Energi Terbarukan dari Pertamina untuk Pengelolaan Sampah

Loading

BALI (Independensi.com) – PT Pertamina (Persero) melalui PT Pertamina Patra Niaga Regional Jatimbalinus DPPU Ngurah Rai memberdayakan masyarakat Desa Adat Kedonganan di Bali melalui pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dalam mendukung sistem pengelolaan sampah yang lebih baik.

Sebagai bagian dari program Desa Energi Berdikari (DEB), program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) ini memperkuat komitmen perusahaan dalam memberdayakan masyarakat agar akselerasi transisi Energi Terbarukan merata hingga ke pelosok desa dengan memanfaatkan sumber daya energi lokal.

Dicky Abdul Hakim, Operation Head DPPU Ngurah Rai mengatakan energi terbarukan ini turut mendukung kebutuhan listrik operasional Tempat Pembuangan Sampah Reduce-Reuse-Recycle Kedonganan Ngardi Resik (TPS3R KNR). “Dengan kondisi lahan yang luas dan berada di kawasan dekat pantai, kami melihat bahwa masyarakat dapat memanfaatkan energi terbarukan tenaga surya dalam mendukung aktivitas TPS3R KNR. Kami berharap, dengan adanya energi terbarukan ini, masyarakat juga dapat merasakan manfaat langsung, sehingga transisi energi terbarukan dapat dengan cepat kita capai,” ucap Dicky.

Sebagai informasi tambahan, TPS3R Kedonganan Ngardi Resik (KNR) merupakan TPS pertama yang menerapkan aplikasi berbasis barcode dalam penilaian pemilahan sampah organik dan anorganik. Nantinya, sampah organik yang terkumpul sebagai briket bioarang dan kompos trichoderma. Sedangkan sampah anorganik yang terkumpul dilakukan pengepresan untuk kemudian dijual kepada pihak ketiga. Inovasi ini juga mendapat apresiasi dari Dewan Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPER) Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada kunjungan program pekan lalu (14/09).

Dengan kapasitas 6,54 Watt Peak (Wp) dan 10 Watt Hour (Wh) per tahunnya, PLTS ini tidak hanya mengurangi emisi hingga 8.502 kgCO2eq, tetapi juga menghemat biaya listrik hingga Rp15 juta per tahun. Ini adalah salah satu langkah dalam akselerasi transisi Energi Terbarukan yang merata dengan mengoptimalkan sumber daya energi lokal.

Supardi Asmorobangun, warga Desa Kedonganan mengatakan, “Energi terbarukan ini telah memberikan banyak manfaat bagi masyarakat Desa Kedonganan, salah satunya dalam produktivitas pengelolaan sampah di TPS3R. Selain itu, manfaat tersebut dirasakan dalam mendukung roda perekonomian kami untuk lebih maju lagi.”

Sejak 2019, program Desa Energi Berdikari telah menghasilkan manfaat 170.880 wp energi Pembangkit Listrik Tenaga Surya, 605.000 m3/tahun energi biogas dan gas metana, 8.000 watt energi microhydro, 6.500 liter energi biodiesel per tahun, serta 16.500 wp energi hibrida Pembangkit Listrik Tenaga Surya dan Angin, serta berdampak pengurangan emisi karbon sebesar 565.928 ton Co2eq per tahun.

Lebih lagi, Desa Energi Berdikari turut berperan dalam pemenuhan kebutuhan energi masyarakat serta memberikan dampak perekonomian bagi 3.021 Kepala Keluarga dengan total multiplier effect sebesar manfaat Rp1,8 miliar per tahun. Harapannya melalui program Desa Energi Berdikari Pertamina, masyarakat dapat mengembangkan potensi ekonominya dengan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat serta pengembangan produk UMKM yang dihasilkan sampai dengan pemberian edukasi terkait pemanfaatan dan perawatan fasilitas energi terbarukan.

Area Manager Comm., Rel. & CSR PT Pertamina Patra Niaga Regional Jatimbalinus, Ahad Rahedi menjelaskan program DEB Pertamina ini sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) poin #7 (Energi Bersih dan Terjangkau, poin #8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi), serta poin #13 (Penanganan Perubahan Iklim). “Selain itu, melalui program ini, Pertamina juga turut mendukung target Pemerintah dalam mencapai Net Zero Emission di tahun 2060,” tutup Ahad.(hd)