Buka Cabang di Majalengka, Lirboyo Menguatkan Kembali Nilai Keislaman dan Keindonesiaan

Loading

MAJALENGKA (IndependensI.com) – Indonesia harus terus dipertahankan dengan nilai-nilai keislaman dan nasionalisme, maka pesantren harus terlibat lebih aktif dalam mengajarkan nilai Islam yang moderat dan kecintaan terhadap Indonesia yang mendalam.

Demikian dikatakan oleh KH. Abdullah Kafabih Mahrus dalam sambutannya ketika meresmikan Pondok Pesantren Lirboyo cabang Majalengka, Rabu (16 Juni 2021).

Pada kesempatan itu, Kiai Kafabih juga mengajak semua untuk memperdalam nilai-nilai keislaman dengan ilmu-ilmu yang telah diwariskan para ulama.

“Ini peru dilakukan, di saat begitu banyak orang-orang yang jahil, bodoh membuat narasi-narasi kontraproduktif, membuat hoaks dan fitnah serta memperlihatkan kedangkalan cara berfikir,” ujar Kyai Kafabih.

Di hadapan para kiai se-wilayah 3 Cirebon, pengurus NU dan para alumni Lirboyo, Kiai Kafabif juga mengajak para kiai dan santri untuk tampil mengemukakan esensi nilai Islam yaitu as-suhulah (kemudahan), kemajuan, toleransi dan jnilai-nilai ukhuwah atau kebersamaan.

Hadir dalam peresmian itu sejumlah ulama seperti KH. Abdullah Kafabih Mahrus, KH. An’im Falahuddin Mahrus. Agus H. Syarif Hakim An’im, Agus Zulfa Ladai Robbi, KH. Atho’illah S. Anwar, dan Agus H. M. Ibrahim Hafidzdan, KH. Sarkosi Subki, KH. Husein Muhammad, KH. Wawan Arwani serta Anggota DPR RI dari F-PKB KH Maman Imanulhaq.

Sementara itu, KH Maman Imanulhaq yang juga merupakan pimpinan Ponpes Almizan Jatiwangi, Majalengka, menyambut gembira kehadiran Pesantren Lirboyo di Majalengka karena itu artinya akan memperkuat ukhuwah di antara para kyai se-wilayah 3 Cirebon dengan spirit Para Masyaikh Lirboyo yaitu KH Abdul Karim, KH Marzuki Dahlan, dan juga KH Mahrus Ali.

“Kita berharap semoga di tempat ini (Pesantren Lirboyo) bisa banyak santri yang mondok. Semakin banyak pondok maka semakin kuat kita untuk menyebarkan Islam dengan hujjah dan jumlah yang kokoh,” kata Kiai Maman menambahkan.

Usai acara, para kiai berkumpul di Ponpes Al Mizan mendiskusikan banyak hal terutama soal pentingnya kembali untuk melakukan gerakan Islam transformatif di tengah gempuran kelompok-kelompok orang yang mempertontonkan kedangkalan berpikir soal Islam dan juga menipisnya rasa nasionalisme.

Dalam diskusi para kiai di Ponpes Al Mizan itu, cendikiawan muslim, KH. Husein Muhammad mengatakan, para kiai harus terbuka melihat perubahan zaman. Jangan sampai justru lantaran nyaman dibuai dengan keadaan dan tradisi membuat masyarakat pesantren menjadi komunitas primitif. Ia justru mengajak pesantren menjadi pelopor transformasi.

“Pesantren dan para kiai dalam awal sejarahnya adalah lembaga dan tokoh yang hadir untuk melakukan transformasi kultural melalui tradisi. Indonesia menjadi bangsa muslim terbesar di dunia, tak bisa dilepaskan peran transformatif pesantren dan para kiyai. Saya tidak tahu secara pasti apakah masih seperti itu sekarang dan yang akan datang?” kata KH Husein Muhammad menegaskan. (Chs)