Motor penggerak Komunitas RPK (dari kiri) Ardian, Nenny Mike Patty, Vivi Houston, dan Osie Helmi

Berbagi Lewat Lagu dan Puisi

Loading

JAKARTA (IndependensI.com) – Sejak beberapa tahun terakhir di media sosial banyak bermunculan komunitas seni utamanya yang berorientasi ke sastra.

Ada banyak cerita pendek dan puisi hasil karya para netizen yang bagus-bagus.

Begitu karya mereka ‘tayang’ di akun mereka masing-masing, kemudian di share kepada sahabat dan atau rekan sejawat – berbagai komentar dan kritik pun bermunculan.

Apalagi kalau karya berupa cerpen dan puisi tersebut diunggah oleh “grup sebelah”, tidak sampai sepekan sejak karya  tersebut ‘tayang’ – pembacanya mencapai puluhan bahkan ratusan orang.

Salah satu penggiat seni khususnya sastra di ‘dunia maya’ yang anggotanya telah mencapai lebih dari 600 orang dan tersebar di seluruh Indonesia adalah Ruang Puisi Kita disingkat RPK.

Situasional

Komunitas RPK terbentuk dua tahun lalu tepatnya pada 23 November 2018. Ada empat orang yang menjadi motor penggerak komunitas tersebut. Keempat orang tersebut adalah Ardian, Nenny Mike Patty, Vivi Houston, dan Osie Helmi.

Dan, terbentuknya komunitas RPK – sebagaimana yang disampaikan Ardian kepada IndependensI.com – berawal dari kecintaan mereka pada puisi sekaligus sebagai wadah bagi pribadi lepas pribadi yang memiliki kecintaan yang sama untuk saling berbagi melalui karya yang dapat diapresiasi oleh siapa saja yang ‘berselancar’ di dunia maya – dengan harapan ke depannya akan lahir penyair-penyair yang bisa memberikan warna di dunia sastra Indonesia.

Dibandingkan dengan komunitas sejenis yang tersebar di penjuru republik ini, komunitas RPK yang beralamat di Jalan Kampung Kramat nomor 64 RT 05 RW 04, Kelurahan Setu, Kecamatan Cipayung – Jakarta Timur ini tidak memiliki jadwal tetap untuk berkumpul.

“Kami lebih melihat ke situasi saja,” ujar Ardian. “Kalau ada event barulah kami melakukan kordinasi untuk mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan konten atau isi, kemasan hingga tema event … Intinya agar saat kami dilibatkan dalam event yang diselenggarakan pihak lain, selain kami harus bisa menyesuaikan diri, kami juga harus bisa tampil maksimal dalam event di mana RPK dilibatkan,” tambah Ardian, menegaskan.

Menyimak puisi karya anggota komunitas yang dibacakan dan diaransir menjadi lagu.

Aransemen

Dalam beberapa kali kesempatan IndependensI.com menyaksikan penampilan RPK dalam event yang dihelat pihak lain – di antaranya dalam event Sastra Semesta beberapa waktu lalu sebelum Covid-19 melanda seluruh dunia – memang banyak orang yang mengapresiasi penampilan Ruang Puisi Kita.

Sebab, selain puisi yang mereka baca merupakan karya para anggota RPK itu sendiri, tak sedikit jumlahnya puisi yang mereka aransir menjadi sebuah lagu.

“Seejak komunitas RPK ini terbentuk, kami baru sekali membacakan puisi karya orang lain sekaligus mengaransirnya menjadi sebuah lagu. Puisi tersebut karya Amigada berjudul ‘Ada Yang Lebih Tabah Dari Hujan Bulan Juni’. Sudah pasti atas seizin penyairnya,” ungkap Ardian.

Menjawab pertanyaan apakah Ruang Puisi Kita sudah menerbitkan buku kumpulan puisi, Ardian mengatakan bahwa sebagian anggota Sahabat Aksara yang tergabung di FB RPK hampir semuanya telah memiliki buku kumpulan karya mereka sendiri. “Tapi, untuk RPK sendiri – sebagai organisasi atau komunitas – belum menerbitkan atau mempublikasikan buku,” tegas Ardian.

Tidak Terlupakan

Komunitas RPK selain sering dilibatkan untuk mengisi berbagai event yang berlangsung di Jabodetabek, juga beberapa kali pernah tampil di luar kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi dan sekitarnya.

Beberapa waktu lalu – tepatnya pada 25 September 2020 – mereka diundang untuk tampil dalam event charity budaya di Kota Balikpapan.

Penampilan Ardian dan kawan-kawan mendapat sambutan yang sangat positif – dalam rangka Hari Bahasa Isyarat Internasional yang diselenggarakan oleh Komunitas Tuli Balikpapan bertema ‘Dari Hati Untuk Tuli’.

“Terus terang kami dan teman-teman RPK lainnya, selain mendapat respon yang sangat positif, kami juga senang sekaligus terharu .. Karena baru kali ini kami dan kawan-kawan RPK tampil memberi penghiburan di hadapan pemirsa yang berbeda dengan pemirsa kami sebelumnya.”

“Bayangkan… saat kami tampil membacakan puisi kemudian kami lanjutan dengan mendendangkan puisi yang telah kami aransir menjadi sebuah lagu .. Dan, agar apa yang kami baca dan kami dendangkan itu sampai serta dapat dinikmati oleh segenap yang hadir dalam acara tersebut – dibantu oleh penerjemah yang biasa berkomunikasi dengan menggunakan bahasa isyarat …”

Dan, moment itu adalah pengalaman yang tidak akan pernah bisa dilupakan selama hidupnya oleh Ardian dan kawan-kawan.

“Sungguh, Mas, kalau saya sedang menyendiri dan teringat apa yang telah kami dan kawan-kawan RPK lakukan pada 25 September 2020 lalu .. dada terasa sesak dan tanpa disadari air mata pun menghalangi pandangan saya…,” kata Ardian mengakhiri obrolannya dengan IndependensI.com. (Toto Prawoto)