Ilustrasi. Pemda Sumbawa Komit Support Poto Sebagai Desa Pemajuan Kebudayaan Dari Indonesia Timur. (Ist)

Ketua DPRD Sumbawa Dukung Desa Poto Jadi Contoh Pemajuan Kebudayaan

Loading

JAKARTA (Independensi.com) – Ketua DPRD Sumbawa Abdul Rafiq mengatakan pemerintah daerah harus siap segala sesuatunya demi menyambut penetapan Desa Poto sebagai salah satu dari 10 desa percontohan yang mengalami kemajuan budaya.

Seperti diketahui, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI, telah menetapkan Desa Poto di Kecamatan Moyo Hilir, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), ditetapkan sebagai salah satu dari 10 desa percontohan pemajuan kebudayaan.

Tak hanya itu, Desa Poto juga merupakan satu-satunya desa di kawasan Timur Indonesia yang terpilih, dan akan direplikasi oleh desa-desa lainnya di Indonesia.

“Tentunya dengan penetapan ini, daerah harus siap dan berbenah menyambutnya,” ujar Abdul Rafiq, Rabu (9/10).

Untuk itu, lanjut Rafiq, banyak hal yang harus dilakukan daerah. Ia mencontohkan kesiapan pemda mensosialisasikan program tersebut kepada masyarakat, dan yang lebih mendesak adalah alokasi anggaran pemda terkait penetapan program tersebut.

“DPRD akan segera berkoordinasi dengan pemda, hal-hal apa saja yang akan dilakukan akan menjadi bahan diskusi dengan pemerintah daerah. Jangan sampai kita kehilangan momen yang bagus ini,” ungkapnya semnagat.

Desa Poto memang dinilai layak untuk dikembangkan sebagai percontohan karena desa ini memiliki ekosistem budaya yang masih hidup, seperti kesenian tradisional ratib rabana dan sakeco, tenun khas Sumbawa (kre’ alang), sadeka ponan, serta seniman dan tokoh budayawan banyak yang berasal dari Desa Poto.

“Kami akan fokuskan pengembangan Desa Poto lima tahun kedepan menjadi desa ujung tombak kemajuan kebudayaan, dukungan dari berbagai stakeholder juga sudah mengerucut,” terang Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Sumbawa, Ir. H. Iskandar D, M.Ec.Dev yang turut hadir pada Diskusi Desa Pemajuan Kebudayaan di Istora Senayan, Jakarta, Selasa (8/10).

Ke depan lanjut Iskandar, diharapkan agar semua potensi yang ada dapat dikembangkan terutama dari aspek ekonomi dapat mendukung kesejahteraan masyarakat, sehingga budaya tetap hidup, ekonomi masyarakat dapat berkembang, dan masyarakat dapat hidup dari budaya.

“Desa Poto sebagai Desa Pemajuan Kebudayaan juga tidak lepas dari latarbelakang sejarah desa serta pelestariannya hingga saat ini yang masih turun temurun,” terangnya.

Ditanyakan bentuk dukungan pemerintah daerah terhadap keberlanjutan status Desa Poto sebagai desa pemajuan kebudayaan, Iskandar menyebutkan bahwa, Pemerintah Daerah juga sedang mengakomodir anggaran dalam APBD serta mewajibkan Pemerintah Desa Poto untuk memasukkan semua rencana kerja dalam RPJMDes, kemudian masuk melalui APBDes, yang saat ini sedang diinventarisai semua yang dibutuhkan, namun dia berharap inovasi dan kreatifitas mampu dikembangkan tidak hanya melalui dana dari pemerintah.

“Ada atau tidaknya dana dari pemerintah, inovasi dan kreatifitas harus tetap dikembangkan, swadaya masyarakat perlu ditingkatkan dan disinergikan dengan industri disekitar desa, baik industri alat musik seperti ratib rabana dan sakeco, industri panganan khas, maupun industri tenun seperti Kre’alang sebagai buah tangan dari sini.” Jelasnya.

Senada dengan Kadis Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sumbawa, H. Sahril, M.Pd juga mengatakan perlu peningkatan dan pengembangan serta promosi Desa Poto secara lebih luas agar dikenal masyarakat Indonesia dan berdampak positif mendatangkan wisatawan.

“Tugas utama kami memang harus mempromosikan Desa Poto, masyarakat Indonesia harus lebih mengenal desa ini sehingga berminat untuk berwisata kesana. Tentu kami lebih kepada penyediaan SDM pelaku budayanya sendiri melalui Bidang kebudayaan, kalau infrastruktur mungkin berada di bawah Dinas Pariwisata agar akses wisatawan semakin diperluas,” jelas H. Sahril.

Pelestarian dan pemajuan kebudayaan di Desa Poto lanjut dia, memang harus dikembangkan dengan program strategis oleh  bidang kebudayaan bersinergi dengan dinas pariwisata melalui pembinaan dan program langsung di masyarakat.

“Pelestariannya akan kami mulai dari pembinaan kepada anak-anak. Bila perlu anak usia dini, agar dapat mengenal dan memahami sejak dini budayanya sendiri, jika dari sekarang sudah paham maka dengan sendirinya akan terjaga secara turun temurun. Itu saya kira yang menjadi tugas kami” pungkasnya.