Peta manajemen rekayasa lalain di Jalan KH Noer Ali Kalimalang Bekasi. (ist)

Manajemen Rekayasa Lalin Kalimalang Dampak  Proyek Tol Becakayu

Loading

BEKASI (IndependensI.com)- Pengalihan arus kendaraan di sebagian Jalan KH Noer Ali Kalimalang, Kota Bekasi,  Senin (8/10/2018) sudah memasuki hari ketiga.

Manajemen rekayasa lalu lintas terkait pembangunan tiang pancang jalan layang tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu). Putaran arah (u-turn) di Jembatan VI, Jalan KH Noer Ali akan ditutup selama tiga bulan.

Sebelumnya, Kepala Bidang (Kabid) Lalu Lintas pada Dinas Perhubungan Kota Bekasi Johan Budi Gunawan mengatakan, penutupan dimulai  Sabtu (6/10/2018) pukul 00.00 WIB. Penutupan ini, kata dia, akan berimplikasi pada kelancaraan kendaraan sehingga lembaganya telah menyusun skema rekayasa lalu lintas di lapangan.

“Jembatan IV terpaksa ditutup karena dibutuhkan alat berat untuk melakukan pengerukan tanah konstruksi dengan kedalaman sekitar 30 meter,” katanya.

Disebutkan, selama ini Jembatan VI biasa digunakan sebagai tempat berputar arah bagi pengendara yang datang dari Galaxy menuju Kota Bekasi. Jembatan ini, kata dia, juga digunakan pengendara yang datang dari arah Jakarta untuk berputar arah.

Namun karena jembatan ini ditutup, maka arus kendaraan dari arah Galaxy menuju Kota Bekasi terpaksa dialihkan ke Jembatan Caman sejauh 1,7 kilometer dari Jembatan VI. Guna menghindari simpul kepadatan kendaraan di Jembatan Caman, maka pengendara yang datang dari Jakarta menuju Jatibening juga dialihkan hingga Jembatan Galaxy.

Awalnya PT Kresna Kusuma Dyandra Marga (KKDM) selaku pemegang konsesi tol ini sempat meminta penutupan jembatan ini berlangsung selama empat bulan. Namun pemerintah daerah menolak dengan alasan arus kendaraan cukup padat, sehingga bila terlalu lama akan menyusahkan pengendara.

“Berkali-kali kita adakan pertemuan dengan KKDM, akhirnya mereka sepakat bahwa penutupan berlangsung selama tiga bulan setelah itu jembatan kembali dibuka,” ujarnya.

Kepala Lapangan pada Seksi II Tol Becakayu, Jarwo mengatakan ada empat tiang pancang tol Becakayu yang akan dibangun di titik Jembatan VI. Dia memastikan percepatan pembangunan tiang pancang yang diminta pemerintah daerah tidak akan berimplikasi pada kualitas konstruksi beton tiang.

Diungkapkan,  biasanya masa konstruksi untuk pembangunan empat tiang pancang membutuhkan waktu selama empat bulan sampai siap digunakan. “Mutu beton akan kita tingkatkan juga untuk menyesuaikan pengerjaan konstruksi yang dipercepat ini,” kata Jarwo.

Berdasarkan data yang dia punya, progres pembangunan tol Becakayu Seksi II-A ruas Jakasampurna-Ahmad Yani (4,1 kilometer) telah mencapai 15 persen. Dia meragukan proyek ini akan selesai sesuai jadwal pada Juni 2019 mendatang karena pengerjaan sempat terkendala dengan sarana utilitas di wilayah setempat.

Padahal petugas telah mengecek utilitas (tes pit) yang membentang dari depan Masjid Al-Azhar, Jakasampurna sampai Jalan Ahmad Yani pada Mei 2018 lalu. Hal ini, kata dia, dipicu oleh minimnya informasi dari pemilik utilitas soal keberadaannya di dalam tanah.

“Berdasarkan kesepakatan bahwa di lokasi tidak ada utilitas, namun saat dikerjakan tahu-tahu ada jaringan utilitas. Minimnya informasi dari pemilik karena sistem pemasangan utilitas dulu tidak menggunakan titik koordinat,” jelasnya.

Meski demikian, kata dia, pihaknya bertanggung jawab terhadap kerusakan utilitas yang terjadi saat pengerjaan dilakukan. “Ada pipa PDAM milik Kota Bekasi yang tidak sengaja terkena alat berat kami, namun saat itu juga perbaikan langsung kita lakukan dengan menyambung pipanya,” katanya.

Adapun sarana utilitas yang dimaksud seperti Perusahaan Listrik Negara (PLN) Telekomunikasi Indonesia (Telkom), PDAM, Perusahaan Gas Negara (PGN).  Banyaknyaa utilitas itu, diakui salah satu kendala. (jonder sihotang)