Para petani Subak Tibubeleng di Desa Penyaringan Kecamatan Mendoyo Kabupaten Jembrana Provinsi Bali panen padi seluas 175 hektare (ha), Jumat (19/1/2018). (Humas Kementerian Pertanian)

Panen di Tibubeleng 175 Hektare, Produktivitas 6.9 Ton Perhektare

Loading

JAKARTA (Independensi.com) – Pada Jumat (19/1/2018) para petani Subak Tibubeleng di Desa Penyaringan Kecamatan Mendoyo Kabupaten Jembrana Provinsi Bali mulai panen padi seluas 175 hektare (ha) pada hamparan Subak seluas 395 ha. Varietas yang digunakan adalah jenis varietas Inpari 43, Legawa dan Ciherang.

Demikian dalam keterangan tertulis kepada Independensi.com, Sabtu (20/1/2018).

Subak adalah organisasi kemasyarakatan atau gabungan kelompok tani yang khusus mengatur sistem pengairan sawah yang digunakan dalam cocok tanam padi di Bali, Indonesia.

Subak Tibubeleng beranggotakan 708 orang petani, dimana pada tahun 2013 kelompok tani ini terpilih menjadi juara 1 tingkat nasional.

I Nyoman Tehnik selaku ketua atau klian Subak Tibubeleng bersyukur hingga panen sekarang ini tidak ada masalah dengan hama dan penyakit.

“Dengan hamparan sawah seluas ini kami sangat terbantu atas bantuan irigasi, traktor dan Combine Harvester dari Kementerian Pertanian,” kata I Nyoman Tehnik.

Menurutnya, panen padi di Subak ini setahun bisa 3 kali dengan produktivitas padi yang diperoleh sebesar 6,9 ton/ha Gabah Kering Panen (GKP). Petani setempat saat ini memperoleh harga jual gabah sebesar Rp. 5.000,- per kilogramnya.

“Harga sekarang ini sedang bagus-bagusnya, kalau bisa bertahan pada kisaran ini karena supaya bisa nutup biaya operasionalnya, minimal bisa buat biaya sekolah anak kami,” ungkap Gusti Ngurah Arya Wirawan salah satu anggota Subak Tibubeleng.

“Biasanya harga di sini berkisar antar 3.500 – 4.000 per kg, terus terang kami merugi dengan harga ini karena biaya tenaga disini per hari sudah Rp. 100.000 per hari,” pungkasnya.