Foto : Gathering Media PT Cargill Indonesia Bersama Jurnalis Gresik, Jawa Timur, Bahas Teknologi AI.

PT Cargill Indonesia Bersama Jurnalis Gresik Bahas Teknologi AI

Loading

GRESIK (Independensi.com) – Maraknya teknologi Artificial Intelligence (AI) alias kecerdasan buatan menimbulkan tantangan dalam berbagai aspek profesi. Tak terkecuali dalam dunia Jurnalisme, kini perusahaan media massa harus siap dengan disrupsi yang tak bisa dihindari.

Hal tersebut dibedah dalam dialog terbatas tentang Teknologi Artificial Intelegence (AI) yang diselenggarakan PT Cargill Cocoa and Chocolate Gresik, Jawa Timur, pada kegiatan Gathering Media di Salah satu hotel, Rabu (18/10).

Ahli kajian komunikasi dan masyarakat dari Universitas Airlangga Surabaya, yang didaulat sebagai salah satu narasumber, Irfan Wahyudi menyampaikan, praktik AI di dunia jurnalisme ini sudah terjadi. Seperti pembaca/pembawa berita, alias News Anchor.

Meski demikian, tidak serta merta peran manusia bisa diganti dengan AI, tetapi lebih pada pembagian peran yang setara.

“AI adalah mesin bahasa, bukan mesin kebenaran, faktor manusia masih sentral dalam industri media. Konkritnya AI tidak mungkin bisa turun ke lapangan melakukan reportase dan memverifikasi peristiwa yang belum terekam di dunia digital,” ujarnya.

Sementara itu, narsumber lain, CEO Kapanlagi Younivers Wenseslaus Manggut menyebutkan, adanya AI bisa menjadi peluang bagi industri jurnalisme untuk mensuplai bahan data bagi perusahaan AI.

Wens menjelaskan, memang AI bisa mensistematisasi data – data dan sangat cepat dalam membantu riset atau membuat produk jurnalistik, baik teks, foto, video atau Infografik. Namun, data-data yang dikumpulkan AI biasanya yang sudah ada di database digital.

“Kalau misalnya teman-teman wartawan melakukan reportase tentang informasi yang baru, seperti jujukan tempat makan enak di Gresik, tentu harus datang ke lokasi, melakukan reportase dan penulisan. Itu yang tidak dapat dilakukan AI,” tuturnya.

Lebih lanjut Wens menambahkan, disisi lain peluang ada, bila perusahaan AI mau memakai data itu untuk keperluan database pelayanannya ya harus membayar ke media yang menerbitkan.

“Makanya setelah aturan Publisher Rights kita dorong aturan yang mengatur hubungan perusahaan AI dengan perusahaan pers ini,” imbaunya.

Intinya, menurut Wens, AI tidak akan mungkin melakukan sepenuhnya tugas-tugas dan fungsi Jurnalis atau wartawan.

“Namun bisa dimanfaatkan untuk menunjang kerja Jurnalisme itu,” tandasnya. (Mor)