sarahsehan kebangsaan bertajuk "Gembira Menyambut Pelantikan Presiden-Wapres Terpilih sebagai bagian dari Pesta Demokrasi"
sarahsehan kebangsaan bertajuk "Gembira Menyambut Pelantikan Presiden-Wapres Terpilih sebagai bagian dari Pesta Demokrasi". (foto Budi/Independensi.com)

Indonesia Dinilai Butuh Oposisi yang Kritis dan Konstruktif

Loading

JAKARTA (IndependensI.com) – Staf Khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Romo Antonius Benny Susetyo, mengungkapkan bahwa kegaduhan politik menjelang pelantikan Joko Widodo-KH Ma’ruf Amin sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia bakal melukai kedaulatan rakyat.

Menurut Romo Benny, masyarakat Indonesia harus berjiwa satria dan harus mau berjuang mengakhiri kegaduhan politik.

“Kita semua harus menghormati suara rakyat. Proses kedaulatan rakyat itu sudah selesai jadi harus menerima semuanya. Upaya melengserkan itu melukai kedaulatan rakyat,” ujar Romo Benny di acara sarahsehan kebangsaan bertajuk “Gembira Menyambut Pelantikan Presiden-Wapres Terpilih sebagai bagian dari Pesta Demokrasi” di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Selasa (15/10/2019).

Selain Romo Benny, acara yang di selenggarakan oleh Forum Pejuang NKRI ini juga dihadiri oleh Akbar Tanjung (Ketua DPR 1999-2004), Bang Acu (Tokoh Betawi), dan Apolo Safanpo (Rektor Universitas Cendrawasih).

Pembangunan konsolidasi demokrasi, kata Romo Benny, diperlukan untuk membuat stabilitas politik terjaga. Termasuk, tutur dia, Indonesia membutuh oposisi yang kritis-konstruktif untuk tetap merawat demokrasi sebagai alat untuk mencapai kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.

“Saatnya membangun konsolidasi demokrasi untuk membuat stabilitas politik terjaga. Kita juga membutuhkan oposisi yang sehat untuk alat kontrol kepada pemerintah,” tegasnya.

Selain itu, Romo Benny juga menyoroti era globalisasi yang sudah masuk ke dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Dia berharap di era globalisasi ini, masyarakat semakin bijak dalam memanfaatkan teknologi informasi yang berkembang pesat sehingga tidak menjadi sarana perpecahan.

“Abad digitalisasi tidak mengenal ruang dan waktu. Karena itu jaringan sangat penting dan menbutuhkan kesadaran cara kita untuk meresponnya. Sosial media itu alat mempersatukan bukan membuat perpecahan,” tambah dia.

Lebih lanjut, Romo Benny menegaskan bahwa masyarakat harus menerapkan dan menjalankan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, berbangsa, dan bernegara. Menurut dia, nilai-nilai Pancasila tidak akan merusak, tetapi akan mempersatukan bangsa Indonesia dalam menghadapi berbagai persoalan bangsa.

“Jika pancasila menjadi habit maka dalam perilakunya tidak akan mencintai dirinya dan kelompoknya sendiri. Tapi mencitai semuanya dan mencintai perbedaan serta merombak tanpa merusak,” pungkas Romo Benny.(bud)