Perlu Fakultas Produk Unggulan

Loading

IndependensI.com – Presiden Joko Widodo berpidato di depan civitas akademika Universitas Kristen Indonesia (UKI) dalam rangka Lustrum ke-XIII dan Dies Natalis ke -65 di Kampus Cawang, Cililitan Jakarta Timur.

Setelah 65 tahun UKI berdiri Joko Widodo-lah presiden pertama yang menginjakkan kaki di kampus univesitas yang didirikan tahun 1953 ini, di saat negara dan bangsa Indonesia membutuhkan pendidikan.

Dari serangkaian orasi ilmiah Presiden tersebut, diawali dengan yang berkaitan dengan kenegaraan dan kebangsaan bagaimana mempertahankan persatuan nasional sebagai modal utama. Bagaimana bersikap dan berperilaku  berkontestasi dalam pilpres dan pileg agar tidak sampai menimbulkan kegaduhan dan permusuhan di antara sesama anak bangsa.

Secara khusus kita singgung akhir Pidato Presiden di depan mahasiswa, dosen dan alumni UKI yang semula berkampus di Jalan Diponegoro sekarang berada di Cawang persis di ujung jalan bebas hambatan (tol) Jakarta- Bogor-Ciawi (Jagorawi) dan tol Jakarta-Cikampek- Bandung jalur tol pantai utara.

Di awal kepemilikan jalan bebas hambatan (tol) Fakultas Kedokteran UKI menjadi andalan bagi warga di Jakarta Timur maupun dari daerah Bogor dan sekitarnya sebagai akibat mudahnya akses tol yang lancar membawa orang sakit ke RS UKI tersebut, juga akibat jalan tol banyak korban kecelakaan akibat jalan mulus bebas hambatan, sehingga RS UKI-lah menampung korban kecelakaan.

Sehingga Fakultas Kedokteran UKI maupun RS UKI sendiri mendapat tempat di hati masyarakat pada jamannya, sebab sangat dibutuhkan masyarakat di saat kemampuan pemerintah yang terbatas di awal pembangunan nasional, FK UKI benar-benar melayani dan bukan dilayani, menduduki rangking atas sebagai fakultas yang memiliki kemampuan mengatasi masalah kesehatan lokal.

Pada awalnya memiliki Fakultas Sastra dan Filsafat dengan sub fakultas Paedagogik dan Sastra; Fakults Ekonomi, Fakultas Hukum, Fakultas Kedokteran, Fakultas Teknik dan Fakultas Ilmu Social dan Politik, serta Pascasarjana dan beberapa Akademi.

Sehingga adalah wajar kalau Presiden memberikan arahan agar perguruan tinggi tidak terus konpensional dan perlu melakukan terobosan dalam meningkatkan keunggulan dengan mendirikan fakultas-fakultas produksi unggulan agar memberi nilai tambah bagi masyarakat petani, tidak hanya kepada pengusaha.

Memang telah banyak perguruan tinggi, tetapi masih sama dengan 65 tahun lalu. Walaupun modal besar telah masuk ke dunia pendidikan serta telah menjadi industri yang cari profit, belum ada terobosan yang berorientasi pada peningkatan taraf hidup petani.

UKI dengan motto : Melayani dan bukan dilayani, sama seperti lembaga pendidikan konvensional lainnya termasuk pesantren sudah kurang mampu bersaing baik secara manajemen maupun modal, para pengasuhnya dan pengelola yang “setengah tidur” atau “pelayan setengah hati”, dan bekerja hanya “pengisi waktu” sehingga tertinggal oleh universitas yang dikelola dengan SDM yang terampil serta dana besar.

Akibatnya banyak perguruan tinggi dan rumah sakit swasta yang menjadi andalan pemerintah di masa revolusi sekarang bagaikan “kerakap di atas batu”. Oleh karena itu kehadiran Presiden Joko Widodo kampus UKI merupakan pengakuan pemerintah atas keteledorannya selama ini yang melupakan pendidikan dan rumah sakit swasta yang sempat memberikan hati kepada para konglomerasi pendidikan dan pelayanan kesehatan.

Dengan kehadiran Joko Widodo di UKI dapat menjawab pertanyaan, “di mana kita selama ini?”, di mana Pidato Presiden menyadarkan kita sejak 65 tahun lalu kita hanya ada Fakultas Ekonomi, Fakultas Hukum, Fakultas Kedokteran dan Fakultas Teknik.

Untuk masa depan kita harus mendirikan fakultas produksi unggulan seperti, Fakultas Kopi, Fakultas Teh, Fakultas Coklat, Fakultas Kelapa Sawit? Kita mendirikan yang mempelajari dan mengajarkan mulai dari hulu sampai hilir, bagaimana menanam memelihara dan mengolah produk unggulan agar member nilai tambah kepada masyarakat tidak hanya kepada pengusaha. Tantangan itu dikemukakan di UKI tapi itu untuk semua kelompok bangsa terutama Pemerintah.

Diakui Presiden agar perguruan tinggi dinamis memerlukan ekosistem nasional mendukungnya yaitu regulasi dan birokrasi harus makin baik. Tahun depan pemerintah akan fokus pada Sumber Daya Manusia setelah sebelumnya fokus pada infrastruktur.

Bagaimana UKI dan perguruan tunggu lainnya menyikapi tantangan Presiden tersebut akan menjadi pekerjaan rumah bersama agar kita tidak hanya sebagai peng-ekor dalam perkembagan ekonomi, perdagangan dan industri internasional. (Bch)