Dirjen Perhubungan Udara Polana B Pramesti sedang menjelaskan rencana pembangunan Bandara di Bali Utara kepada Menhub Budi Karya Sumadi

Bandara di Bali Utara Semakin Mendekati Kenyataan

Loading

BULELENG (Independensi.com) – Rencana pemerintah untuk menjadikan Bali Utara sebagai lokasi bandar udara ke dua di Pulau Dewata semakin matang.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi bersama Direktur Jenderal Perhubungan Udara Polana B. Pramesti serta sejumlah pejabat Kementerian Perhubungan, Minggu (30/12) meninjau lokasi rencana pembangunan Bandar Udara Bali Utara.

Rombongan meninjau langsung ke lokasi yang kelak akan menjadi bandara di wilayah Utara pulau Bali tepatnya di Kabupaten Buleleng di dampingi Gubernur Bali Wayan Koster, Bupati Buleleng Putu Agus Suradyana, dan para pemangku adat.

Kementerian Perhubungan RI, Pemerintah Provinsi Bali dan Pemerintah Kabupaten Buleleng sudah menyepakati Bandara Bali Utara akan dibangun di atas lahan adat seluas 420 hektare. Sebelumnya terdapat tiga pilihan lokasi rencana bandara, yaitu di Gerogak, Celukan Bawang dan Kubutambahan di Kabupaten Buleleng.

“Pertimbangan dipilihnya Kubutambahan karena jumlah penduduk yang direlokasi tidak ada, sehingga memudahkan masalah sosialnya. Masalah teknis bergunung-gunung itu bagian pekerjaan teknik. Ini pekerjaan cut and fill tidak perlu mendatangkan tanah dari luar itu juga satu hal yang memudahkan kita,” papar Budi.

Direktur Jenderal Perhubungan Udara Polana B Pramesti menambahkan berdasarkan kajian teknis, Kubutambahan merupakan lokasi yang tepat. “Berdasarkan kajian bersama, daerah Kubutambahan merupakan lokasi yang tepat untuk dijadikan Bandar Udara baru. Selain itu kontur dan keindahan alamnya pun menjadi nilai tambah, sehingga diharapkan dapat lebih mendongkrak sektor pariwisata”, ungkap Polana.

Berdasarkan rencana rancangan bandara, Runway akan dibangun secara bertahap, pada tahap pertama luasnya 2.700 m x 45 m dan akan diperpanjang hingga 3.600 m x 45 m. Untuk tahap pertama pesawat yang dapat mendarat jenis Boeing 737 Max 8. Dimensi Apron 543 m x 100 m, dengan total Parking Stand bisa mencapai 14 Pesawat.

Terminal penumpang direncanakan pada tahap pertama akan seluas 93.910 meter persegi, terdiri dari terminal penumpang domestik berukuran 49.846 meter persegi dan terminal penumpang internasional seluas 31.181 meter persegi.

Bangunan keseluruhan terminal akan diperluas secara bertahap hingga mencapai 338.999 meter persegi. Bandara diharapkan tuntas dibangun pada 2023 dan bisa segera beroperasi pada 2024.

Sebelumnya, dalam acara Konsultasi Publik tentang Bandara Bali Utara di Buleleng, Bali, Direktur Bandar Udara Kemenhub M. Pramintohadi Sukarno mengatakan bahwa proyek pengembangan bandara di Bali Utara akan didanai melalui skema kerja sama Pemerintah dengan Badan Usaha atau KPBU.

Bandara ini merupakan proyek yang disiapkan Pemerintah Pusat dengan tidak menggunakan anggaran APBN. Pemerintah terus mendorong peran aktif swasta dalam mendanai pengadaan infrastruktur transportasi di wilayah-wilayah yang potensial untuk berkembang melalui skema KPBU.

“Bandara di Bali Utara dapat meningkatkan keandalan pelayanan transportasi udara di pulau Bali. Selain itu juga mendukung perkembangan wilayah kawasan Bali Utara serta menunjang pertumbuhan kegiatan wisata dan perekonomian Bali khususnya untuk Buleleng”, ujar Praminto.

Saat ini, Bandara Ngurah Rai ultimate capacity sekitar 28.2 juta penumpang per tahun. Penumpang yang menggunakan Bandara di Bali pada lima tahun ke depan diperkirakan mencapai 30 juta penumpang per tahun. Untuk itu, tahun 2024 Bandara ini diharapkan sudah mulai beroperasi untuk dapat menampung pertumbuhan penumpang.