Adaptasi Lingkungan & Teknologi, Kunci Mahasiswa Antisipasi Penyebaran Radikalisme
JAKARTA (IndependensI.com) – Perguruan tinggi atau kampus merupakan kawah candradimuka untuk mencetak generasi unggul bangsa. Ironisnya, kampus justru menjadi sasaran penyebaran radikalisme yang berkonotasi negatif yaitu intoleransi, anti-Pancasila, anti-NKRI, dan takfiri. Karena itu, untuk mengantispasi penyebaran radikalisme di kampus itu, seorang mahasiswa harus bisa mengadaptasi lingkungan dan teknologi.
Pernyataan itu diungkapkan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Drs Suhardi Alius, MH, saat memberikan Kuliah Umum Anti Radikalisme untuk Calon Mahasiswa Baru Universitas Budi Luhur, Jakarta, Senin (2/9/2019).
“Saya paparkan ke mereka (mahasiswa baru) bagaimana mengindentifikasi pola-pola penyebaran radikalisme, khususnya di lingkungan kampus. Juga saya berikan pemahaman bagaimana harus berbuat untuk menghindari paham tersebut sehingga mereka bisa fokus mencapai cita-citanya. Ini era globalisasi, apakah mereka mau jadi penonton atau pemain dalam mengarungi globalisasi? Itu ditentukan sekarang di kampus,” papar Suhardi Alius.
Suhardi mengungkapkan, perlu ada dinamika yang baik bagaimana mengadaptasi lingkungan dan teknologi. Pasalnya kelompok-kelompok paham kekerasan itu telah menjadikan lingkungan kampus sebagai sasaran untuk merekrut anggota baru. Pun juga teknologi, mereka juga menjadikan gadget dengan media sosialnya sebagai lahan radikalisasi dan doktrinasi melalui online.
Mantan Kabareskrim Polri ini merasa sangat berkepentingan mengingatkan dan membekali para mahasiswa baru ini dengan wawasan kebangsaan dan anti radikalisme. Langkah ini dilakukan agar para mahasiswa baru nantinya fokus menggapai cita-cita dan tidak bias kemana-mana, terutama dari gangguan radikalisme. Pasalnya, anak-anak muda adalah sasaran utama penyebaran radikalisme.
“Perlu ada dinamika yang baik bagaimana mengadaptasi lingkungan, bagaimana mengadaptasi teknologi untuk kepentingan yang baik. Kita harapkan menjadi generasi yang siap menghadapi tantangan masa depan,” imbuh mantan Sestama Lemhanas ini.
Ia berharap setelah mendapat paparan ini, para mahasiswa baru memiliki daya tahan (resilience) propaganda radikalisme. Bahkan mereka justru harus bisa membantu mereduksi paham kekerasan tersebut, baik di lingkungan kampus, maupun di masyarakat. Ia meminta para mahasiswa berani melaporkan ke dosen atau rektor bila melihat gejala penyebaran paham-paham negatif di lingkungan kampus.
Pada kesempatan itu, Suhardi mengapresiasi langkah perguruan tinggi seluruh Indonesia yang telah sadar dengan ancaman radikalisme ini. Itu dibuktikan dengan banyaknya kampus-kampus utama di Indonesia yang menggelar kuliah umum yang berisi wawasan kebangsaan dan anti radikalisme.
“Kampus sudah mulai sadar ancaman radikalisme, bahkan banyak rektor yang berani mendeklarasikan kampus anti radikalisme. Ini sangat bagus untuk melawan dan mereduksi paham-paham tersebut sekaligus menjaga bangsa ini agar tetap eksis,” tegas Suhardi.
Sementara itu, Rektor Universitas Budi Luhur Dr Ir Wendi Usino, MSc, MM, mengatakan, kuliah umum yang diberikan Kepala BNPT sangat mengena dengan visi dan misi perguruan tinggi yang dipimpinnya. Menurutnya, wawasan kebangsaan dan pemahaman anti radikalisme sangat bermanfaat buat para mahasiswa baru.
“Jadi paparan Kepala BNPT tadi sangat pas. Mahasiswa tidak hanya diminta untuk berpikir untuk menjadi manusia yang maju, tetapi juga memikirkan masa depan Indonesia sebagai NKRI yang utuh,” kata Wendi.
Wendi mengungkapkan, kampusnya sadar bahwa mahasiswa sebagai calon pemimpin masa depan, harus dibekali rasa kebangsaan yang tinggi, sesuai visi dan misi Budi Luhur yaitu menciptakan dan membangun, manusia yang cerdas dan berbudi luhur, dan menjadi orang yang baik. Orang baik orang yang bermanfaat bagi sesama manusia, bermanfaat bagi sesama ciptaan Tuhan.
“Oleh karena itu sangat cocok dengan apa yang disampaikan pak Suhardi tadi. Beliau menyampaikan bagaimana memimpin dengan hati, bagaimana kita menjadikan manusia yang cerdas dan berbudi luhur, memimpin dengan hati, yang berpikir bagaimana menjaga kebangsaan ini, tidak hanya Indonesia sebagai bangsa, juga lingkungan Indonesia dan sumber daya juga dijaga agar bermanfaat,” jelas Wendi.