Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati

Sri Mulyani Jabarkan Empat Tantangan Agar Indonesia Bisa Menjadi Negara Maju

Loading

JAKARTA (IndependensI.com) – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, ada empat tantangan dalam pembangunan yang harus dihadapi Indonesia untuk bisa menjadi negara maju di tahun 2045.

Menkeu menjabarkan seluruh  tantangan, yang pertama ialah pemerintah perlu mengatasi kendala dalam struktural untuk sektor produksi. Hal ini diperlukan untuk menyeimbangkan nilai ekspor impor negara.

“Kita perlu bagaimana sisi supply sidenya. Harus mampu atasi masalah struktural bagi munculnya sektor-sektor produksi dalam merespon kenaikan dari sisi demand,” katanya dalam rapat kerja dengan Badan Anggaran (Banggar) DPR RI membahas postur RAPBN 2020 di Jakarta, Selasa (11/6/2019).

Yang kedua, lanjut Sri Mulyani, ialah tantangan dari sisi demografi Indonesia. Sri Mulyani menyebut kemampuan penduduk Indonsia masih belum sesuai dengan kebutuhan pasar. “Ciri khas kita pertama populasi mayoritas masih muda namun tren aging sudah tunjukkan arah yang jelas. Risikonya penduduk RI mayoritas akan tua namun kita belum menjadi kaya. Tren urbanisasi juga tingkatkan tekanan fasilitas dan infrastruktur,” katanya.

Kemudian tantangan yang ketiga, ialah soal pemerataan. Saat ini, fokus pembangunan dan ekonomi masih berpusat di Pulau Jawa. Padahal, Indonesia terdapat pulau-pulau yang tersebar di seluruh wilayah geografis.

“Keempat hindari middle income trap. Seluruh dunia banyak negara berhasil naik dari low jadi middle income. Begitu masuk middle tidak ada guaranteeuntuk jadi high income. Hanya kurang 20 negara naik ke high income. Ini tantangan serius bagaimana tetap jaga momentum kenaikan tingkat per kapita sehingga mereka bisa naik,” tuturnya.

Sri Mulyani mengatakan, Indonesia sendiri berada di daera negara Asia timur, di mana banyak negara-negara berhasil naik ke level high income country. Contohnya Korea Selatan dan Jepang. Karenanya, kata Sri Mulyani, Indonesia bisa meniru negara-negara tersebut.

“Oleh karena itu, dengan tantangan itu, perubahan teknologi kita juga harus mampu bangun sektor manufaktur kita. Hampir semua negara G20 sampaikan masalah struktural yakni shifting dari primary menjadi ke jasa,” katanya.

“Karenanya strategi industrialisasi jadi fokus kita dan bagaimana lakukan perubahan sektor jasa dengan nilai tambah tinggi. Fokusnya bagaimana gunakan instrumen fiskal dengan sektor jasa yang berkualitas tinggi. Instrumen APBN kita digunakan jangka pendek, menengah dan jangka panjang,” tuturnya. (dan)