Benny Kasiadi

Sebuah Catatan Jelang Indonesia Masters 2017

Loading

JAKARTA (IndependensI.com) – Sejak Indonesian Golf Tour (IGT) diperkenalkan kepada publik golf di Tanah Air, torehan prestasi para pro lokal yang berkompetisi dalam event tersebut, selain membuahkan hasil yang sangat positip, juga memberi harapan bahwa lokal tour tersebut – perlahan tapi pasti – mulai “dilirik” oleh para sponsor.

Terbukti pada IGT Series 7 yang diselenggarakan di Damai Indah BSD Course 13-15 November 2017, lokal tur tersebut berhasil menggandeng PT Bumi Makmur Mandiri Utama (BUMA) sebagai sponsor utama. Hadiah yang diperebutkan dalam BUMA-IGT Series 7 pun meningkat menjadi Rp300 juta.

Meskipun turnamennya itu sendiri sempat tertunda akibat hujan, namun semangat para peserta yang berkompetisi dalam event tersebut tidak mengendur sama sekali.

Persaingan yang terjadi di lapangan menarik untuk disimak. Dan, terlepas apakah para kontestan dalam event kali ini sudah “sangat mengenal medan yang ada di Damai Indah-BSD Course atau belum”, yang jelas penampilan Elki Kow (24 tahun) – yang selama ini namanya jarang disebut dalam persaingan IGT – benar-benar sangat menyita perhatian.

Bersama Benny Kasiadi (35), Elki Kow memimpin BUMA-IGT 2017 dengan skor 6 under pada hari pertama. Dan, pada hari kedua pun, Elki yang semakin percaya diri, berhasil melesat seorang diri memimpin dengan skor 12 under.

Elki Kow

Elki dibayangi Jordan Irawan di posisi kedua dengan skor 8 under. Penampilan Jordan (22) kali ini termasuk mengejutkan. Pasalnya, pro asal Bandung kelahiran Solo itu, beberapa kali absen di ajang IGT. Kabarnya, Jordan mulai diperkenalkan ke dua bisnis properti oleh James Irawan, ayahnya.

Meski absen namun Jordan tetap practice – baik di driving range maupun golf course – sehingga saat tampil kembali khususnya di BUMA-IGT Series 7 2017, penampilan anak pertama dari dua bersaudara tersebut langsung “running well”.

Jordan Irawan

Terbukti pada hari kedua dalam event yang memperebutkan total hadiah sebesar Rp300 juta tersebut, Jordan Surya Irawan – nama lengkapnya – berhasil menduduki posisi kedua dengan skor 8 under.

Sementara, Benny Kasiadi (35) yang sempat leading di hari pertama bersama-sama Elki Kow dengan skor 8 under, posisinya melorot di urutan ketiga pada hari kedua dengan skor 7 under.

Benny ties bersama Fajar Nurwiyanto masing-masing dengan skor 7 under.

Turnamen bertajuk BUMA-IGT 2017 diikuti 115 pegolf yang 25 pegolf lainnya adalah amatir.

Setelah cut off di hari kedua, pada hari ketiga (final), dominasi pro muda semakin tidak terbendung.

Elki, yang sangat confident penampilannya dalam event kali ini, melesat seorang diri dengan total skor 16 under – setelah pada hari ketiga menambah deposit perolehan skornya dengan 4 under.

Dominikus Glenn

Sementara, Benny Kasiadi, berada di posisi ketiga – setelah pada final BUMA-IGT Series 7 menambah deposit skornya dengan 1 under – sehingga total skor yang dibukukan oleh salah seorang dari legenda golf Indonesia, Kasiadi, itu 8 under.

Benny yang ties bersama Fajar Nurwiyanto (dengan total skor 8 under) berada di posisi kedua. Sementara, Jordan Irawan, yang selama tiga hari membukukan skor 7 under, berada di posisi ketiga seorang diri.

Di posisi empat ditempati oleh George Gandranata dan Clement Kurniawan dengan skor (ties) masing-masing 6 under. Seperti Benny dan Fajar yang harus berbagi hadiah, hal yang sama juga dilakukan George dan Clement.

Dalam event yang memperebutkan total hadiah sebesar Rp300 juta tersebut, ties juga terjadi di posisi lima yang ditempati oleh – satu-satunya pro senior anggota Indonesian Professional Golf Association (Indonesian PGA) yang tembus ke posisi big five – Ramadhan Alwi dan Yang Hee Jun dari Korea.

Baik Ramadhan Alwi maupun Yang Jee Jun sama-sama membukukan skor 5 under. Akan tetapi, karena status Yang Hee Jun masih amatir, maka yang berhak mendapatkan hadiah uang adalah Ramadhan Alwi. Sedangkan pegolf amatir dari Korea tersebut berhak atas gelar Lowest Amateur.

Hasil akhir dari BUMA-IGT Series 7 menggambarkan iklim kompetisi pro lokal semakin kondusif.

Bila hal tersebut dikaitkan dengan “warming up” dan/atau “try out” jelang turnamen akbar Indonesian Masters pada pertengahan Desember mendatang, bukan tidak mungkin pro lokal yang lolos cut off dalam event akbar tersebut bakal lebih dari tiga orang.

Seperti diketahui, pada Indonesian Masters 2016 lalu pro tuan rumah yang lolos ada tiga orang salah seorang di antaranya Nasin Surachman.

Dan, diakui atau tidak, lolosnya Nasin Surachman, pro asal Sawangan, Depok, Jawa Barat, pada event akbar yang sangat prestisius tersebut, memang di luar perkiraan banyak orang.

Hal tersebut bisa dimaklumi. Pasalnya, nama Nasin Surachman, bagi komunitas golf di Jabodetabek dan sekitarnya – suka tidak suka – kalah beken dengan Indra Hermawan, sama-sama berasal dari Sawangan, yang pernah menduduki ranking 6 dunia saat masih junior.

Terlepas dari posisi akhir yang ditempati oleh Nasin Surachman

dalam Indonesian Masters 2016 lalu, yang jelas hasil yang telah ditorehkan oleh para “Young Gunners” dalam event BUMA-IGT Series 7 membuat banyak pihak optimistis bahwa dalam Indonesia Masters tahun ini jumlah pro tuan rumah yang lolos cut off bakal lebih dari tiga orang.

Optimisme tersebut didasari oleh fakta bahwa dengan adanya iklim kompetisi pro lokal yang semakin kondusif sejak tiga tahun lalu.

Mungkinkah optimisme tersebut akan menjadi kenyataan? Kita tunggu saja tanggal mainnya. (Toto Prawoto)