Pria Bangladesh Ledakkan Bom di Kereta Bawah Tanah New York

Loading

NEW YORK (Independensi.com) – Seorang pria keturunan Bangladesh meledakkan bom buatan sendiri yang diikatkan di badannya di terminal kereta bawah tanah saat jam sibuk di New York, Senin (11/12/2017) atau Selasa (12/12/2017) dinihari Wib, melukai dirinya sendiri dan tiga orang lainnya. Walikota New York Bill de Blasio mengatakan bahwa ledakan tersebut sebagai upaya serangan teroris.

Menurut keterangan polisi New York, tersangka serangan di stasiun kereta bawah tanah Time Square, dekat terminal Terminal Bus Port Authority tersebut diidentifikasi sebagai Akayed Ullah (27).

Tersangka mengalami luka sobek dan luka bakar, sementara tiga lainnya, termasuk seorang polisi hanya luka ringan.

Ullah berasal dari kota Chittagong di Bangladesh dan merupakan penduduk AS. Ia tidak memiliki catatan kejahatan selama di Bangladesh dan terakhir berkunjung ke negara asalnya itu pada 8 September lalu.

Pria tersebut memiliki surat izin mengemudi taksi limusin warna hitam yang berlaku dari 2012 sampai 2015.

Pihak Gedung Putih mengumumkan bahwa serangan tersebut membuat reformasi imigrasi AS semakin diperlukan.

Gubernur Negara Bagian New York Andrew Cuomo, yang berbicara pada saat jumpa pers mengatakan, perangkat bom tersebut terbuat dari sebuah pipa yang ditempel di tubuh tersangka dan peralatan tersebut digambarkan sebagai “tingkat amatir”.

Menurut Cuomo, bahan peledak yang ada di pipa tersebut meledak, tapi pipa itu sendiri tidak meledak.

“Jadi dia hanya melukai dirinya sendiri, dan beberapa orang lain di dekatnya,” katanya.

Ullah ternyata belajar dari internet untuk mendapatkan informasi bagaimana cara merakit bom.

Walikota de Blassio menegaskan bahwa serangan yang terjadi di awal jam-jam sibuk tersebut sebagai sebuah upaya serangan teroris.

“Sebagai warga New York, keseharian kita memang banyak berada di kereta bawah tanah. Ketika kita mendengar serangan di kereta bawah tanah, hal itu membuat kita sangat resah,” kata Blasio.

Sementara itu deputi komisioner intelijen dan kontra teroris, John Miller mengatakan bahwa Kota New York menjadi target serangan.

Miller kemudian mengingatkan akan insiden yang terjadi pada 11 September 2001 yang menewaskan lebih dari 2.740 orang, serta serangan bom pada 26 Februari 1993 yang menewaskan enam orang.

Maqdisi Media, sebuah kelompok media di AS menggambarkan serangan tersebut sebagai respon atas keputusan Presiden Trump yang mengakui Yerusalem sebagai Ibukota Israel.

Insiden tersebut terjadi kurang dari dua bulan setelah imigran asal Uzbekistan menabrakkan truk sewaan ke kerumunan pejalan kaki yang menewaskan delapan orang. (antara/reuters)