Ketua Tanfidziyah PBNU : Kebijakan B35 Harus Untungkan Petani Sawit

Loading

Jakarta-Ketua Tanfidziyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Nasyirul Falah Amru menyatakan, kebijakan penggunaan campuran 35% minyak sawit dalam bahan bakar atau program biodiesel 35% (B35) yang berlaku masif 1 Agustus 2023 lalu, harus menguntungkan petani sawit swadaya.

Tokoh NU yang akrab disapa Gus Falah itu mengingatkan, rantai pasok antara petani kelapa sawit swadaya dengan produksi biodiesel masih panjang, alias jauh. Dengan demikian, kebijakan B35 berbasis biodiesel belum bisa dipastikan akan memguntungkan petani sawit.

“Para petani kelapa sawit swadaya ini khan memang dari dulu kesulitan mengakses pasar, mereka menjual TBS (tandan buah segar) nya ke tengkulak dengan harga lebih rendah daripada harga pabrik,” ungkap Gus Falah dalam keterangan tertulisnya, Kamis 10 Agustus 2023.

“Sementara, produksi bahan baku biodiesel dikuasai oleh perusahaan perkebunan kelapa sawit, maka disinilah peran negara menjadi penting untuk melibatkan para petani sawit swadaya dalam kebijakan B35,” tegas Anggota Komisi VII DPR-RI dari Fraksi PDI Perjuangan itu.

Gus Falah pun menyarankan pemerintah membangun sinergi atau kemitraan antara Badan Usaha Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Badan Usaha Bahan Bakar Nabati (BU BBN), dengan kelompok petani kelapa sawit swadaya.

Dengan begitu, petani dapat memasok langsung TBS ke Pabrikan sawit yang menjadi pemasok pabrik biodiesel atau BU BBN. Dan BU BBN itu akan memasok biodiesel berbahan baku TBS petani itu pada BU BBM, untuk diolah menjadi B35.

“Dengan memberi ruang partisipasi petani kelapa sawit swadaya dalam tata niaga biodiesel, maka keuntungan program B35 juga akan dinikmati petani, bukan cuma korporasi,” ujar Gus Falah.

“Para petani sawit swadaya ini, dalam istilah Islam adalah kaum mustadh’afin. Kalau menurut Bung Karno mereka kaum Marhaen, negara harus hadir bagi mereka dalam wujud kebijakan yang berpihak,” tambah Putra dari ulama NU Ponorogo, KH Amru Al Mu’tasyim itu.