Politisi PDI Perjuangan, Restu Hapsari. (Foto: Dok. Restu Hapsari)

Masyarakat Harus Bijak Menyikapi Ujaran Kebencian Ustad Abdul Somad

Loading

JAKARTA (Independensi) – Politisi PDI Perjuangan, Restu Hapsari menilai Ustad Abdul Somad  (UAS) sungguh tidak mencerminkan seorang tokoh agama akibat ucapannya yang sangat menyinggung perasaan umat lain.

Hal itu dikatakan Restu terkait ceramah Ustad Abdul Somad yang begitu eksplisit dan agresif menyatakan bahwa di dalam salib ada jin kafir dalam bentuk patung.

Parahnya lagi ujaran bernuansa kebencian itu diedarkan di saat bangsa ini tengah menyambut Hari Raya Kemerdekan Republik Indonesia ke-74.

Menurut Restu, kemerdekaan yang sejatinya harus menjadi perenungan kebangsaan dan meneguhkan spirit kebhinnekaan malahan, lanjutnya, telah dirusak oleh UAS dengan ceramahnya yang tidak bertanggung jawab.

Meski dilakukan di tempat tertutup, namun akhirnya ceramah bernuansa ujaran kebencian tersebut beredar ramai di media massa, facebook dan twitter.

Restu juga menyayangkan UAS yang memosisikan diri sebagai intelektual Muslim dan memiliki kecukupan ilmu teologis, namun justru secara terang-terangan di hadapan umat Islam yang mengikuti ceramahnya telah melecehkan simbol keimanan umat Nasrani.

Itu, ujarnya, jauh dari semangat hidup berbangsa dalam payung Pancasila yang mengedepankan semangat toleransi antarumat beragama.

“Menurut saya Ustad Abdul Somad tidak mencerminkan seorang pemimpin atau pemuka agama yang menjaga toleransi antarumat beragama. Sebagai pemimpin atau pemuka agama, seorang ustad seharusnya mengedepankan nilai-nilai kerukunan dan saling menghormati antarumat beragama. Bukan malahan mengeluarkan ujaran yang dapat memicu kebencian antarumat beragama,” tegas Restu Hapsari yang kini juga sebagai Sekjen DPP Taruna Merah Putih, Sabtu (17/8).

Dalam perspektif hukum, Restu mengatakan, Ustad Abdul Somad bisa diduga melakukan penistaan atau penodaan agama bila ada yang melaporkan karena tersinggung atau merasa dinistakan agamanya.

“Dengan menyampaikan penghinaan terhadap simbol suci agama tertentu, Ustad Abdul Somad dinilai telah melakukan kebencian dan dapat berdampak pada retaknya persatuan dan kesatuan bangsa. Apalagi ketika ujaran kebencian ini diungkapkan oleh seorang pemimpin atau pemuka agama,” ujar Restu.

Lebih lanjut Restu meminta kepada negara dengan seluruh perangkatnya untuk tegas menyikapi hal ini. “Agar masyarakat kita tidak terprovokasi dan agar isu ini tidak semakin melebar, maka negara dengan perangkatnya harus menyikapi hal ini secara tegas karena kita hidup dalam semangat kebhinekaan yang seharusnya selalu mengedepankan toleransi dan persatuan,” tutur Restu.

Restu juga menyampaikan perlunya kedewasaan bersikap dalam menghadapi ujaran kebencian, sehingga umat agama yang terkait tidak mudah terprovokasi.

“Dalam hal ini, saya yakin bahwa umat Nasrani tidak mudah terprovokasi dan melakukan tindakan yang bisa merusak kerukunan dan perdamaian antarumat beragama, khususnya dengan umat Muslim. Saya berharap umat Nasrani dan umat Muslim makin bijak menghadapi hal-hal seperti ini, karena kita sudah terlalu sering ditempa dengan peristiwa-peristiwa serupa. Perlu kedewasaan dan sikap bijak untuk menjaga persatuan dan perdamaian antarumat beragama,” pungkas Restu.