Suasana kuliah umum yang dibawakan Kepala BNPT Suhardi Alius di Universitas Negeri Gorontalo, Jumat (6/9/2019).

Dari Aceh Sampai Papua, Kita Satu Bangsa

Loading

GORONTALO (IndependensI.com) – Suasana persatuan Indonesia tergambar jelas saat sekitar 4.000 orang mahasiswa baru Universitas Negeri Gorontalo (UNG) mengikuti kuliah umum pencegahan dan penanggulangan intoleransi, radikalisme, dan terorisme oleh Kepala BNPT Komjen Pol Drs Suhardi Alius, MH, di Auditorium UNG, Gorontalo, Jumat (6/9/2019).

Lima orang mahasiswa baru asal Papua mengawali acara dengan memimpin Lagu Indonesia Raya dan petikan lagu “Kita Semua Bersaudara Indonesia Manise” yang dinyanyikan secara bersama. Kegiatan ini juga dihadiri Kapolda Gorontalo Irjen Pol Rahmat Fudail.

“Saya memberikan harapan besar kepada mereka (mahasiswa). Mereka generasi muda, generasi penerus yang harus kita selamatkan dari paham-paham tidak benar. Saya jelaskan bagaimana merawat NKRI juga saya hadirkan anak-anak dari Papua untuk maju ke depan agar tercipta kerekatan antar anak bangsa. Bahkan di akhir kuliah umum, saya minta mereka menyanyikan lagu bersama-sama  yang intinya ‘dari aceh sampai tanah papua, kita satu bangsa’,” kata Suhardi.

Suhardi mengaku bangga dengan keberadaan lima mahasiswa baru UNG asal Papua. Mereka adalah saudara-saudara se-bangsa harus berintegrasi dengan baik, bukan malah dicabik-cabik. Oleh sebab itu, Kepala BNPT memaparkan bagaimana melihat dan mengidentifikasi paham-paham radikal dan tahapannya. Dengan paparan itu diharapkan, para mahasiswa baru tahu persis bagaimana mengidentifikasi dan bagaimana radikalisme bisa menyebar.

Mantan Sestama Lemhanas ini berharap, setelah mendapat paparan ini, para mahasiswa menjadi tidak takut bila melihat adanya gejala penyebaran paham-paham tidak baik itu di lingkungan kampus. Mereka harus berani melaporkan itu ke dosen atau rektor, kalau perlu ke Polda. Nanti kalau belum bisa, kami (BNPT) siap turun membantu mereduksi dan membersihkan paham negatif tersebut.

“Tugas kalian jihad sekolah, belajar yang baik, tepat waktu sekolah. Orang tua kalian berdoa saat berangkat dari Papua, supaya cepat selesai sekolahnya, tercapai cita-citanya sehingga jangan bias kemana-mana. Jangan malah cita-cita gak dapat, malah disintegrasi,” terang Suhardi.

Mantan Kabareskrim Polri ini mengajak para mahasiswa untuk belajar dari peristiwa yang terjadi di Papua beberapa waktu lalu. Menurutnya, apa yang terjadi di Papua kemarin akibat lemahnya kemampuan literasi, verifikasi, dan filterisasi masyarakat sehingga begitu mendapat berita dari media sosial langsung disebar. Padahal isi berita itu adalah berita bohong (hoaks) yang merusak disintegrasi bangsa.

“Makanya kaum terdidik ini tabayyun-lah, bertanyalah. Kita bersaudara kok, tadi saya katakan tidak ada Indonesia tanpa Papua, tidak Indonesia tanpa Aceh, semua 34 provinsi jadi satu. Dicubit satu kita merasa sakit semua. Ini kita tanamkan bagaimana nasionalisme dan NKRI itu harus kita pertahankan dengan baik,” tegas Suhardi.

Sementara itu, lima orang mahasiswa baru UNG asal Papua yang tampil adalah Suzeth Hatting Fakdawer dari Fakfak (Fakultas Ilmu Pendidikan Bimbingan dan Konseling), Emilia Jaharudin Tanggahma dari Fakfak (Fakultas Bahasa Jurusan Sastra Inggris), Arincu Suhun dari Kabupaten Sarmi (Fakultas Kesehatan Masyarakat), Oktovina Womsiwor dari Fakfak (Fakultas Ekonomi), dan Florentinus B Kapi dari Asmat (Fakultas MIPA jurusan biologi).

Suzeth Hatting Fakdaweris

Mewakili rekan-rekannya, Suzeth Hatting Fakdawer mengaku bangga sebagai orang Papua dan sebagai bangsa Indonesia. Menurutnya, materi wawasan kebangsaan yang diberikan Kepala BNPT sangat membangun motivasi anak-anak Papua, terutama dia dan rekan-rekannya yang menuntut ilmu di UNG.

“Kami hidup di Papua dengan posisi seperti itu. Setelah mendengar paparan tadi, kami mahasiswa Papua di Gorontalo merasa tenang. Kami bisa belajar dengan baik. Kami berharap nanti setelah lulus, kami bisa pulang membangun Papua dan Indonesia,” ujar Suzeth, yang juga memimpin menyanyikan lagu ‘Kita Semua Bersaudara Indonesia Manise’.

Ia mengakui, sejauh ini, generasi muda Papua masih sangat kurang mendapatkan wawasan kebangsaan seperti yang diberikan Kepala BNPT tadi. Untuk itu, ia meminta agar pemberian wawasan kebangsaan di Papua perlu diperhatikan pemerintah agar lebih masif.

“Biar apapun yang terjadi, kami tetap satu, Indonesia. Selama ini, sering dikatakan Papua itu tertinggal, makanya kami ingin mengubah pemikiran itu dengan prestasi,” tukas Suzeth.

Hal senada diungkapkan Florentinus. Sebagai anak asli Suku Asmat, ia merasakan ketenangan dan kenyamanan setelah mendapat paparan wawasan kebangsaan. “Kami merasa tenang dan nyaman melanjutkan studi sampai nanti selesai,” kata Florentinus yang menjadi dirijen saat menyanyikan lagu Indonesia Raya.

Plt Rektor UNG Prof Dr Ir Mahludin H Baruadi, MP, menilai, sangat banyak manfaat dari kuliah umum yang berikan Kepala BNPT. Menurutnya, apa yang diberikan Kepala BNPT sangat substantif, filosofis, dan bagaimana bukti nyata ancaman radikalisme, terorisme, dan anti NKRI.

“Mudah-mudahan para mahasiswa memiliki referensi yang betul-betul nyata, agar mereka terhindar dari paham radikalisme, terorisme, dan anti NKRI,” katanya.

Disamping itu, UNG akan melakukan memberikan semacam kuliah dan pelatihan yang komprehensif dalam rangka menangkal radikalisme di kampus. Itu sesuai visi UNG yaitu membantu dan menjaga mahasiswa agar terhindar paham-paham negatif, baik melalui kurikulum maupun ekstrakurikuler.