Wakil Ketua DPD RI Nono Sampono (ketiga dari kiri) ketika menggelar sosialisasi di Dusun Kamiri, Desa Hative Besar, Kecamatan Teluk Ambon, Kota Ambon

Empat Pilar Kebangsaan Modal Penting Bagi Indonesia Hadapi Covid-19

Loading

AMBON (Independensi.com)  – Wakil Ketua DPD RI Nono Sampono mengatakan, 4 Pilar Kebangsaan menjadi modal penting bagi Indonesia dalam menghadapi pandemi Covid-19.

Hal itu disampaikan Nono Sampono ketika menggelar sosialisasi di Dusun Kamiri, Desa Hative Besar, Kecamatan Teluk Ambon, Kota Ambon, belum lama ini.

Empat pilar kebangsaan tersebut adalah Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, UUD 1945, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

”Salah satu dari empat pilar itu adalah Pancasila. Ini adalah ideologi bangsa, falsafah hidup, dan dasar negara, yang digali Bung Karno dari kebudayaan dan kearifan lokal bangsa Indonesia, pertama kali dicetuskan Bung Karno dalam pidato 1 Juni 1945. Artinya, Pancasila itu memang bersumber atau berasal dari rakyat Indonesia sendiri,” jelasnya.

Menurutnya, Pancasila harus menjadi nilai dan semangat untuk seluruh rakyat Indonesia memajukan negeri. Sehingga tidak ada lagi membedakan suku, ras, agama maupun kepentingan antar golongan.

Pancasila tidak hanya berhenti dalam wacana semata. Melainkan harus menjadi gaya hidup dan semangat seluruh warga negara Indonesia.

“Keragaman dan keberagamaan yang berbeda-beda menjadi spirit pemersatu. Bukan malah memecah belah atau memperbesar jurang perbedaan,” paparnya.

Nono Sampono menambahkan, tantangan Indonesia kekinian setidaknya ada dua. Pertama, memulihkan dampak pandemi Covid-19, mulai dari sektor kesehatan, sosial, hingga ekonomi. Kedua, makin masifnya radikalisme agama.

”Nilai-nilai dalam 4 Pilar Kebangsaan dapat menjawab tantangan kekinian. Misalnya bagaimana kita membangun gotong royong dan kepedulian. Coba tengok tetangga kanan dan kiri, jangan sampai ada yang kesusahan, atau bahkan tak bisa makan. Mari saling bantu,” kata Nono.

Nono Sampono juga mengajak warga untuk selalu menjunjung tinggi kerukunan antar umat beragama. ”Meski berbeda agama, meski berbeda suku; kita berada dalam satu rumah besar: Indonesia tercinta. Kalau kita bertengkar karena beda agama, negara tidak akan bisa maju, daerah kita tidak akan bisa maju,” ujarnya. (pr)