Wajar Hutang Negara Bertambah Saat Penanganan Pandemi Covid-19

Loading

JAKARTA (IndependensI.com) – Ketika pandemi Covid-19 datang tiba-tiba di penghujung tahun 2019, tidak satu negara pun yang benar-benar siap menghadapinya. Pemerintah dan rakyat Indonesia pun tidak siap menghadapinya. Namun siap tidak siap, wabah ini harus dihadapi karena tidak ada pilihan lain. Jadi bila pemerintah dan rakyat bingung bahkan salah langkah, tentu hal yang wajar. Demikian disampaikan Sekretaris Relawan Jokowi Center, Imanta Ginting, Selasa (10/8).

Sambil memahami perilaku virus, lanjut Imanta, setiap negara melakukan tindakan pencegahan dan pengobatan bagi warga yang kena. Hingga kini, baik tindakan pencegahan maupun pengobatan, tidak ada yang efektif 100 persen. Tindakan lockdown di suatu negara bisa efektif menangkal virus, namun tidak efektif di negara lain. Negara yang sukses menekan penyebaran virus dengan melakukan lockdown di suatu waktu justru tidak efektif di lain waktu.

“Seiring berjalannya waktu, perilaku virus semakin dipahami dan tindakan pengobatan semakin menunjukkan hasil yang semakin membaik. Kini vaksin diyakini sebagai solusi efektif untuk menangkal virus Covid-19 walaupun setiap jenis vaksin memiliki tingkat efektivitas yang berbeda. Indonesia kini berpacu untuk mempercepat vaksinasi massal. Semakin cepat selesai maka semakin besar harapan negeri kita bebas Covid-19, sehingga kehidupan normal segera terwujud, ” tambahnya.

Ibarat mengobati orang sakit, demikian Imanta memberi analogi, wajar bila pihak keluarga menguras kantong bahkan berhutang ke sana ke mari demi kesembuhan anggota keluarganya. Bahkan ada keluarga yang harus menjual aset demi membiayai pengobatan anggota keluarga. Analogi yang sama berlaku untuk suatu negara, sangat wajar berhutang dalam situasi darurat untuk memulihkan kehidupan masyarakat.

“Tentu sangat wajar bila demi kesehatan seluruh warganya, pemerintah menggelontorkan anggaran yang sangat besar dengan menambah hutang. Wajar saja menambah hutang di tengah kemampuan keuangan negara yang sangat terbatas bahkan merosot seiring merosotnya perekonomian,” ujarnya.

Menurut Imanta, pengobatan pasien Covid-19 di rumah sakit ditanggung pemerintah. Biaya warga di setiap tempat isolasi juga dibiayai pemerintah. Bahkan bantuan bagi warga kurang mampu yang memilih isolasi mandiri juga diberikan pemerintah. Vaksinasi massal dibiayai sepenuhnya oleh pemerintah. Aneka paket bantuan bagi warga kena dampak di berbagai sektor juga diberikan pemerintah.

“Dengan berbagai tindakan yang dilakukan pemerintah tadi adalah hal yang wajar bila hutang pemerintah bertambah. Yang penting jumlah hutang tidak melanggar UU. Menjadi tidak wajar bila dari begitu besar bantuan yang diberikan pemerintah justru kita masih berharap pemerintah tidak menambah hutang. Puluhan tahun sebelum Covid-19 datang, negara kita sudah berhutang, bahkan harus berhutang untuk membayar angsuran pokok hutang dan bunga hutang,” tambahnya.

Saat krisis kesehatan seperti sekarang ini, Imanta menilai sungguh tidak pantas bicara hutang pemerintah yang bertambah. Hal yang wajar, menurut Imanta, adalah bagaimana agar dengan hutang yang bertambah, kehidupan kita segera pulih, supaya sesudah sehat kita bisa memulihkan kehidupan ekonomi hingga kita mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat dan membayar hutang. “Butuh kewarasan memahami masalah bangsa, tidak cukup nyinyir apalagi sebar hoax yang sungguh di luar akal sehat,” pungkasnya. (Chs)