Annisa Putri Ayudya

Masyarakat Harus Cerdas Gunakan Medsos

Loading

JAKARTA (IndependensI.com) – Masyarakat harus bisa berperilaku arif atau cerdas dalam menggunakan media sosial. Hal ini agar masyarakat pengguna media sosial tidak mudah menyebarkan berita bohong atau hoax yang dapat memecah persatuan dan persaudaraan yang ada di masyarakat. Hal ini dikarenakan di era informasi digital yang serba canggih ini, sumber informasi massa sudah tidak lagi dikuasai oleh media mainstream.

Seluruh masyarakat pengguna internet saat ini justru berperan untuk menyumbang informasi khususnya di medsos. Sayangnya, banyak sekali informasi yang disebar individu dan kelompok tidak bisa dipertanggungjawabkan, bahkan masuk kategori hoaks. Cek and ricek adalah sesuatu yang wajib dilakukan para pengguna medsos sebelum menyebarkan informasi yang sudah diterimanya

“Masyarakat pengguna medsos tentunya tidak terburu-buru mengirimkan informasi yang diterimanya dalam menghadapi isu terkini yang diterimanya. Harus melakukan cek and ricek dengan orang-orang terdekat atau instansi terpercaya yang menguasai isu yang sedang beredar,” ujar artis dan produser film, Annisa Putri Ayudya, di Jakarta, Kamis (28/3/2019).

Wanita yang juga terpilih menjadi Puteri Intelegensia Indonesia 2011 ini mencontohkan, misalnya ada info soal barang bantuan yang terlambat dikirimkan ke lokasi bencana yang sering terjadi di tanah air masih sering.sekali terjadi simpang siur informasi Terutama barang bantuan sering di salah artikan bahwa distribusinya yang kurang jelas atau distribusi pada daerah-daerah terpencil terhambat.

Hal ini tentunya penting sekali untuk dikomunikasikan dengan melakukan kontak ke lembaga-lembaga yang terkait karena setiap bantuan atau penanganan terhadap isu tertentu sebenarnya sudah ada struktur pelaksanaannya

“Tentunya instansi itu harus bikin informasi dari medsos ofisial. Ini penting sekali untuk dikelola terus menerus secara rutin juga sehingga masyarakat tahu betul kemana harus mengecek ulang informasi informasi yang beredar di internet maupun di medsos, agar tidak menimbulan hoax yang akhirnya dapat meresahkan dan memprovokasi masyarakat,” katanya.

Dikatakannya,  ada tiga penyebab atau motif masyarakat pengguna sosmed ini melakukan penyebaran hoax. Pertama karena orang tersebut memang tidak tahu sehingga langsung menyebarkan begitu saja misalnya ke grup WhatsApp atau messenger lainnya

“Ini karena mereka ini merasa berita yang mereka terima itu dianggapnya penting tanpa mereka harus meng-cek dulu ke sumber yang bersangkutan, baik sumber primernya maupun sumber sekunder yang sudah mengirimkan berita tersebut,” kata wanita yang juga menjadi duta Taruna Siaga Bencana (Tagana) ini.

Lalu kedua menurutnya, tidak  bisa dipungkiri bahwa masyarakat Indonesia ini suka sekali dengan ‘drama’. Sehingga ketika ada hal yang menarik lalu tanpa cek dan ricek dan langsung men-share informasi tersebut dengan tujuan untuk membikin opini di komunitasnya bahwa si penebar berita itu adalah orang yang paling tahu duluan mengenai informasi tersebut

“Jadi masih ada gensi tentang ‘keter-update-an’  dari masyarakat Indonesia ini yang merasa melakukan up to date informasi itu adalah sesuatu yang mewah atau previllage tertentu. Sehingga kadang-kadang orang tersebut lupa untuk memastikan bahwa berita yang dia sampaikan ternyata tidak sepenuhnya benar,” ujar mantan presenter berita dan acara di salah satu TV Swasta Nasional ini.

Lalu yang ketiga menurutnya bisa jadi memang hoax itu sengaja disebar karena memang ada tujuan tertentu.  Dan tentunya ini yang bahaya sekali. Karena ini yang dapat memecah persatuan dan persaudaraan di bangsa kita ini.

“Saya tidak bisa mengerti apa-apa keinginannya, apa tujuannya dia menyebarkan hoax itu. Tentunya balik ke orangnya masing-masin. Semoga masyarakat Indonesia makin pintar. Jadi bisa ngecek paling tidak ke orang-orang terdekatnya kalaupun bukan ke sumber-sumber terpercaya yang paling dekat,” ucap wanita kelahiran Jakarta, 20 Mei 1988 ini.

Untuk itu menurutnya perlunya mengedukasi masyarakat untuk cerdas dalam mengkonsumsi informasi yang beredar melalui medsos, baik mulai dari keluarga, sesama teman, institusi-institusi formal yang menyadari pentingnya penyebaran berita jujur dan positif serta peran dari pemerintah yang memiliki tanggung jawab terhadap publik, dengan kata lain ini tanggung jawab bersama.

“Semua ini adalah tanggung jawab kita bersama. Karena edukasi untuk kecerdasan masyarakat dalam bermedia sosial dan bijaksana dalam menanggapi hoax adalah salah satu isu yang jadi penting sekali. Keterbukaan terhadap media sosial menjadi wacana yang penting, karena  kalau ada yang dibuka harus ada penanganannya juga. Ada yang memulai harus ada yang mengelola. “Kita harus memastikan bahwa sistem edukasi ini berjalan dengan baik, yang di edukasi juga benar dan informasi yang disampaikan juga tepat,” ujar alumnus Fakultas Psikologi Universitas Indonesia ini.

Selain itu menurutnya media sebagai penyebar informasi tentunya harus semakin ditingkatkan kualitasnya bukan hanya menjadi corong tapi juga menjadi filter yang bijaksana dalam melakukan pemberitaan dengan memastikan data yang diterima dengan menghindari informai provokatif dan memperbanyak penguatan informasi positif.

“Yang paling penting media media harus melakukan Cek dan Ricek. Saya pikir melakukan riset adalah satu hal yang penting sekali dilakukan media .Karena salah satu kemampuan dasar jurnalistik menurut saya adalah riset. Jadi semuanya harus  dari situ mulainya untuk menyampaikan informasi yang benar ke masyarakat. Media punya peran penting dalam memberikan informasi yang benar agar masyarakat kita tidak terpecah,” kata wanita yang juga pecinta olahraga ekstrem ini.

Apalagi menjelang pelaksanaan pemilihan umum dan pemilihan presiden ini, dirinya berpesan agar masyarakat tidak mudah terprovokasi dengan banyaknya inforamsi yang beredar melalui media sosial. Masyarakat harus bisa merawat persatuan dan persaudaraan agar bangsa ini tidak terpecah.

“Selain itu adalah bagaimana setiap calon bisa bertanggung jawab terhadap pemulihan kepercayaan masyarakat di antara sesama mereka dan  sesama kita. Dan bagaimana menangani persatuan dan kesatuan ini bisa kembali tanpa ada embel-embel kita mendukung siapa anak atau buah siapa,” katanya.