JAKARTA (IndependensI.com) – Tim putri Indonesia lolos ke babak “playoff” promosi yang membuka peluang naik kelas ke Piala Fed Grup I Zona Asia/Oseania. Peluang itu diraih selepas menjadi juara Grup D dalam fase penyisihan Piala Fed Grup II Zona Asia/Oseania yang digelar di Kota Isa, Bahrain, 6-10 Februari 2018.
Seperti dikutip dari Antara, Kamis (8/2), Indonesia menjadi juara Grup D, usai membukukan tiga kali kemenangan tanpa sekalipun kalah dan dengan tanpa kehilangan satu set-pun (9-0). Hal itu, dipastikan setelah di pertandingan terakhir fase grup, Indonesia kembali mendapatkan kemenangan sempurna 3-0 atas Sri Lanka. Poin pertama bagi Merah Putih, disumbangkan pemain tunggal Aldila Sutjiadi yang sukses menghentikan perlawanan Nethmi Himashi Waduge, 6-0, 6-1.
Poin kedua Merah Putih, disumbangkan Beatrice Gumulya yang juga turun di tunggal, dengan menundukan Anika Seneviratne dalam pertarungan dua set 6-1, 6-1. Sedangkan poin terakhir Indonesia, disumbangkan pasangan ganda Deria Nur Haliza/Jessy Rompies yang sukses menundukan Janali Manamperi/Anika Seneviratne dalam laga dua set, 6-0, 6-3.
Kemenangan di pertandingan terakhir ini, memastikan Indonesia menjadi jawara Grup D, Piala Fed Grup II Zona Asia/Oseania, dan akan menghadapi jawara Grup A, Uzbekistan, sebagai lawan di playoff. Ini merupakan kedua kalinya Indonesia menghadapi Uzbekistan dalam situasi yang sama setelah terakhir terjadi pada 2017 lalu di mana Indonesia tumbang 1-2. “Di atas kertas secara peringkat, memang mereka di atas kita, tapi tak ada yang tak mungkin, jadi mencoba yang terbaik saja besok,” kata salah satu pemain dalam tim Piala Fed, Beatrice Gumulya.
Menghadapi kenyataan harus kembali melawan Uzbekistan yang pada tahun 2017 lalu memupuskan harapan Indonesia naik kasta ke Grup I, Wakil Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi Pengurus Pusat Persatuan Lawn Tenis Seluruh Indonesia (PP Pelti), Deddy Prasetyo, menilai kapten tim Piala Fed, harus pandai mengatur strategi untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan dan membuka peluang mendulang angka. “Kapten tim harus menyusun tim yang diturunkan dengan format terbaik, sesuai dengan spesialisasi masing-masing pemain. Tapi itu kembali lagi dengan keadaan di lapangan dan kekuatan tim baik lawan, maupun tim kita sendiri, dan itu yang tahu sang kapten,” ucap Deddy.
Indonesia harus melawan Uzbekistan dalam laga “playoff” promosi tersebut sendiri, berbeda dengan yang tertera di laman Fed Cup, di mana Indonesia harus menghadapi Singapura sebagai juara Grup B di empat besar. “Tadinya sih memang harusnya lawan Singapura, tapi ada perubahan, dari email terakhir ITF, akhirnya kita akan melawan Uzbekistan, artinya pool A ketemu pool D,” kata Deddy. Perubahan ini sendiri sebenarnya sudah diketahui pihak (Pelti) yang menurut pihak federasi sudah diputuskan dalam pengundian pada tanggal 15 Januari 2018 lalu oleh Federasi Tenis Internasional (ITF). “Jadi memang melawan Uzbekistan, karena ITF sudah mengundi sejak tanggal 15 Januari lalu bahwa juara grup A ketemu juara grup D,” imbuhnya.
Perbedaan regulasi karena ada perubahan ini sendiri, Deddy mengatakan memang sudah jauh-jauh hari disampaikan sebelum pertandingan di mulai sehingga memang mau tak mau Indonesia harus menerimanya. “Apa boleh buat, memang kuncinya ya kita harus memproduksi banyak pemain berkualitas dunia, agar tak kesulitan mencari pemain saat dibutuhkan. Ini tantangan untuk kita,” ujar Deddy.