Menteri Pertanian Amran Sulaiman saat panen padi hibrida di Ngawi, Jawa Timur. (Ist)

Staf Khusus Mentan: Kendala Pertanian RI, Kurangnya Benih Tanaman Pangan

Loading

MALANG (independensi.com) – Staf Khusus Menteri Pertanian, Sam Herodian mengemukakan kekurangan benih berbagai tanaman pangan, baik secara kualitas maupun kuantitas masih menjadi kendala dunia pertanian di Indonesia.

“Ketersediaan benih secara kualitas maupun kuantitas ini menjadi tantangan dunia pertanian di Tanah Air, termasuk benih bawang putih yang saat ini masih tergantung impor cukup besar, yakni sekitar 35 persen,” kata Sam Herodian usai membuka Workshop Produksi Benih Unggul Jagung Bioteknologi di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) di Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Selasa (24/20/2017) malam.

Oleh karena itu, lanjutnya, untuk memenuhi kebutuhan benih bahan pangan sebagai upaya menuju swasembada pangan nasional itu, Kementerian Pertanian “menantang” para peneliti yang bisa memproduksi benih tanaman pangan bagus akan didanai hingga selesai penelitiannya.

Ia mengatakan siapapun dan dari lembaga manapun, mulai dari Perguruan Tinggi (PT), Lembaga Penelitian (Litbang) maupun lembaga-lembaga lain yang berkomitmen untuk menyumbangkan pemikiran dan hasil penelitiannya untuk tanaman pangan.

“Pak Menteri berkeinginan benih tanaman pangan kita ini merupakan hasil anak bangsa,” ucapnya.

Selain masalah kekurangan benih, lanjutnya, yang menjadi tantangan bangsa Indonesia dalam bidang pertanian adalah banyaknya produk impor yang masuk ke negeri ini, baik secara legal maupun ilegal.

“Ini tantangan berat kita. Kita harus mampu mengembangkan hasil penelitian, kita jangan hanya menjadi pasar dunia,” ujarnya.

Sebenarnya, kata Sam, dengan menggunakan teknologi pertanian, ketersediaan benih akan tercukupi, namun SDM pertanian masih belum siap, sehingga masih sangat tergantung dengan benih impor.

Selain bawang putih, katanya, komoditas jagung beberapa tahun lalu masih tergantung impor dan sebagian dipenuhi oleh perusahaan multinasional. Ketergantungan komoditas jagung Indonesia terhadap perusahaan multinasional ini sekitar 90 persen dari kebutuhan.

“Alhamdulillah tahun ini kita sudah tidak impor jagung lagi, terutama untuk industri pakan ternak karena adanya peningkatan produktivitas yang cukup signifikan dalam dua tahun terakhir ini,” katanya.

Pada 2015, impor jagung Indonesia mencapai 3,22 juta ton, 2016 mencapai 1,07 juta ton. Sementara produktivitas pada tahun 2015 mencapai 19,61 juta ton, 2016 meningkat menjadi 23,57 juta ton dan 2017 mencapai 26,03 juta ton.

“Harapan kami, para peneliti berperan aktif untuk mendapatkan benih tanaman pangan yang bagus dari hasil penelitiannya bisa diimplementasikan guna mendukung target swasembada pangan nasional untuk berbagai komoditas, antara lain padi, jagung, kedelai, bawang merah dan bawang putih,” tuturnya.

Selain bisa swasembada pangan nasional, pemerintah Indonesia pada 2045 juga mematok target menjadi lumbung pangan dunia. (Ant)