HKBP Berupaya Memahami Diri Sendiri

Loading

IndependensI.com – Hari ini Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) melakukan Konsultasi Nasional bertempat di Gedung Marpikkir, Jakarta Timur dan esok dilanjutkan di Hotel Cempaka Putih Jakarta Pusat. Konsultasi Nasional ini dibuka oleh Presiden Joko Widodo, dilanjutkan dengan pembicara lain seperti Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan, Menperdag Ir. Enggartiarso Lukito, sederet ahli, akademisi dan tokoh agama.

HKBP sebagai organisasi keagamaan terbesar ke-3 di Indonesia setelah Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah dengan jemaat 4,5 juta orang, wajar melakukan konsultasi nasional apalagi HKBP walaupun namanya ada kata Batak, tetapi terbuka dan bertanggung jawab untuk melayani seluruh umat manusia. Wajar mengevaluasi diri dari waktu ke waktu, apalagi setelah seratus tahun pelayanan Missionaris dan Ephorus pertama HKBP Pdt. Dr. I.L Nommensen, tidaklah terlambat daripada tidak ada evaluasi sama sekali.

Penyelenggaraannya dikaitkan dengan tahun politik, suatu hal yang tidak bisa dihindari, yang penting hasilnya serta bermanfaat bagi kemaslahatan umat, sehingga Konsultasi Nasional ini tidak sekedar seremonial atau formalitas tetapi untuk kepentingan jemat dan umat, sehingga HKBP benar-benar menjadi berkat dan saluran berkat Tuhan.

Bercermin pada pelayanan Nommensen seratus tahun lalu, maka Pimpinan dan gembala HKBP tahu sedang berada di mana sekarang dan mau ke mana, mulai dari Pucuk Pimpinan sampai ke tingkat gembala jemaat, apakah hanya pemimpin Administratif belaka atau memang dapat menampilkan diri sebagai gembala yang baik dan pembawa damai di tengah jemaat dan masyarakat atau sebaliknya.

Dalam kaitan itulah pentingnya Konsultasi Nasional ini sebagai upaya untuk mengoreksi, memperbaharui dan meningkatkan pelayanan sekaligus menyesuaikan dengan perkembangan jaman dan kebutuhan dalam peningkatan iman jemaatnya.

Era Nommensen 100 tahun lalu membawa pendidikan, kesehatan dan pertanian terutama persaudaraan dan perdamaian. Para Nommensen-Nommensen sekarang membawa apa bagi jemaat, atau sudah lupa dengan sejarah pembinaan jiwa-raga dan iman jemaat dan masyarakat oleh Nommensen?

Melihat dari Term Of Reference Konsultasi Nasional HKBP yang pertama kali ini, seolah melupakan keberadaan dan kebutuhan jemaat HKBP yang ada di seluruh Sumatera yang mungkin kurang lebih 75 % petani, sehingga tidak ada membicarakan masalah pertanian.

Apakah pimpinan HKBP dan penyelenggara Konsultasi Nasional lupa atau tidak sadar bahwa hidup dan kehidupan petani jemaatnya di sekitar Danau Toba sedang terancam oleh kekeringan? Pemasukan HKBP adalah melalui jemaat para petani, alangkah bermanfaatnya apabila Gereja menjembatani kebutuhan petani ke pemerintah, menyangkut penelitian serta ekstensifikasi dan modernisasi bidang pertanian.

HKBP memiliki tanggungjawab moral bagi masyarakat dan jemaatnya yang akan terkena imbas pariwisata. Gereja juga wajar meluruskan penggunaan kata-kata pariwisata Samosir dan Danau Toba, sebagai “negeri indah kepingan surga”. Surga adalah hak dan kuasa Allah sepenuhnya, tetapi dijadikan “kepingan”, dan kalau sudah “kepingan” apakah masih ada harapan di “kepingan” itu atau sebaliknya?

Tentu para penyelenggara telah bekerja keras dan berniat baik, semoga  melalui Konsultasi Nasional ini HKBP yang berupaya memahami dirinya sekaligus mengoreksi, memperbaharui dan meningkatkan pelayanan, sudah waktunya HKBP menuntun jemaatnya dalam hidup keseharian agar terhindar dari penyakit masyarakat, dan tidak mementingkan pembangunan monumental.

Menyedihkan memang, ketika aset HKBP yang diwariskan para pendahulu tidak terurus atau tidak terdayagunakan, sementara ada niat mencari yang baru walau tidak terjangkau.

Pimpinan HKBP juga sudah harus terjun ke desa-desa memonitor hidup jemaat dan rakyat, lebih baik di Pearaja daripada ke kota-kota besar, dengan demikian tangungjawab gereja itu harus dilakukan dari Senin ke Sabtu, tidak hanya satu jam keberadaan di gereja.

Semoga Konsultasi Nasional ini juga dijadikan  evaluasi terhadap Aturan dan Peraturan, apakah sudah dilaksanakan serta masih relevan dengan perkembangan jaman atau tidak?

Pimpinan HKBP harus mengembalikan kepercayaan masyarakat dan jemaat kepada gembala gereja, sebab yang pertama dipercayai dan dihormati masyarakat adalah pemimpin spiritual, dalam hal ini para Pendeta. Oleh karenanya kehadiran gereja suatu keharusan dan tidak jadi penonton.

Nommensen yang membawa pendidikan, kesehatan dan pertanian, para imam saat ini harus  mempersiapkan rakyat untuk memasuki industri pariwisata, peranan gereja harus sebagai penyeimbang dengan pemerintah, sehingga jemaat itu tidak tercabut dari akarnya.

Kalau Dr. I.L Nommensen benar-benar melayani dan bukan untuk dilayani, maka di era milenial ini pun semoga tetap demikian, dengan Konsultasi Nasional ini HKBP menjadi berkat. Selamat berkonsultasi nasional. (Bch)