Replika Cassini dipajang di Jet Propulsion Laboratory (JPL) NASA di Pasadena, AS, Kamis (13/9/2017). (AFP)

Riwayat Cassini Tamat di Saturnus

Loading

JAKARTA (IndependensI.com) – Sekitar 20 tahun mengarungi antariksa, riwayat Cassini tamat di Planet Saturnus. Wahana luar angkasa NASA itu dijatuhkan di Saturnus pada Jumat (15/9/2017) untuk mengakhiri misinya mempelajari tata surya.

Proyek Cassini merupakan kerja sama internasional yang melibatkan 27 negara dan menelan dana US$3,9 miliar. Wahana itu dipastikan hancur setelah menembus atmosfer Saturnus dengan kecepatan 120.700 kilometer per jam.

Kontak terakhir Cassini dengan Bumi terjadi pada 11.55 GMT. Proses jatuhnya wahana itu ke Saturnus dimulai 83 menit sebelumnya, sekitar 1,4 juta kilometer dari Bumi.

“Wahana antariksa itu sudah lenyap,” kata manajer program Cassini, Earl Maize, dari Jet Propulsion Laboratory NASA.

“Terima kasih, dan selamat jalan pengelana yang setia. Tapi peninggalan Cassini baru saja dimulai,” ujarnya kemudian.

“Pengaruh yang dibuat Cassini untuk penjelajahan planet di masa depan akan terus ada hingga beberapa dasawarsa mendatang,” kata Maize.

Cassini menembus cincin gas raksasa yang mengelilingi Saturnus setelah wahana antariksa itu kehabisan bahan bakar roket. Sejak diluncukan dari Bumi, Cassini sudah menempuh jarak sekitar 7,9 miliar kilometer. Sekadar informasi, Saturnus adalah planet terjauh dari Bumi yang masih bisa dilihat dengan mata telanjang.

Cassini sengaja dijatuhkan agar bangkainya tidak merusak bulan Saturnus yaitu Titan dan Enceladus jika dibiarkan berada di orbit.

“Ada kesepakatan internasional yang mengharuskan kita tidak bisa meninggalkan bangkai wahana antariksa di orbit planet seperti Saturnus yang memiliki beberapa bulan prebiotik,” kata Maize. Prebiotik yang dimaksudkannya adalah keadaan yang diperkirakan terjati sebelum munculnya kehidupan.

Terdapat tiga wahana antariksa yang diterbangkan ke Saturnus yaitu Pioneer 11 pada 1979, lalu Voyager 1 dan Voyager 2 pada 1980an. Tapi baru Cassini yang mampu mempelajari Saturnus lebih terperinci.

Nama Cassini diambil dari astronom Prancis-Italia, Giovanni Domenico Cassini. Di abad ke-17, dia menemukan bahwa Saturnus memiliki beberapa bulan dan terdapat jarak di antara cincinnya.

“Ini adalah babak terakhir sebuah misi yang luar biasa, tapi juga menjadi sebuah awal yang baru,” kata Thomas Zurbuchen dari Science Mission Directorate NASA.

“Penemuan lautan di Titan dan Enceladus oleh Cassini telah mengubah segalanya. Penemuan itu mengubah pandangan kami tentang tempat yang tidak terduga yang berpotensi punya kehidupan selain Bumi,” ujarnya.