Sosok Ma’ruf Amin Tak Bisa Dongkrak Pemilih Jokowi

Loading

JAKARTA (IndependensI.com) – Calon wakil Presiden nomor urut 01 Ma’ruf Amin belum bisa mendongkrak para pemiilih Jokowi. Ma’ruf Amin hanya menyumbang 0,2 persen electoral untuk Joko Widodo.

“Kalau menurut saya sih, memang ada keterbatasan dari variabel personal branding. Dia tidak bisa dipaksakan jadi orang yang berbicara data ekonomi, berbicara milenial, dia adalah ulama yang memiliki segmen tersendiri,” kata Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya di kantornya, Menteng, Rabu (16/1/2019).

Menurut dia, seharusnya Ma’ruf tidak perlu diangkat ke permukaan secara tinggi. Cukup kata dia, difokuskan pasar-pasar seperti ulama-ulama, NU, dan berbagai pasar santri.

“Minimal bisa memperkuat barisan pemilih Islam dari Pak Jokowi, tetapi kalau memaksa dia jadi electoral di segmen-segmen yang luas itu jadi sulit. Malah berpotensi jadi bumerang,” kata Yunarto.

Tidak hanya sosok cawapres Ma’ruf Amin yang belum mendongkrak elektabilitas Jokowi. Sandiaga juga dianggap belum signifikan menaikkan elektoral untukPrabowo Subianto. Tapi sosok Sandiaga disebut lebih mudah mendapatkan efek elektoral ketimbang Ma’ruf.

“Sandi ini kan punya variabel branding yang bisa lebih luas. Dia bisa masuk ke anak muda, bisa masuk ke ekonomi, sehingga itu menyebabkan Sandi masuk ke semua segmen,” kata Yunarto.

Dia menilai, Sandi masih bisa meraup semua elemen. Mulai dari emak-emak hingga milenial. “Sandi gampang dieksploitasi berbeda dengan Ma’ruf yang personal branding tadi,” kata Yunarto.

Diketahui, Charta Politika mencatat, elektabilitas Joko Widodo-Mar’uf Amin masih unggul dibanding pasangan Prabowo Subianto- Sandiaga Uno. elektabilitas Jokowi-Ma’ruf yaitu 53,2 persen dan Prabowo-Sandiaga 34,1 persen.

“12,7 Persen undecided voters. Secara statistik stagnan suara pada kedua calon tersebut. Jika dilihat dari tren Oktober sampai Desember 2018,” kata Yunarto di Kantornya, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Rabu (16/1).

proses pengumpulan data dilaksanakan pada 22 Desember 2018-2 Januari 2019. Melalui wawancara 2.000 responden. Yang tersebar di 34 provinsi. Survei menggunakan survei metode acak bertingkat/multistage random sampling dengan margin of error 2,91%. Tingkat kepercayaan 95 persen.