program Gerakan Cinta Laut
Ilustrasi program Gerakan Cinta Laut. (foto istimewa)

KKP Terus Galakkan Program Gerakan Cinta Laut

Loading

JAKARTA (Independensi.com)–  Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sejak 2017 telah menggalakkan program Gerakan Cinta Laut dalam rangka menjaga kebersihan dan kondisi kawasan perairan yang ada di berbagai daerah.

“Kiranya semua pihak dapat mendukung dan bersama saling bersatu dalam bekerja demi mewujudkan laut sebagai masa depan bangsa,” Dirjen Pengelolaan Ruang Laut KKP Brahmantya Satyamurti Poerwadi di Jakarta, Kamis (11/01/2018).

Dia memaparkan, program Gerakan Cinta Laut mengambil tempat di 10 lokasi dalam bentuk kegiatan Jambore Pesisir, Gerakan Bersih Pantai dan Laut, Sekolah Pantai Indonesia, dan Lomba Ajang Kreativitas.

Tujuan dari Gerakan Cinta Laut tersebut, lanjutnya, adalah untuk menumbuhkan rasa peduli dan menanamkan rasa cinta agar masyarakat menjaga kelestarian ekosistem laut.

Ia mengemukakan, pihaknya menyasar agar dapat meingkatkan kesejahteraan masyarkat pesisir dan pulau-pulau kecil, melestarikan lingkungan dan mengelola potensi sumber daya laut serta peningkatan kemampuan adaptasi perubahan iklim.

Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti dalam sejumlah kesempatan juga mengutarakan harapannya agar semakin banyak anak muda di Tanah Air yang peduli dengan kondisi laut di Indonesia.

Menurut Susi, keaktifan dan kreativitas anak muda dalam pengembangan serta pembenahan sektor kelautan bisa dilakukan dalam beragam cara, seperti melalui blog yang menyorot masalah kelautan dan perikanan.

Ia juga mengingatkan agar generasi muda juga harus dapat bersaing dalam era Masyarakat Ekonomi ASEAN karena masa depan bangsa ada di tangan mereka.

“Jadi, kalau ada hal-hal yang mengancam Indonesia, maka kalian anak muda harus menjadi supporter Indonesia untuk melawan, menjadi sukarelawan untuk alam kita,” catatnya.

Sebelumnya, Direktur Pendayagunaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan Balok Budyanto, saat pembukaan aksi bersih pesisir dan laut di Labuan Bajo, NTT, 29 September, menyatakan bahwa wilayah pesisir dan laut masih dianggap sebagai keranjang sampah sehingga menjadi tempat pembuangan sampah dan limbah rumah tangga.

Pola pikir semacam ini, kata dia, harus segera dipatahkan agar masyarakat tidak lagi menganggap wilayah pesisir sebagai kerangjang sampah sehingga beban sampah dan limbah di laut tidak terus bertambah.

“Dengan bertambahnya limbah dan sampah di laut akan mudah merusak sumber daya pesisir dan wilayah perairan sekitarnya sehingga ikut menurunkan kualitas dan kuantitasnya,” katanya.(Budi Mustafa)