan Kapolda Jawa Barat ini berharap, mahasiswa bisa menjadi agen perubahan dan bisa meniru semangat yang pernah dimiliki para tokoh–tokoh dan pahlawan asal ranah minang yang pernah berjuang dalam masa pra-kemerdekaan dan pasca kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
“Semangat yang dimiliki itu tidak hanya dari satu unsur tetapi dari beberapa unsur, seperti agama, pendidikan, dan budaya. Saya yakin kalau generasi muda sudah memiliki semangat kebangsaan seperti itu, paham negatif seperti apapun akan sulit untuk memecah belah bangsa ini, karena generasi mudanya sudah paham akan arti berbangsa dan bernegara,” ujar mantan Kepala Divisi Humas Polri ini.
Telconference
Sementara itu, saat memberikan pembekalan dan kuliah umum kepada 9.000 mahasiswa baru UNP di gedung auditorium UNP di hari yang sama, Kepala BNPT terlihat memberikan pembekalan dengan cara teleconference di empat kelas. Hal ini dikarenakan kapasitas auditorium UNP tidak bisa menampung seluruh mahasiswa baru tersebut.
Melihat teknologi yang digunakan di UNP tersebut Kepala BNPT terlihat sangat kagum. Namun dibalik kekagumannya tersebut dirinya juga berpesan kepada para mahasiswa baru yang hadir, bahwa teknologi canggih akan bermanfaat bagus kalau digunakan untuk hal yang baik. Namun sebaliknya teknologi canggih itu akan sangat tidak baik kalau digunakan untuk hal yang buruk.
“Penyebaran propaganda kelompok teroris untuk mempengaruhi generasi muda supaya ikut kedalam kelompok tersebut untuk melakukan teror merupakan hal yang sangat buruk,” ungkap mantan Wakapolda Metro Jaya ini.
Di kesempatan itu, pria kelahiran Jakarta, 10 Mei 1962 ini juga berharap agar mahasiswa baru ini juga sadar akan pentingnya pendidikan karakter. Karena ilmu apapun kalau dilandasi dengan karakter yang baik tentunya akan berdampak baik buat semuanya.
“Adik-adik generasi muda ini harus bisa menyaring informasi yang beredar di dunia maya sebelum membagikannya kepada orang lain. Sikap seperti ini tentunya dapat mengurangi tersebar luasnya berita bohong dan konten propaganda radikal terorisme,” kata mantan Kapolres Metro Jakarta Barat ini.
Sebelum mengakhiri pembekalannya pada dua kesempatan tersebut, Kepala BNPT pun berpesan agar tidak ada mahasiswa yang takut untuk melaporkan kalau ada sesuatu hal yang tidak moderat dan terjadi di lingkungan kampusnya.
“Adik-adik jangan takut untuk melapor kepada rektor atau ke BNPT kalau ada indikasi organisasi atau pengajar yang tidak moderat di dalam lingkungan kampus. Karena tidak ada satu orangpun yang anti terhadap infiltrasi dari paham radikalisme. Semua bisa terjadi pada siapapun dan dimanapun,” ujar mantan Kepala Divisi Humas Polri ini mengakhiri.
Usai acara, Rektor Unnand Prof Dr Tafdil Husni, SE, MBA, menyampaikan harapan agar para mahasiswa didiknya termotivasi dan tergugah untuk lebih menyadari atas bahaya radikalisme yang bisa saja mengancam keluarga maupun teman di lingkungan sekitar mereka.
“Pembekalan ini sangat penting bagi mahasiswa civitas akademika di lingkungan Universitas Andalas. Semoga dengan wawasan yang diberikan oleh Bapak Suhardi Alius, mereka dapat tahu mana pengaruh yang negatif dan mana yang positif dan mengingatkan mereka kembali akan wawasan kebangsaan ini,” kata Tafdil Husni.
Sementara itu, Rektor UNP Prof Drs Ganefri, MPd, PhD berpesan kepada para peserta didiknya agar menyadari bahwa paham-paham negatif tanpa kita sadari dengan berbagai macam trik dan modelnya menyusupi anak-anak muda khususnya mahasiswa.
“Dengan di undangnya Kepala BNPT untuk mengisi kuliah umum sebesar ini, menjadi bukti keseriusan dan komitmen Universitas Padang untuk menolak radikalisme dan terorisme. Isu radikalisme tidak cukup hanya digaungkan saat pemberian seminar untuk mahasiswa, dosen dan seluruh civitas akademika di lingkungan kampus juga harus dilibatkan,” ujar Ganefri.