PEKANBARU (Independensi.com) – Menyikapi terjadinya bencana Karhutla dan Asap Beracun yang berulang setiap tahun, berkecenderungan seperti dibiarkan atau diabaikan oleh pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan kabupaten kota di di Riau ini.
Dampak bisnis yang dialami pelaku usaha berbeda konteks dan aksentuasinya sesuai natural sektor bisnis masing-masing.
Secara obyektif, khususnya dalam satu bulan ini telah terjadi penurunan produktivitas dunia usaha sebagai akibat dari bencana Karhutla dan Asap Beracun.
Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Riau sebagai wadah seluruh pelaku usaha dan asosiasi bisnis melalui Direktur Eksekutif Kadin Riau Kholis Romli kepada Independensi.com mengajak semua pihak berpartisipasi mendorong pemerintah agar lebih efektif lagi mengatasi bencana Karhutla ini.
“Jika tidak segera diatasi, bencana Karhutla 2019 di Riau ini menyerupai bencana yang sama pada 2015 lalu. Selain mengakibatkan kerugian secara ekologis dan kesehatan masyarakat, bencana Karhutla ini pasti telah memberikan dampak kerugian secara ekonomis khususnya bagi pelaku bisnis”,ujar Kholis Romli, Rabu (25/09/2019) kepada media ini.
Kerugian bisnis ini diakibatkan oleh terhentinya proses produksi, terganggunya kegiatan perdagangan dan transportasi, serta menurunnya nilai sumber daya di daerah terdampak.
Secara sektoral, berikut sebagian asosiasi pelaku bisnis terdampak bencana Karhutla ini :
1. Pelaku bisnis tour n Travelling yg tergabung di ASITA (Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies) Riau dimana banyak para wisatawan yg membatalkan kunjungannya ke destinasi wisata di Riau.
2. Pelaku bisnis pameran dan event organizing yg tergabung di ASPERAPI (Asosiasi Perusahaan Pameran Indonesia) juga mengalami banyak kerugian dimana banyak klien dan talent yg membatalkan keikutsertaannya dalam even mereka.
3. Pelaku Bisnis di bidang Jasa Pengiriman Ekspres Pos dan Logistik yg tergabung dalam ASPERINDO Wilayah Riau telah mengalami kerugian disebabkan banyak pengiriman via udara dialihkan lewat jalur darat shg menimbulkan keterlambatan. Pada bencana Karhutla 2015 lalu kerugian bisnis yg dialami anggota ASPERINDO Riau mencapai puluhan miliar rupiah.
4. Pelaku bisnis di bidang jasa hotel dan restoran yg tergabung dalam PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran) Riau juga menyampaikan kerugian disebabkan menurunnya tingkat hunian dan omset usaha selama bencana Karhutla ini berlangsung. Hal ini terkait banyaknya kunjungan masyarakat dan even meeting/ convention yg dibatalkan akibat ketidakpastian skedul pesawat. Potensi penurunan tingkat hunian diprediksi mencapai 40%.
5. Pelaku bisnis sektor UMKM yang tergabung dalam HIKMARI (Himpunan Industri Kecil Makanan dan Minuman Riau) mengeluhkan penurunan omset berkisar 30 – 40% sebagai akibat bencana Karhutla dimana hal ini disebabkan terhambatnya mobilitas bahan baku dan produk kepada konsumen.
6. Sektor Industri Perkebunan dan Kehutanan yang tergabung dalam GAPKI (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia) Riau dan APHI (Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia) Riau mengeluhkan terjadinya produktivitas budidaya dan prosesing dimana Karhutla ini telah mengganggu stamina dan kesehatan para karyawan maupun para vendor terkait.
“Jika ditotal, estimasi kerugian secara ekonomis dari pelaku bisnis di Riau telah mencapai angka puluhan bahkan bisa menyentuh ratusan miliar rupiah” ujar Kholis. (Jeckson Sihombing)