Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno, melakukan panen ikan hasil budidaya di Pulau Tidung Kabupaten Kepulauan Seribu Jakarta, Selasa (27/2/2018). (Humas Direktorat Jenderal Budidaya KKP)

Panen Kerapu Bantuan KKP di Pulau Tidung, Kepulauan Seribu

Loading

JAKARTA (Independensi.com) – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno, melakukan panen ikan hasil budidaya di Pulau Tidung Kabupaten Kepulauan Seribu Jakarta.

Setidaknya 1,2 ton ikan kerapu dan bawal bintang dari program bantuan KKP berhasil dipanen, Selasa (27/2/2018). Di Pulau Tidung akan dipanen sebanyak 5,5 ton ikan kerapu, kakap dan bawal bintang sedangkan di Kabupaten Kepulauan seribu sendiri secara keseluruhan akan dipanen 40 ton ikan.

Dalam keterangannya disela-sela panen, Sandi mengapresiasi program KKP untuk masyarakat di Kepulauan Seribu ini. Dia yakin program ini sangat membantu masyarakat dan mampu menumbuhkan kemandirian ekonomi mereka.

“Saya berharap dengan berkembangnya usaha budidaya ikan di KJA oleh masyarakat Kepulauan Seribu ini, maka pasokan ikan ke DKI dapat terpenuhi sehingga tidak perlu impor atau didatangkan dari luar”, terangnya.

Sandi juga berharap bahwa budidaya ikan di KJA dapat menjadi program unggulan masyarakat karena sangat cocok dengan kondisi dan sumber daya yang dimiliki Kepulauan Seribu serta jaminan dan kepastian pasar.

”Adanya kepastian pembeli atau jaminan pasar bagi hasil budidaya ikan dari Kepulauan Seribu juga akan mendorong kemandirian ekonomi masyarat. Dan bisa jadi program unggulan OKE OCE (One Kecamatan One Center of Enterpreneurship)” lanjut Sandi

Secara terpisah, Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto, menyampaikan bahwa panen ikan di Kepulauan Seribu merupakan bukti keberhasilan program bantuan KKP dalam memberikan dukungan bagi pembudidaya ikan menjalankan usahanya.

“KKP terus mendorong agar sumber daya yang dimiliki masyarakat dapat operasional dan berfungsi optimal. Program ini dimaksudkan untuk menjamin aktivitas budidaya oleh masyarakat terus berlangsung dan berkembang”, ujarnya, dalam keterangan tertulis kepada Independensi.com, Rabu (28/2/2018).

Slamet juga menegaskan bahwa bantuan dari KKP ini hanyalah stimulan, selanjutnya pembudidaya didorong untuk dapat mengakses permodalan dari perbankan maupun lembaga keuangan lainnya.

“Dukungan KKP kepada pembudidaya ikan dalam bentuk bantuan-bantuan hanya sebagai stimulan. Selanjutnya kami dorong mereka untuk memanfaatkan modal perbankan seperti KUR” jelas Slamet.

Merujuk harga ikan yang makin baik yakni Rp. 90.000/kg untuk kerapu cantang, Rp. 100.000/kg untuk kerapu cantik dan Rp. 80.000/kg untuk ikan bawal bintang, Slamet makin yakin bahwa usaha budidaya kerapu dan ikan lainnya makin kondusif.

“Kami ingin pembudidaya ikan ini mandiri. Kemandirian mereka dapat tercapai jika iklim dan dukungan usaha dari hulu hingga hilir kondusif. Saat ini ikllim usaha perikanan semakin kondusif, serapan pasar dalam dan luar negeri terus positif, harganya pun makin stabil dan bagus,” lanjut Slamet.

Sebagaimana diketahui KKP melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) pada tahun 2017 telah menyalurkan dukungan program bantuan bagi masyarakat pembudidaya ikan termasuk di Kabupaten Kepulauan Seribu Jakarta, yaitu berupa 80.000 ekor benih ikan kakap, kerapu dan bawal bintang.

Juga diserahkan 64 ton pakan ikan, vitamin, obat-obatan dan 8 unit alat pencuci jaring kepada 8 kelompok atau sekitar 80 orang di Kepulauan Seribu meliputi Pulau Pari, Panggang, Kelapa dan Tidung. Kegiatan ini mendapat pengawalan bimbingan teknis dari Balai Besar Perikanan Budidaya Laut Lampung, yang merupakan salah satu UPT Ditjen Perikanan Budidaya.

Saat ini, di pulau Tidung sendiri dari 2 kelompok atau 20 orang yang menerima bantuan telah berkembang menjadi 38 orang.

“Saya mendapatkan informasi bahwa kegiatan budidaya di Kepualaun Seribu terus mengalami perkembangan. Bukti bahwa program ini berhasil dan berdampak positif bagi masyarakat, nampak dari semakin banyaknya masyarakat yang melakukan usaha budidaya. Di Pulau Tidung saja dari 20 orang di tahun 2017 saat ini sudah ada 38 orang,” tutup Slamet. (eff)