Ketua Umum DPP GMNI Imanuel Cahyadi

GMNI Apresiasi Penganugerahan Gelar PahlawanTokoh Nasionalis Arnold Mononutu

Loading

JAKARTA (Independensi.com) – Dewan Pimpinan Pusat Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (DPP GMNI) mengapresiasi Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional pada Menteri Penerangan di era Presiden Sukarno, Arnold Mononutu pada Hari Pahlawan 10 November 2020.

Arnold Mononutu, menjadi satu dari enam tokoh yang diberi gelar Pahlawan Nasional bertepatan pada peringatan Hari Pahlawan tahun ini.

Ketua Umum DPP GMNI Imanuel Cahyadi menyatakan, Arnold merupakan salah satu tokoh Partai Nasional Indonesia (PNI) yang didirikan oleh Sukarno, yang memiliki kontribusi besar bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia.

“Riwayat juang beliau (Arnold), ‘terlukis’  apik dalam sejarah bangsa, sejak era pergerakan nasional menentang kolonialisme,” ujar Imanuel.

Imanuel mengungkapkan, berdasarkan informasi yang dihimpun GMNI,
sejak era Pergerakan Nasional Arnold telah berjuang melalui Perhimpunan Indonesia  bersama Mohammad Hatta dan tokoh-tokoh lainnya di Eropa.

Pria dengan nama panjang Arnoldus Isaac Zacharias Mononutu itu, setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia menjadi anggota parlemen Negara Indonesia Timur (NIT) yang dibentuk oleh Belanda pada 1946. Namun Arnold justru memimpin kelompok anggota parlemen yang pro-republik.

Imanuel mengungkapkan, Arnold berupaya keras membujuk anggota parlemen lain untuk mendukung penyatuan NIT dengan Republik Indonesia.

Tak hanya itu,  Arnold Mononutu bersama para pemuda lainnya juga terlibat dalam pembentukan organisasi lokal pada 20 Desember 1945, yang bernama bernama Persatuan Indonesia (PI). Dan pada kongres ke-2 di Ternate, 9 Januari 1946, Arnold Mononutu terpilih sebagai Sekretaris Persatuan Indonesia.

“Selaku pimpinan Persatuan Indonesia, Arnold Mononutu  selalu menentang  kebijakan Belanda di Maluku Utara. Hal ini menunjukkan, spirit nasionalisme beliau sangat besar untuk mempertahankan kemerdekaan,” ujar Imanuel.

Perjuangan Arnold terus berlanjut pasca Agresi Militer Belanda I pada tahun 1947. Arnold mendirikan Gabungan Perjuangan Kemerdekaan Indonesia dengan sikap politik tegas, yakni menolak upaya Belanda untuk kembali menjajah Indonesia.

Arnold pun dipercaya menjadi Menteri Penerangan pada tiga kesempatan terpisah, yaitu di Kabinet Republik Indonesia Serikat mulai 20 Desember 1949-6 September 1950, di Kabinet Sukiman-Suwirjo dari 27 April 1951-April 1952 dan di Kabinet Wilopo dari 3 April 1952-30 Juli 1953. Arnold  juga diberi amanat sebagai Duta Besar Indonesia pertama untuk Tiongkok sejak 1953 hingga 1955.

“Bahkan, pengabdian beliau juga tertoreh di dunia pendidikan. Presiden Sukarno mengamanatkan  Arnold menjadi Rektor Universitas Hasanuddin pada 1960. Dan setahun kemudian, beliau mendapatkan Bintang Mahaputra Utama, yang merupakan penghargaan tertinggi dari pemerintah pada seorang warga sipil,” ujar Imanuel.

Imanuel melanjutkan, riwayat juang Arnold Mononutu tersebut menunjukkan tokoh Minahasa itu memang sangat layak memperoleh gelar pahlawan nasional.

GMNI menilai, penganugerahan gelar Pahlawan pada Arnold tersebut bisa mengirimkan pesan pada generasi muda, bahwa berkontribusi bagi bangsa dan negara tak terbatasi oleh waktu dan bidang.

“GMNI pun berharap pemerintah tidak melupakan tokoh nasionalis lainnya yang  juga punya jasa besar bagi negara dan dunia, dan sangat layak ditetapkan sebagai pahlawan nasional, seperti Ali Sastroamidjojo,” ujar Imanuel.