Pengamat politik dari Universitas Nasional (Unas) Jakarta DR Andi Yusran.(muj/independensi)

Pengamat: Dua Skenario Penangkapan Menteri Edhy Prabowo dari Gerindra

Loading

JAKARTA (Independensi.com)
Pengamat politik DR Andi Yusran menilai ditangkapnya Menteri Kelautan dan Perikanan (KPK) Edhy Prabowo oleh KPK karena diduga menerima hadiah atau janji, memang bisa berimplikasi secara politis kepada Partai Gerindra dan Prabowo Subianto sebagai Ketua Umum.

Apalagi, kata Yusran kepada Independensi.com, Jumat (27/11) posisi Edhy Prabowo ketika itu adalah Wakil Ketua Umum Partai Gerindra yang notabena Wakil Prabowo sebelum mengundurkan diri dari posisi tersebut.

Dia sendiri menyebutkan penangkapan terhadap Edhy Prabowo oleh KPK dapat dianalisis dari dua skenario. “Pertama penangkapan tersebut murni sebagai kasus hukum,” tuturnya.

Namun, kata dia, itu bisa terjadi dengan catatan KPK bebas nilai atau kepentingan politik dan bekerja secara independen. “Disini motif persaingan bisnis diantara eksportir bisa saja menjadi pemicunya.”

Analisa kedua, tuturnya, kasus Edhy Prabowo muncul sebagai bentuk persaingan diantara elit politik di lingkaran Jokowi dan itu tentu bagian dari rivalitas menuju kontestasi Pileg dan Pilpres 2024.

Dikatakan Yusran walaupun Prabowo belum menjadi target. “Tapi paling tidak kasus Edhy Prabowo dapat menurunkan rating politik Prabowo dan Gerindra.”

Dia pun berpendapat dari kedua skenario tersebut cenderung skenario kedua yang berkemungkinan kuat terjadi. “Karena masuknya Prabowo (kubu 02) ke dalam kabinet sesungguhnya mengganggu kenyamanan ex-koalisi 01.”

Oleh karena itu, tuturnya, apa yang harus dilakukan Prabowo memang dilematis. “Tetap bertahan di kabinet dan dikepung mantan lawan politiknya. Atau keluar dari kabinet dengan kondisi tanpa kawan penyambut (pendukung yang sudah putar haluan).

“Tapi nampak pilihannya paling mungkin yang bisa dilakukan Prabowo adalah dengan bertahan di kabinet,” kata pengamat politik dari Universitas Nasional (Unas) Jakarta ini.(muj)