Kleopas Danang, “ICAO Young Aviation Professional” Asal Indonesia

Loading

MONTREAL, KANADA (IndependensI.com) – Terlahir dalam keluarga yang bergelut dalam dunia avisiasi atau penerbangan membuat Kleopas Danang Bintoroyakti (29) kelahiran Jakarta mempunyai kebanggaan tersendiri bisa tampil dalam Global Summit badan International Civil Aviation Organization (ICAO), Montreal, Kanada.

Kleopas Danang, ICAO Young Aviation Professional asal Indonesia berbicara mengenai pentingnya Komunikasi dan Perubahan Budaya Guna Menarik Minat dan Mempertahankan Profesional Muda Industri Aviasi.

“Sebenarnya saya sempat nervous dan seperti tidak percaya untuk dapat memberikan presentasi berskala internasional di General Assembly hall ICAO,” ujar putra kedua Petrus Tutuk Sri Sumasto, pilot Garuda Indonesia dan Stella Maria Mimara Dita adik Dismas Yoga Untoro yang juga menjadi pilot Garuda Indonesia.

“Namun, karena niatnya mengutarakan ide pentingnya komunikasi yang lebih efektif dan perubahan budaya, saya lama-lama berasa terbiasa dan puji tuhan seluruh poin saya tersampaikan,” ujar Danang, Sabtu (2/12/2017).

Menurut Danang, ia memulai presentasinya dengan mengucapkan Selamat Pagi dalam bahasa Indonesia dan memperkenalkan diri secara singkat mengenai Indonesia dan keragamannya serta potensi industri aviasi di Indonesia. Industri aviasi memegang peranan penting dalam memfasilitasi jutaan penduduk di Indonesia, membawa banyak turis serta mendukung pendistribusian logistik dan ekspor Indonesia ke kancah dunia.

Adapun ruang wilayah udara Indonesia (airspace) merupakan wilayah udara terbesar di Asia Tenggara yang manajemennya memiliki peranan penting untuk lalu lintas udara (konektivitas) di kawasan Asia Pasifik. Di Indonesia sendiri, ujarnya dari riset yang dilakukannya secara independen, sampai dengan tahun 2016 terdapat lebih dari 65.000 orang yang bekerja untuk penerbangan di Indonesia sebagai fungsi teknikal maupun manajerial dan jumlah pilot lebih dari 10.000 orang.

Danang mengatakan bagi sebagian besar kaum profesional yang bergerak di bidang aviasi mendapat kesempatan untuk mengabdi di badan International Civil Aviation Organization (ICAO), Montreal, Kanada merupakan impian.

Kleopas Danang Bintoroyakti, anak muda asal Indonesia pertama yang lolos pada seleksi ICAO Young Aviation Professional program sejak Februari silam di International Civil Aviation Organization (ICAO), Montreal, Kanada itu berbicara mengenai pentingnya komunikasi dan perubahan budaya guna menarik minat profesional muda industri aviasi di acara Next Generation Aviation Professional (NGAP) Global Summit di Montreal, Kanada.

Adapun presentasi yang berlangsung selama 15 menit di markas besar International Civil Aviation Organization (ICAO), Montreal, Kanada tersebut merupakan salah satu bagian kecil dari acara seminar yang dihadiri oleh sebanyak 500 peserta yang terdiri dari Direktur Biro Navigasi Udara (Air Navigation Bureau), perwakilan delegasi seluruh negara, asosiasi profesi aviasi, serta profesional muda aviasi seluruh dunia sampai dengan mahasiswa.

Program ICAO Young Aviation Professional  merupakan program pembentukan leader industri aviasi masa depan (leadership program) berdurasi 12 bulan yang dibentuk oleh ICAO (International Civil Aviation Organization), Badan PBB bergerak di industri penerbangan.

Program dicanangkan sejak 4 tahun lalu, dan hanya mencari tiga kandidat setiap tahunnya untuk bekerja dengan subject matter experts di ICAO menangani Safety, Environment ataupun Economic Development.

Danang menjadi salah satu dari tiga kandidat yang terpilih setelah berkompetisi dengan lebih dari 500 pendaftar dari seluruh dunia tahun ini. Danang akan berada di ICAO sampai dengan 28 Februari tahun depan.

Program ini bekerja sama dengan dua organisasi industri aviasi yaitu Airports Council International (ACI) yang merupakan organisasi Bandara seluruh dunia dimana PT Angkasa Pura 1 dan 2 menjadi salah satu anggota, dan International Air Transport Association (IATA) yang merupakan organisasi maskapai penerbangan dunia dimana Garuda Indonesia menjadi salah satu anggota.

Saat ini Danang sedang berada di rotasi ketiga yaitu bekerja bersama Air Transport Bureau (ATB) Economic Development sampai 4 bulan ke depan setelah sebelumnya bekerja bersama Airports Council International (ACI) selama empat bulan pertama bersama tim Economic Policy yang membahas mengenai regulasi pengembangan infrastruktur bandara dan Air Transport Regulation Panel membahas mengenai perlindungan konsumen.

Kemudian untuk rotasi kedua, Danang bekerja bersama International Air Transport Association (IATA) dengan tim operational safety, dengan project khusus menjadi communications advisor untuk tim operational safety termasuk di dalamnya tim safety management system dan mempersiapkan proposal strategi pengkomunikasian safety initiatives untuk stakeholder internal dan eksternal.

Selain itu, Danang memberikan gambaran singkat mengenai prediksi (forecast) perkembangan atau trend industri aviasi secara global dimana menurut ICAO Aviation Benefit report 2017 menyatakan bahwa pada tahun 2034, industri aviasi diperkirakan akan meningkat dua kali lipat dari tahun 2016 dengan rata-rata pertumbuhan 4.5% secara global.

