Damai Itu Indah Kalau Dilakukan

Loading

IndependensI.com – Kita menghormati para senior dokter-dokter Indonesia termasuk yang duduk di Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) termasuk putusannya menyangkut Dr. dr. Terawan Agus Putranto sebagai melanggar Kode Etik Kedokteran sehingga dipecat sementara selama satu tahun.

Penghormatan dan apresiasi juga harus diberikan kepada Dr. dr. Terawan Agus Putranto dengan penemuannya, yang menurut pengakuan para pasiennya sangat menolong dan menyembuhkan penyakit yang diderita.

Tidak tanggung-tanggung pengakuan jujur H, Ir. Aburizal Bakri, pengusaha dan tokoh nasional yang menyatakan “berhutang nyawa kepada Allah melalui dr. Terawan”, sebagaimana diberitakan secara luas detik.com Rabu (4/4), secara live juga Prof. Mahfud MD di televisi malam harinya menuturkan pengalamannya bersama isteri mengenai metode pengobatan (atau apapun namanya) yang diperoleh dari Dr. dr. Terawan di Rumah Sakit Pusat TNI-AD Gatot Subroto Jakarta.

Berkaitan dengan keputusan MKEK PB IDI kita meyakini murni sesuai ketentuan dan tuntutan KEK PB IDI terhadap ketaatan anggotanya, sehingga tidak perlu diperdebatkan, apalagi diseret-seret ke luar dari rel etika kedoketran.

Kita yakin PB IDI dan MKEK PB IDI dan yang duduk di sana adalah pribadi dan organisasi yang berintegritas tinggi yang tidak perlu diragukan, jauh dari publisitas, dan kepentingan sempit. Dalam kaitan itulah kita mengimbau agar semua pihak menahan diri dan tidak memberikan pernyataan yang semakin menjauhkan upaya penyelesaian masalah, sebab menurut kita kalau semua pihak memberi perhatian tidak begitu susah melakukan komunikasi antara Dr. dr. Terawan Agus Putranto dengan PB IDI.

Memang kita yakin bahwa kesembuhan itu dari Allah, Tuhan Yang Maha Pengasih melalui orang-orang yang diberkatinya yaitu para dokter, dan untuk kepentingan itulah kita berharap persoalan PB IDI dengan Dr. dr. Terawan Agus Putranto harus dilihat dari kepentingan masyarakat yang membutuhkan pertolongandan untuk itu para pemilik kepentingan kita minta berupaya mencari jalan keluar, sehingga pengobatan orang-orang sakit yang sedang berlangsung serta yang berikutnya tetap terlayani, tidak terganggu dan jangan sampai-sampai tidak tertolong.

Berharga kejujuran Aburizal Bakri (Ical) atas pengobatan yang dialaminya dari Dr. dr. Terawan, dan kita berharap agar Bung Ical dengan segala keberadaannya menjembatani komunikasi untuk mencari penyelesaian antara MKEK PB IDI dengan Dr. dr Terawan. Menurut kita bukan hal yang sulit mengajak para pihak untuk duduk bersama mencari solusi, terutama antara Kepala Staf TNI-AD dengan Menteri Kesehatan, dan sebaiknya para pihak yang tidak berkompeten untuk menahan diri memberi dan turut campur.

Kita percaya dengan slogan yang sering kita lihat di kawasan TNI-AD yang menyerukan, Damai Itu Indah. Memang tidak ada yang lebih baik dan lebih indah dari damai, oleh karenanya harus diupayakan per-damai-an itu secepatnya dan tidak hanya slogan. Sebab orang-orang yang membutuhkan pertolongan dan pengobatan antri seturut berjalannya usia manusia.

Harapan kita, semua pihak bertujuan untuk kebaikan dan oleh karenanya tidak perlu ada yang merasa tersudutkan apalagi kehilangan muka dengan adanya putusan MKEK PB IDI tersebut, sehingga dengan tidak perlu mencari kesalahan dan “kambing hitam”.

Dengan segala kebesaran jiwa dan keagungan wibawa para senior dan sesepuh dokter-dokter, Dewan Kehormatan dan Majelis Kehormatan PB IDI sebagai organisasi terhormat pasti dengan lapang dada mencari solusi bila perlu bagaikan “menerima anak yang hilang” apabila Dr. dr Terawan Agus Putranto memenuhi ketentuan Kode Etik Kedokteran PB IDI menyelesaikan persoalan yang dihadapi.

Pemerintah menurut hemat kita bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesehatan kepaa warganya, dan metode yang dilakukan Dr. dr Terawan dan RSPAD Gatot Subroto ternyata mampu memberikan pertolongan dan telah diperoleh masyarakat secara luas, kalau masih ada yang belum terpenuhi dalam penerapan metode tersebut, menjadi tanggungjawab Pemerintah untuk menyelesaikannya.

Di tengah masyarakat kita kenal solidaritas dan per-teman sejawat-an para dokter, sehingga dengan Kode Etik pula mereka akan mudah menyelesaikan masalah, oleh karena itu pihak di luar dunia kedokteran mendukung penyelesaian saja.

Pemerintah seyogyanya cepat mengidentifikasi masalah dan mencari solusi sehingga kepentingan rakyat akan mengobatan dengan metode Dr. dr. Terawan bisa terus berlangsung. (Bch)