Negara G7 Tidak Menunjukkan Upaya Penyelesaian Damai Rusia-Ukraina

Loading

JAKARTA (Independensi.com) – Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 yang berlangsung 26-28 Juni 2022 di Schloss Elmau, Garmisch-Partenkirchen, Jerman Selatan tidak menunjukkan adanya semangat untuk menyelesaikan secara damai perang Rusia-Ukraina. Justru, sebaliknya semakin memperkuat posisi untuk melawan Rusia.

“Saya mengikuti semua siaran pidato dari negara G7 dan negara tamu yang hadir di forum itu. Tidak ada pembicaraan untuk menyelesaikan secara damai, justru membahas penambahan dukungan militer bagi Ukraina,” jelas Direktur Archipelago Solidarity Foundation, Dipl.-Oek. Engelina Pattiasina di Jakarta, Kamis (30/6/2022).

KTT G7 2022 di Jerman ini diikuti negara anggota, Inggris, Perancis, Jerman, Amerika Serikat, Kanada, Italia, dan Jepang. Selain itu, juga dihadiri Presiden Uni Eropa dan Presiden Dewan Eropa. Selain itu, KTT G7 diikuti negara tamu, yakni Indonesia, India, Argentina, Senegal dan Afrika Selatan.

Menurut Engelina, negara G7 tidak sejalan dengan Rusia, karena sebelumnya G8 mengikutkan Rusia, yang kemudian dikeluarkan karena persoalan Krimea. Jadi, negara G7 ini menentang Rusia dan negara tamu ada yang mendukung posisi negara G7, ada yang tidak ambil posisi dan ada yang sedikit condong ke China. Misalnya, mengenai sanksi terhadap Rusia, dari lima negara tamu, Senegal dan India tidak mendukung sanksi bagi Rusia.

“Indonesia hadir di KTT G7 merupakan inisiatif Jerman sebagai tuan rumah. Hanya saja, Indonesia tidak berhasil menaikkan daya tawar terhadap negara G7. Saya justru lihat India lebih cerdas mengambil posisi, karena berhasil menjalin kerja sama yang baik dengan Rusia, juga dengan negara G7. Bahasa gampangnya, dia dapat dari Rusia dan Negara G7,” kata Engelina yang juga lulusan Universitas Bremen Jerman ini.

Menurut Engelina, kehadiran Indonesia di KTT G7 ini tidak lepas dari posisi Indonesia sebagai Presidensi G20 2022, yang bisa memainkan peran strategis. Misalnya, sejak April 2022, Kremlin menyatakan bahwa komitmen kehadiran Putin di G20 masih diperiksa. Namun, beberapa hari lalu, Kremlin menyatakan Putin akan hadir di G20, apakah secara virtual atau pribadi masih dikaji lagi.

Sikap Rusia ini tentu karena memahami arti penting dari forum ini. Sedangkan, di sisi lain, ada negara yang menolak hadir ke G20 kalau Rusia menghadiri G20.

Namun, negara-negara G7 pasti akan hadir di G20, kalau tidak, berarti sama dengan membiarkan Indonesia semakin mesra dengan Rusia, China dan India dan negara lainnya di G20. “Untuk itu, saya kira, mereka akan hadir di G20 kalau mempertimbangkan posisi strategis Indonesia,” katanya.

Engelina mengatakan, sikap Indonesia yang hendak mengupayakan perdamaian Ukraina-Rusia, tentu merupakan langkah yang baik. Namun, upaya itu perlu memiliki kerangka kerja yang jelas, sehingga bisa mewujudkan perdamaian.

“Apakah negara barat bisa diyakinkan untuk sedikit mengalah atau justru mereka semakin keras, karena hal itu yang sebenarnya tersirat dalam forum KTT G7 dan kesepakatan NATO di Madrid-Spanyol,” katanya.

Selain itu, kata Engelina, dalam pidato virtual Volodymyr Zelensky sangat tegas menyatakan, Ukraina tidak akan membiarkan sejengkal tanah pun dikuasai Rusia. Sebaliknya, sikap Rusia juga sangat keras menuntut Ukraina untuk menyerah. Hal lain, kata Engelina, perlu juga dilihat posisi Amerika, yang tentu saja tidak mungkin melepaskan begitu saja pengaruhnya di Eropa.

“Kalau saya cermati sikap dari negara-negara yang terkait dengan perang Ukraina-Rusia ini, saya kira untuk proses penyelesaian damai butuh upaya keras, termasuk mempertimbangkan kemungkinan untuk menggandeng negara-negara yang memiliki hubungan dengan Rusia dan negara barat,” kata Engelina.

Menurut Engelina, Indonesia harus benar-benar gesit dan cerdas untuk mengelola politik luar negeri, sehingga berbagai kesempatan untuk memperkuat posisi Indonesia di kancah internasional, termasuk kepentingan dalam negeri tidak lepas begitu saja.

“Jangan sampai kita melewatkan berbagai kesempatan baik. Sangat menarik, misalnya, bagaimana respon Negara G7 terhadap upaya Indonesia untuk mendamaikan Ukraina-Rusia? Karena ini sangat penting,” katanya. (*)