JAKARTA (IndependensI.com) – Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat selama periode Januari – Juni 2019 Indonesia telah mengekspor pangan segar sebanyak 15.000 ton ke 29 negara. Nilai total keseluruhan ekspor pangan selama Semester 1 2019 itu mencapai USD 12 juta atau Rp 170 miliar.
“Volume ekspor Januari-Juni, pangan segar saja, beras, beras ketan, jagung, kedelai segar, kacang tanah segar, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar, talas dan lainnya itu 15 ribu ton. Itu ke sekitar 29 negara, seperti Hong Kong, Singapura, Australia, Amerika, Italia, China, Thailand, Filipina, Malaysia, India, Pakistan, dan sebagainya,” ujar Dirjen Tanaman Pangan Suwandi pada konferensi pers di Jakarta, Senin (12/8/2019).
Produk beras dikirim ke Hong Kong, AS, Australia, Timor Timur, Singapura, dan Italia dengan volume ekspor 75,47 ton. Sementara, volume ekspor terbesar adalah ubi jalar, yakni 4.856 ton, yang dikirim ke berbagai negara mulai dari Jepang, China, Timur Tengah, hingga Amerika Serikat
Target baru ekspor Indonesia nantinya adalah negara-negara Amerika Latin seperti Chili. Produk yang akan diekspor juga berupa buah-buahan tropis hingga sawit.
Suwandi menyebut Kementan akan terus menggenjot usaha ekspor dengan cara berkolaborasi dengan pihak swasta untuk membangun hub berupa warehouse produk pertanian di berbagai wilayah Indonesia. Tempat itu nantinya akan berperan sebagai kawasan berikat yang memiliki layanan satu pintu bagi para eksportir.
Inovasi lainnya adalah membuat sistem agribisnis tanaman pangan. Ini berupa pemetaan produk petani dan lokasi para eksportir, tujuannya agar semua stakeholder tidak kesulitan saling berkomunikasi. Alamat situsnya adalah http://aplikasi2.pertanian.go.id/saripa.
“Sehingga tak ada kesulitan lagi bagaimana komunikasi kedua belah pihak. Selama ini dikeluhkan petani mencari pedagang sulit, mencari eksportir sulit. Demikian pula pedagang dan eksportir sulit mencari produk petani ke mana. Kita fasilitasi dengan sistem paling praktis yaitu online, aplikasi,” tuturnya. (dan)