Industri aviasi, katanya juga turut akan memberikan dampak positif seperti sebanyak 99 juta lahan pekerjaan secara global atau meningkat dua kali lipat dari tahun 2014 dan berkontribusi dalam meningkatkan GDP sampai $5.9 triliun di tahun 2034.

Data tersebut katanya menunjukkan industri aviasi secara global akan berkontribusi meningkatkan perekonomian dan membuka kesempatan kerja yang sangat luas.

Danang menyampaikan salah satu hasil risetnya yang dibuatnya bersama Airport Council International (ACI) dan telah dimuat di ACI World Report edisi Agustus 2017 bahwa Kepercayaan akan proyeksi penumpang udara yang akan terus meningkat, membuat negara-negara dan operator bandara di seluruh dunia berkomitmen untuk berinvestasi dan meningkatkan proyek pengembangan bandara, serta memasukkannya ke dalam prioritas.

Menurut Danang walaupun proyeksi industri aviasi terus meningkat, namun terdapat banyak tantangan di industri seperti salah satunya adalah terorisme, kesenjangan pendapatan global, serikat kerja, lingkungan termasuk diantaranya adalah keterbatasan jumlah pekerja profesional aviasi.

Tantangan ini yang akan dihadapi oleh profesional muda aviasi di seluruh dunia. Industri aviasi adalah industri yang sangat kompleks, sangat teregulasi dan dinamis.

“Kita harus mengingat paham ideal mengenai the rule of the balance scale dimana proteksi dan produksi harus seimbang. Proteksi dimana kita harus memastikan semua unsur keselamatan ke dalam setiap aksi korporasi, namun secara paralel, kita harus dapat menghasilkan pendapatan guna memastikan keberlangsungan bisnis,” ujarnya.

Danang berkomentar walaupun 7 tahun pengalamannya masih terbilang muda, namun dirinya menilai bekerja di Industri aviasi adalah sebuah pengalaman yang sangat luar biasa. Salah satu keuntungan bekerja di aviasi adalah bepergian (traveling) yang kini sangat merebak di kalangan milenial dan bekerja di lingkungan multi kultur serta international exposure dimana pun profesional aviasi bekerja.

Bekerja di industri ini memiliki tantangan yang cukup menantang seperti biaya training yang mahal, hambatan komunikasi seperti perbedaan kultur dan bahasa, untuk itu Danang mengingatkan generasi muda bahwa industri aviasi adalah bisnis yang bergerak selama 24 jam sehingga komitmen dan kesigapan adalah kunci karena apa pun dapat terjadi setiap saat.

Melalui presentasinya, Danang menyampaikan tenaga professional teknis sangat diperlukan oleh industri ini. Selain itu, industri aviasi juga membutuhkan tenaga non teknis atau manajerial yang mendukung perkembangan industri aviasi di dunia. Danang pun berbagi mengenai pengalamannya menjadi sebuah Humas industri penerbangan yang telah digelutinya selama 6 tahun sebelumnya.

Fungsi kehumasan akan terlihat saat terjadi krisis. Danang sendiri sebelumnya adalah seorang praktisi humas penerbangan yang telah memiliki berbagai pengalaman menangani komunikasi krisis dari berbagai level seperti emergency landing, kecelakaan pesawat, sampai penutupan bandara yang diakibatkan aktivitas vulkanik yang mengangkibatkan pembatalan penerbangan.

“Walaupun kita mengetahui bahwa industri penerbangan adalah moda transportasi paling aman di seluruh dunia, namun memiliki unsur resiko yang tinggi sehingga Komunikasi memegang peranan penting karena setiap aksi yang dilakukan perusahaan atau organisasi saat terjadi krisis, apabila tidak dikomunikasikan dengan baik, dapat menimbulkan dampak legal implication. Sehingga saat krisis terjadi kita perlu memiliki strategi yang kuat dalam menkonter segala noise yang mungkin memberikan dampak bagi reputasi perusahaan. Mengapa reputasi itu penting? Karena bisnis penerbangan adalah bisnis yang berdasarkan trust atau kepercayaan. Industri penerbangan berbeda dengan industri lainnya seperti perbankan atau IT karena berhubungan dengan nyawa manusia, dan nyawa manusia adalah priceless dan tidak dapat tergantikan,” ujarnya.

Danang memulai kariernya di kantor Humas (PR Agency) Weber Shandwick Jakarta dimana ia bekerja untuk menghandle clientnya yang adalah salah satu maskapai asing terbesar asal Asia, Singapore Airlines selama 3 tahun di Jakarta. Kemudian, Danang bekerja sebagai Corporate Communication Executive di maskapai penerbangan AirAsia Indonesia selama 2.5 tahun dan kemudian melanjutkan pendidikan S2 ke Coventry University di Inggris mengambil jurusan Manajemen Transportasi Udara.

Selama mengenyam pendidikan di Inggris, Danang sering berbagi dengan mahasiswa S1 yang mayoritas berasal dari Eropa mengenai pengalamannya menghandle krisis maskapai penerbangan, serta komunitas pelajar Indonesia yang tertarik mengenal lebih jauh industri penerbangan, seperti yang pernah dilakukannya dengan Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) United Kingdom bertempat di Trinity College, Oxford University, Oxford tahun 2016 silam. Sebelum pindah ke Montreal, adapun Danang bekerja untuk PT Angkasa Pura Solusi (APS) anak perusahaan PT Angkasa Pura 2 menjabat Business Development Manager, mengembangkan bisnis perusahaan yang berkaitan dengan layanan kebandarudaraan yang berkaitan dengan pendapatan non-aeronautical