Olivia Zalianty

Keduanya Sama-Sama Menantang

Loading

JAKARTA (IndependensI.com) – Yang pertama saya rasakan adalah bingung, karena tidak pernah terbesit dalam pikiran saya bahwa akan menjadi sutradara teater.

Demikian pernyataan Olivia Zalianty mengawali perbincangannya bersama IndependensI.com.

“Awalnya saya ikut teater hanya sebagai pemain dan saya masih belajar sampai sekarang. Kemudian saya menjadi pembaca puisi di beberapa pertunjukan teatheratical poetry yang dipentaskan Teater Kosong,” tambah Oliv, sapaan akrabnya, yang pernah mengikuti study di Central Drama Academy, Bejing, Cina.

Belakangan, selain menjadi pembaca, di dua pertunjukan teatheratical poetry Manusia Istana bersama Slank dan Indonesia Dalam Tiga, Oliv juga tampil bersama Zamawi Imron dan Gus Mus.

“Sebenarnya saya hanya berpikir bahwa saya akan menjalani teater dan dunia kesenian lainnya sebatas sebagai pemain dan produser saja. Mendadak .. saya diminta ikut menyutradarai pertunjukan… Sudah pasti saya bingung, blank karena seperti terjebak dalam perangkap dan dilema!” ungkap Oliv sangat serius.

Lebih jauh putri artis senior Liz Indriyati yang pernang mengikuti kursus Bahasa Mandarin di Mandarin Course Beijing Union University di Beijing, Cina serta Mandarin Course at Tong Ji Daxue – Shanghai, Cina, itu, mengatakan bahwa kalau dia menolak hasil keputusan yang telah ditetapkan pimpinan Teater Kosong yang didukung oleh para pemain seniornya, “Saya berpikir takut juga menyesal telah melewatkan kesempatan yang mungkin akan baik untuk diri saya dalam menjalankan kehidupan di kemudian hari,” katanya.

Olivia Zalianty berfoto bersama para calon pendukung Amuk Emak.

Menjawab pertanyaan tentang persiapan seperti apa yang akan dilakukannya, alumni Universitas Pelita Harapan jurusan Design Industry, ini, mengatakan bahwa pihaknya membiarkan semuanya mengalir seperti apa adanya.

“Yang jelas, tantangan terberat saya dari segi management waktu. Kalau jadi pemain saya masih bisa kompromi. Tapi, kalau sutradara menjadi pimpinan atau kapten di sebuah pertunjukan, sudah pasti saya tidak bisa bermain-main dengan waktu dan jadwal latihan,” katanya.

Artis kelahiran 18 Desember 1981, yang penampilan sehari-harinya sangat low profile, ini, menambahkan bahwa dia selalu berusaha untuk mengenali bukan hanya nama-nama bakal calon pemain yang akan di-direct-nya, akan tetapi juga karakter dan sifat manusianya agar dalam memberikan pengarahan terhadap mereka dengan cara yang berbeda-beda – sesuai dengan karakter atau kepribadian mereka masing-masing – karena treatmentnya tidak bisa disamakan.

“Enak jadi pemain atau sutradara?”

“Masing-masing punya keunikannya sendiri-sendiri,” sahut Oliv, cepat. Kemudian dia menambahkan bahwa kalau pemain berusaha menyelami, menghayati dan menghidupkan peran yang diberikan kita supaya pesan-pesan dari penulis naskah bisa sampai ke penonton.

“Kalau sutradara ikut berdiskusi atau melakukan brainstroming mengenai gagasan dan pesan apa yang akan disampaikan dalam sebuah pertunjukan. Ikut memilih pemain dan mengarahkan agar pesan tersebut bisa sampai dengan sebaik-baiknya,” tutur Oliv.

Dan, Oliv menambahkan, bukan hanya itu. Sutradara juga harus memikirkan semua komponen dalam pertunjukan seperti musik, lighting atau pencahayaan, make up, kostum dan detail-detail lainnya.

“Jadi, kalau ditanya mana yang lebih enak: menjadi pemain atau sutradara? Dua-duanya sama menantang!” Oliv, menegaskan.

“Rencana ke depan?”

“Setelah selesai menyutradarai teater, saya ingin menyutradarai film.”

Menutup perbincangannya bersama IndependensI.com Olivia Zalianty berharap pertunjukan teater dengan lakon Amuk Emak yang disutradarainya dan akan dipentaskan pada akhir Februari 2020, tidak hanya bisa dinikmati tetapi juga memberikan refleksi kepada para penonton.

Maju terus Dinda Oliv dan tetap semangat!

(Like Wuwus)